Di tengah dinamika politik global yang semakin kompleks, teknologi telah kini bertransformasi menjadi sebuah kekuatan pendorong yang mengubah cara negara-negara dalam berinteraksi satu sama lain. Di era serba canggih ini, hubungan antarbangsa (Diplomasi) tidak terbatas pada diplomat yang bertemu di meja bundar, namun juga dapat melintasi jaringan global, platform online, dan algoritma kecerdasan buatan (AI). Era di mana teknologi dan diplomasi bersilangan, menciptakan peluang baru untuk membangun jembatan antara negara-negara yang memiliki kepentingan tersendiri.
Teknologi menjadi jawaban keterbatasan fisik
Secara cepat dan efisien, teknologi memungkinkan hubungan antar negara akan terjalin dengan tanpa hambatan, baik secara geografis maupun budaya. contohnya dengan melalui jejaring pesan diplomatik yang di integrasikan dengan internet, hingga dapat melakukan konferensi tingkat tinggi dengan video. maka dari itu teknologi kini telah menembus "dinding pembatas" dan memperluas jaringan diplomatik negara-negara di dunia.
seperti yang dilakukan Kedutaan besar di Ethiopia Al Busri (2021) dengan menggunakan platform daring, Diplomasi Digital ini dikaji dengan melakukan pertemuan daring berupa kuliah dengan di hadiri sejumlah mahasiswa. didalam nya kita dapat melakukan diplomasi menggunakan media sosial seperti facebook, instagram, x (Twitter) dan lain-lain
Suara masyarakat dengan diplomatik digital
Petisi daring, Demonstrasi secara online hingga kampanye publik dapat dilakukan masyarakat guna mempengaruhi kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan negara dimana proses diplomasi yang transparan akan di peroleh dan akan mendorong partisipasi politik masyarakat dalam melihat isu-isu terkini. Hal ini memungkinkan sebab Platform-platform media sosial yang memiliki cakupan yang luas dan tak terbatas oleh geografis dan kelas masyarakat. Maka dari itu media sosial memberikan ruang suara yang luas bagi masyarakat dalam urusan internasional.
Tantangan Diplomasi Digital : Cyber Security
Kecanggihan ini muncul berbanding lurus dengan ancamannya, dengan kecanggihan ini lah yang dapat merusak stabilitas politik yang ada di suatu wilayah akibat hadirnya penyalahgunaan teknologi, maka konnflik pun akan sulit terhindarkan. maka dari it negara-negara harus berkolaborasi dalam meningkatkan keamanan siber guna mengantisipasi hal tersebut. dimulai dengan melindungi infrastruktur digital dan kemanan data.
dilansir dari laman Kominfo (2023), Mentri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) Abdullah Azwar Anas menyampaikan bahwasannya kemanan cyber security ini dapat diperoleh dari masyarakat yang memiliki digital trust, dalam memberikan dorongan pada pemerintahan 5.0.
Kemitraan yang dibangun oleh Inovasi Teknologi