Lihat ke Halaman Asli

Alya Deni Oktaviani

Mahasiswa S1 Pendidikan Agama Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Kajian Rutinan Ahad Pagi Masjid Roudhotul Jannah

Diperbarui: 27 Desember 2023   22:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suasana kajian rutin Ahad pagi di Masjid Roudhotul Jannah / dokpri

Pringtutul-Klaten (24/12) Setiap Ahad pagi di Desa Pringtutul diselenggarakan pengajian yang dimulai pukul 06.00-07.00 WIB. Pengajian yang berlangsung selama satu jam tersebut merupakan agenda rutinan bagi masyarakat sekitar yang dilaksanakan oleh pengurus Masjid setempat yaitu Masjid Roudhotul Jannah, KPK Barepan Cawas. Kajian rutinan ini dilaksanakan guna memberikan Pendidikan Islam non formal bagi masyarakat, dan untuk menjaga tata nilai positif yang telah ada dan sesuai ajaran agama agar lebih berkembang dan terus kokoh di tengah masyarakat.

Kegiatan siraman rohani ini tidak hanya menambah ilmu agama, tetapi juga sebagai sarana merekatkan tali silaturahmi dan persaudaraan di antara warga. Kajian Ahad pagi ini dibuka untuk umum, tak heran bahwa yang hadir dalam kajian tidak hanya warga desa setempat, melainkan juga dihadiri oleh masyarakat dari luar desa. Kajian ini dihadiri oleh masyarakat dari berbagai kalangan usia, mulai dari anak kecil, remaja, ibu-ibu, bapak-bapak, dan sebagian besar adalah mereka yang telah lanjut usia.

Dalam pelaksanaannya, pengajian ini diisi dengan tema pembahasan serta pengisi kajian atau narasumber yang berbeda setiap minggunya. "Biasanya selain mengundang ustadz dari desa daerah setempat, pengurus Masjid Roudhotul Jannah juga beberapa kali telah mengundang tokoh agama dari luar desa." ujar salah satu warga. Dalam gilirannya pada minggu ini, kajian tersebut diisi oleh Ustadz Sukardi sebagai narasumber dengan tema kajian yaitu tentang 'Tauhid'.

Dalam mengusung tema tersebut, Bapak Sukardi yang merupakan warga setempat menyampaikan materi dengan menggunakan Bahasa Jawa dan terkadang diselingi dengan Bahasa Indonesia. Hal ini mungkin dikarenakan sebagian warga desa yang hadir telah berusia lanjut dan hanya bisa menggunakan Bahasa Jawa. Sebenarnya dengan menggunakan bahasa tradisional juga merupakan upaya melestarikan nilai-nilai budaya guna menjaga tetap eksis-nya bahasa daerah kita di kalangan masyarakat. Beliau menyampaikan materi dengan pokok bahasan yang sangat relate dengan kehidupan masyarakat, juga dengan bahasa yang sederhana sehingga mudah diterima oleh masyarakat awam, sesekali juga menyelipkan unsur candaan yang mengundang gelak tawa para jamaah pengajian.

Antusias warga dalam mengikuti kajian rutin ini sangat besar, terlihat dari banyaknya jamaah yang hadir. Menurut salah satu warga setempat yang sering membantu mengurus pelaksanaan kegiatan ini, biasanya kegiatan rutinan ini dihadiri kurang lebih oleh 250 jamaah baik dari warga setempat maupun luar desa Pringtutul. Bagi jamaah perempuan yang hadir dipersilakan duduk di serambi masjid, sedangkan jamaah laki-laki berada dalam masjid. Jamaah yang hadir lalu disuguhkan minuman teh hangat dan snack untuk dinikmati selagi mendengarkan dan menyimak dengan baik isi kajian yang disampaikan oleh pemateri. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline