Lihat ke Halaman Asli

Deni Ainur Rokhim

Mahasiswa/Researcher

'Bee Nest Water' Penghasil Air Siap Minum Pada Kapal Nelayan Tradisional

Diperbarui: 16 Mei 2017   18:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Inovasi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Ketersediaan air siap minum di dalam kapal nelayan tradisional yang sedang berlayar benar-benar sedikit. Meskipun ada, namun air tersebut akan habis dan memaksa nelayan untuk meminum air garam. Tetapi jika meminum banyak air garam lama-kelamaan tidak akan sehat bagi kesehatan tubuh. Air garam ini digunakan untuk mengawetkan sayuran, ikan, dan daging. Dalam bahasa inggris air garam disebut Brine. Walaupun brine digunakan seperti gula dan cuka, juga dapat digunakan dalam transportasi, yaitu untuk menghantarkan panas dari satu tempat ke tempat lain.

Mengingat program kerja kabinet Presiden Joko Widodo yang mengedepankan tentang kemaritiman. Potensi Sidoarjo dalam permasalahan ini sangat besar mengingat Sidoarjo disebut “Kota Delta” yang berarti kota air sehingga di Sidoarjo terdapat banyak pesisir yang mengakibatkan nelayan sebagai salah satu profesi yang dipilih oleh warga Sidoarjo. Nelayan di Sidoarjo pun juga masih bisa dikatakan sebagai nelayan tradisional hal ini dikarenakan laut yang berada di Sidoarjo hanya sedikit sehingga jika nelayan menggunakan kapal nelayan modern tidak dapat berlabuh,mengingat jarak rumah dan tempat berlabuh kapal dekat.

Solusi yang ditawarkan sebelumnya yakni dengan menggunakan rumah garam. Cara kerja dari rumah garam ini yakni dengan mengubah air garam menjadi air tawar. Namun, kekurang dari rumah garam ini adalah air yang dihasilkan masih perlu diolah kembali sehingga tidak dapat langsung dikonsumsi oleh nelayan di kapal tradisional.

Melihat kekurangan dari solusi yang ditawarkan sebelumnya, saya  menciptakan sebuah inovasi baru yaitu “Bee Nest Water dengan Prinsip Fotoelectrosystem Penghasil Air Siap Minum di Kapal Nelayan Tradisional”. Cara kerja solusi ini sebenarnya melengkapi dari solusi yang ditawarkan sebelumnya yaitu dengan menambahkan sel surya di samping alas yang mana hasil energi yang didapat dari sel surya itu digunakan untuk memasak air tersebut sehingga menjadi air siap minum.

Tidak semua air yang terdapat di alam layak untuk dikonsumsi. Agar dapat layak dikonsumsi, diperlukan upaya pengolahan air. Upaya pengolahan air pada hakikatnya adalah untuk memenuhi kebutuhan dengan mengacu pada syarat kuantitas, kualitas, kontinuitas, dan ekonomis. Air laut memiliki kadar garam sekitar 33.000 mg/lt, sedangkan kadar garam pada air payau berkisar 1000 – 3000 mg/lt. Air minum tidak boleh mengandung garam lebih dari 400 mg/lt. Agar air laut atau air payau bisa dikonsumsi sebagai air minum maka perlu proses pengolahan terlebih dahulu. Pengolahan air laut menjadi air minum pada dasarnya adalah menurunkan kadar garam sampai dengan konsentrasi kurang dari 400 mg/lt.  Hasil uji laboratorium air yang dihasilkan oleh Bee Nest Water menunjukkan kandungan air minum yang baik dan siap minum dan konsentrasi garam 75-145 mg/lt.

Saya berharap dengan menggunakan solusi terbaru ini, maka masalah yang ditimbulkan dapat terselesaikan dan dapat dikembangkan secara massal mengingat Indonesia adalah Negara dengan wilayah laut lebih banyak dari pada wilayah darat. Sehingga profesi nelayan merupakan salah satu profesi dominan di Indonesia.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline