Tema : Energi, Pangan, Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup
(Telah dilaksanakan pada 17 Februari 2019, Sumber : Kompas TV di Hotel Sultan, Jakarta)
Debat Capres 01 dan 02 terlihat lebih rileks, santai dibandingkan debat pertama. Itu terbukti dari gesture-gestur yang mereka tunjukan selama debat berlangsung. Dalam paparan visi dan misi, Prabowo menitik beratkan pada tiga hal. Yakni, energi, pangan dan air yang harus disurvive dengan cepat.
Menurutnya dalam ketiga hal tersebut Indonesia harus mandiri dan berdikari (berdiri di atas kaki sendiri). Dikatakannya bahwa ketiga hal tersebut juga menjadi tolak ukur PBB dalam menilai keberhasilan suatu negara. Prabowo juga menjanjikan sejumlah hal di antaranya jika mereka diberi mandat oleh rakyat, beliau menjamin akan ketersediaan pangan dengan harga terjangkau dan listrik yang harganya akan diturunkan serta menyediakan pupuk dengan jumlah yang dibutuhkan.
Dalam hal ini, pak Prabowo melihat dari sisi finansial masyarakat yang selama ini dianggapnya kurang mampu dalam membeli bahan pangan sehari-hari. Penting juga untuk kita ketahui bahwa setiap tahunnya akan terus menerus terjadi inflasi di tengah-tengah masyarakat. Seharusnya, solusi kebijakan yang ditawarkan harusnya memberi jalan keluar bagaimana masyarakat dapat menghadapi inflasi dengan baik dengan kebutuhan pangan yang tetap terjamin.
Dapat kita pahami bahwa pak Prabowo pasti pernah melihat identitas masyarakat tertentu yang kesulitan memperoleh bahan pangan hanya karena harga yang naik turun akibat inflasi. Beliau juga mengapresiasi yang sudah dilakukan pak Jokowi, namun dalam hal ini telah menawarkan strategi yang lebih tepat dan cepat.
Lain halnya dengan pak Jokowi yang menitikberatkan visinya pada energi, infrastruktur dan pangan. Menurutnya negara ini harus mengurangi pengunaan energi fosil seperti sebelumnya yang sudah dikerjakan. Seperti produksi biodiesel dan biofuel.
Melihat di bidang infrastruktur, dalam masanya telah membangun 191 ribu km jalan desa, 58 ribu unit irigasi dan sejumlah pembangunan lainnya. Selain itu, dalam hal pangan pak Jokowi menitik beratkan akan hasil kerjanya yang telah mengurangi impor jagung. Saat kedua paslon mendapatkan pertanyaan dari panelis mengenai infrastruktur, pak Jokowi menjawab sejumlah capaiannya dalam membangun seperti jalan tol, pelabuhan, hingga bandara.
Salah satu yang sangat dibanggakan pak Jokowi adalah pembangunan infrastruktur digital seperti Palapa Ring. Indonesia barat dan tengah sudah 100%, Indonesia Timur 90%. Dalam era revolusi industri 4.0 Pak Jokowi menilai bahwa identitas masyarakat Indonesia saat ini membutuhkan peran digital dalam dunia usaha untuk mempermudah UMKM, petani online, demi peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Melihat keberhasilan itu, pak Prabowo langsung menyerang melalui isu infrastruktur mengenai dana ganti rugi pembebasan lahan untuk infrastruktur yang dibangun selama ini. Namun melalui pernyataan tersebut pak Jokowi memberi balasan bahwa selama ini tidak ada namanya ganti rugi namun hanya ada ganti untung yang anggarannya 2-3 % dari nilai infrastruktur yang juga akan dinaikkan menjadi 4-5 %.
Pak Prabowo juga mempertanyakan janji Pak Jokowi untuk tidak mengimpor pangan. Namun, pada 2014 lalu Indonesia mengimpor 3,5 juta ton jagung dan empat tahun kemudian masih mengimpor 180 ribu ton. Tidak sempat mencapai titik nol, hal ini diperjelas oleh Pak Jokowi bahwasannya Impor ini tidak semudah seperti membalikkan telapak tangan karena Indonesia membutuhkan impor.
Melihat prosesi debat yang dilaksanakan ini, terlihat bahwa keduanya memiliki identitas yang sangat berbeda yang diperlihatkan kepada penonton. Pak Prabowo lebih banyak tersenyum saat mendengarkan pak Jokowi berbicara. Selain itu, keduanyapun hampir dalam setiap segmen debat Pak Prabowo langsung ke belakang panggung diikuti para petinggi partai pengusungnya. Sementara pak Jokowi lebih memilih berbaur dengan audiens dan langsung menuju tempat timnya yang beberapa kali tampak berdiskusi.