Berbahasa adalah satu tujuan untuk menemukan kelangsungan memahami pesan dari orang lain. Tetapi akankah dengan berbahasa yang salah akan merasakan ketertindasan?
Dalam artian bahwa ketidaknyamananlah yang akan dirasakan jika salah ucap atau artikulasi yang beda dengan sewajarnya, karena peristiwa seperti itu adalah pengalaman saya ketika berkomunikasi dengan orang lain.
Berkomunikasi dengan bahasa ibu tidak terlalu bermasalah bagi saya. tetapi di saat berbicara menggunakan bahasa Indonesia, saya sedikit kesulitan untuk bisa menyesuaikan diri dengan baik dan benar.
Dulu, belajar bahasa Indonesia di sekolah lebih mudah jika dibandingkan dengan belajar bahasa ibu (sebut saja bahasa sunda). Entahlah, saya terbawa oleh artikulasi bahasa ibu sehingga sudah kebiasaan dalam penggunaan huruf 'f' menjadi huruf 'p' atau sebaliknya.
Namun, ketika saya observasi secara tidak langsung mengenai penggunaan huruf-huruf tersebut bagi orang-orang sunda, saya melihat bahwa orang-orang sunda memang kebanyakan mengucapkan huruf 'f' menjadi 'p' atau sebaliknya. Seperti kata 'pikiran' menjadi 'fikiran'.
Saya mengalami hal itu beberapa tahun yang lalu ketika saya masih sekolah. Kata 'fikiran' seperti sudah lumrah saya ucapkan dalam berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan, yang seharusnya kata 'fikiran' menggunakan huruf 'p'. Ternyata, saat ini kesalahan seperti itu banyak saya alami.
Saya pun mencari tahu seluk beluk kata-kata yang menggunakan huruf 'f', 'p', ataupun 'v' sebagai pengetahuan, agar saya tidak menyalahkan keadaan saya sebagai orang sunda.
Kosakata dalam bahasa Indonesia tidak seratus persen asli dari bahasa Indonesia tetapi banyak kata-kata serapan dari bahasa asing ataupun bahasa daerah.
Kosakata dari hasil penyerapan itu tidak seratus persen pula memiliki persamaan kata karena disesuaikan dengan kesepakatan masyarakat Indonesia dalam penggunaan bahasanya.
Saya menemukan beberapa kata serapan yang memiliki perbedaan dalam penggunaan kata 'f' dan 'v'. Contohnya adalah kata 'aktif' yang diserap dari bahasa Inggris yaitu active yang artinya giat (bekerja, berusaha).
Dengan demikian perbedaan penggunaan huruf 'f' dan 'v' bukan sekadar kesalahan lidah dari orang-orang sunda tetapi memang begitu adanya.