Lihat ke Halaman Asli

Deni Saputra

Seorang Guru dan Penggiat Literasi

Stilistika Sastra: Gaya Bahasa Seno Gumira Ajidarma dalam Cerpen "Clara"

Diperbarui: 2 Desember 2021   07:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Stilistika Sastra: Gaya Bahasa Seno Gumira Ajidarma dalam Cerpen 'Clara'

Pengantar Teori Stilistika

Stilistika mengkaji cara sastrawan memanipulasi dengan arti memanfaatkan unsur dan akidah yang terdapat dalam bahasa dan efek apa yang ditimbulakn oleh penggunaannya tersebut. Dengan demikian kita dapat melihat bagaimana cara sastrawan dalam menuangkan tulisannya dengan menggunakan kemampuan berbahasa yang dimilikinya agar dapat dengan mudah menyampaikan pesan kepada pembaca. Stilistika meneliti ciri khas penggunaan bahasa dalam wacana sastra, ciri-ciri yang membedakan dengan wacana selain sastra, meneliti deviasi terhadap tata bahasa sebagai sarana literer, artinya hanya meneliti fungsi puitk suatu bahasa yang digunakan sastrawan. Stilistika pun membahas tentang gaya.

Dalam komunikasi modern style bukan hanya dihubungkan dengan penggunaan bahasa nan indah. Pemikirannya bahwa penggunaan gaya pada dasarnya terkait dengan komunikasi kebahasaan memberikan kesadaran bahwa kemenarikan penggunaan bahasa dalam peristiwa komunikasi selain merujuk pada aspek bentuk juga merujuk pada isi yang diembannya.

Bahkan Enkvist dalam On Defining Style (1964) memberikan bebrapa pengertian tentang gaya, terdapat enam pengertian gaya yang diberikan oleh Enkvist, yakni; 1) Bungkus yang membungkus inti pemikiran atau pernyataan yang telah ada sebelumnya, 2) Pilihan antara berbagai-bagai pernyataan yang mungkin, 3)Sekumpulan ciri pribadi, 4) Penyimpangan daripada norma atau kaidah, 5) Sekumpulan ciri-ciri kolektif, 6) Hubungan antara satuan bahasa yang dinyatakan dalam teks yang lebih luas daripada sebuah ayat.

Di dalam stilistika untuk mengkaji karya sastra bisa dilihat dari 1) unsure-unsur kebehasaan berupa kata dan kalimat, serta 2) alat gaya yang melibatkan masalah kiasan, seperti metaphor, metonimi, simbolik, dan majas yang melibatkan majas kata, seperti litotes, hiperbol maupun efimisme; maupun majas kalimat, seperti asidenton, klimaks, antiklimaks, paralelisme, dan lain-lain. Dalam mengkaji sebuah puisi penulis menggunakan unsur yang ada di dalam stilistika yang berupa majas atau gaya bahasa.

Analisis Cerpen "Clara" Karya Seno Gumira Ajidarma 

Clara merupakan salah satu dari sekian banyak cerpen Seno Gumira Ajidarma. Cerpen ini diilhami oleh tragedi kemanusiaan Mei 1998 yang dialami oleh kaum minoritas, etnis Tionghoa. Sudah sejak lama etnis Tionghoa selalu dicirikan dengan dunia usaha dan perdagangan. Perkembangan ekonomi Indonesia pun tidak pernah lepas dari kontribusi etnis ini. Perusahaan-perusaan penting di Indonesia sebagian besar oleh orang-orang keturunan. Tak pelak hal ini menimbulkan kesenjangan dan kecemburuan sosial antara masyarakat pribumi dengan etnis Tionghoa. Beredarnya isu miring yang beranggapan bahwa etnis Tionghoa menjajah peta usaha pribumi menjadi satu alasan tersendiri bagi marahnya msyarakat pribumi. Terlebih pada peristiwa Mei 1998 yang merupakan puncak kemarahan pribumi terhadap kekuasaan etnis Tionghoa di dunia perdagangan.

Untuk memotret peristiwa Mei 1998, dalam cerpennya Seno Gumira bercerita tentang satu keluarga Tionghoa pemilik beberapa perusahaan dengan anak perempuannya bernama Clara. Walaupun lahir dari keluarga Tionghoa yang kaya raya, Clara tidak pernah sombong dan angkuh. Ia memiliki jiwa nasionalis dan humanis yang tinggi. Sikap dan perilaku Claralebih pribumi dari masyarakat pribumi sekalipun. Kesenangannya adalah membantu bekerja keras meningkatkan kesejahteraan karyawannya. Sayangnya, seluruh sesama dan kebaikan yang telah Clara dan keluarganya lakukan bagi masyarakat Indonesia tetap tidak bernilai. Isu rasial yang terjadi pada Mei 1998 turut menyeret keluarga Clara sebagai korban. Satu persatu seluruh anggota keluarganya dibunih dan diperkosa. Dirinya pun tak luput dari penyiksaan fisik dan mental yang dilakukan orang-orang pribumi atas nama pembelaan. Tak cukup hanya disiksa, Clara mengalami pemerkosaan dan perlakuan semena-mena di sebuah negara yang sangat dicintainya, Indonesia. Gambaran akan pelanggaran Hak Azasi Manusia menjadi nilai utama dalam cerpen ini. Seno, sungguh sangat cerdas menuliskannya dengan gaya bahasanya yang ringan namun menyentuh pembacanya.

Ciri gaya bahasa yang diteliti dalam stilistika adalah ciri yang memberikan efek tertentu kepada pembaca, tidak sekadar menghitung frekuensi penggunaan sarana-sarana stilistika dalam suatu karya. Ciri seperti inilah yang dapat dengan mudah kita temukan dalam cerpen Clara. Seno tidak hanya berhasil memberikan efek tertentu kepada pembaca, tetapi juga mampu menggerakkan pembacanya ke arah yang lebih baik. Saat pertama kita membaca cerpen Clara, nuansa humanis sudah sangat terasa dan kental di dalam muatan-muatan isi dan gaya penceritaan. Tampaknya Seno memiliki misi ingin lebih memanusiakan manusia. Tak salah apabila karangan Seno ini sangat padat dengan kritikn-kritikan sosialnya yang disampaikan secara tidak langsung di setiap peristiwa yang digambarkan latar belakang dari misi ini adalah sikap dan perilaku manusia-manusia Indonesia yang sudah jauh dari nilai-nilai moral.

"...mulut saya dibungkam telapak kaki berdaki. Wajah orang yang menginjak kaki saya itu nampak dingin sekali. Berpuluh-puluh tangan menggerayangi dan meremas-remas tubuh saya."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline