Lihat ke Halaman Asli

Deni Aprilia

Mahasiswa

Sejarah Sosok Ulama di Aceh Barat, Abu Ibrahim Woyla

Diperbarui: 10 Januari 2020   16:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: laduni.id

Abu Ibrahim Woyla adalah seorang ulama Kharismatik yang berasal dari Aceh yang terkenal dengan karomahnya akan datangnya tsunami sebelum limabelas hari terjadi. Nama lengkap nya adalah Abu Ibrahim Woyla Teungku (Ustadz/Kiyai) Ibrahim bin Teungku Sulaiman bin Teungku Husen dilahirkan di kampung Pasi Aceh, Kecamatan Woyla, Kabupaten Aceh Barat pada tahun 1919 M.

Beliau berpulang ke Rahmatullah pada hari sabtu pukul 16.00 WIB tanggal 18 Juli 2009 di rumah anaknya di Pasi Aceh Kecamatan Woyla Induk, Kabupaten Aceh Barat dalam usia 90 tahun.  

Selama hidupnya, Abu Ibrahim Woyla pernah belajar selama 12 tahun pada Syekh Mahmud, seorang ulama asal Lhoknga, Aceh Besar yang kemudian mendirikan Dayah Bustanul Huda di Blang Pidie, Aceh Barat Daya. Salah satu murid Syekh Mahmud ini adalah Abuya Muda Waly yang kemudian menjadi ulama tersohor di Aceh. Selain itu Abu Ibrahim Woyla juga pernah belajar pada Abu Calang (Muhammad Arsyad) dan Teungku Bilyatin (Suak) bersama rekan seangkatannya yang bernama Teungku Adnan Bakongan.

Setelah Abuya Muda Waly kembali dari Mekkah dan membuka Dayah Darussalam di Labuhan Haji, Aceh Selatan, maka Abu Ibrahim Woyla kembali belajar kepada Abuya Muda Waly selama dua tahun untuk memperdalam Tareqat Naqsyabandiah. Selesai belajar kepada Abuya Muda Waly, Abu Ibrahim Woyla kembali ke kampungnya di Pasi Aceh.

Tak lama setelah kembali ke kampung halamannya, Abu Ibrahim Woyla mulai mengembara tanpa seorangpun yang tahu kemana tujuannya. Menurut salah seorang menantunya yang bernama Teungku Nasruddin, Abu Ibrahim Woyla pernah menghilang sebanyak tiga kali selama hidupnya. Pertama sekali selama dua bulan, kedua kali selama dua tahun, dan ketiga selama empat tahun. 

Sejak kecil Abu Ibrahim Woyla dikenal sebagai sosok yang pendiam, ia hanya berkomunikasi jika ada yang perlu disampaikan. Hal ini menyebabkan orang lain tidak berani menanyakan hal-hal aneh yang dilakukannya.

Di antara murid Syeikh Mahmud ini selain Abu Ibrahim Woyla juga Abuya Syeikh Muda Waly Al-Khalidy yang kemudian Abu Ibrahim Wayla berguru padanya, Abuya Muda Waly adalah sebagai seorang ulama tareqat naqsyabandiyah tersohor di Aceh.

Abu Ibrahim Woyla memiliki dua orang istri yaitu Rukiah dan seorang wanita lagi yang tidak disebutkan namanya. Istri kedua beliau dinikahi di Peulantee, Aceh Barat, dua tahun sebelum Abu Ibrahim Woyla meninggal dunia. Dari istri kedua ini, Abu Ibrahim Woyla tidak mendapatkan anak. Dan pada istri pertama abu ibrahim dikaruniayi tiga orang anak yaitu Salmiah, Hayatun Nufus, dan Zulkifli.

Karamah nya abu ibrahim woyla

 Dikisahkan oleh salah satu menantunya yang bernama Teungku Nasruddin, Abu Ibrahim Woyla pernah berkunjung ke almamaternya yaitu Dayah Syekh Mahmud di Blang Pidie. Ketika itu ia minta disediakan sepiring nasi untuk sarapan, tapi diberitahukan oleh bahwa tidak tersedia lauk apapun lagi di dapur. Abu Ibrahim Woyla kemudian menjawab bahwa ia bisa makan hanya dengan lauk telur, dan diminta kepada santri tadi untuk mengecek persediaan di dapur. Ajaibnya di tempat penyimpanan telur masih tersisa satu telur lagi, padahal seingat santri tersebut semua telur telah habis untuk dimakan santri lain.

Inilah kisah seorang ulama di aceh barat yaitu abu ibrahim woyla. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline