Lihat ke Halaman Asli

Sampai kapankah Negara kita bisa bangkit

Diperbarui: 26 Juni 2015   13:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap tahun anggaran baru, jalan raya di jalur pantura di "kuliti" lagi oleh Pemkab setempat. Dengan alasan yang klise dan terkesan mengada-ada : Aspal jalan bolong di sana-sini, menggerinjal, naik dari posisi pengaspalan awal. Kita jadi bertanya, kenapa kejadiannya selalu di triwulan II tahun anggaran berjalan, sehingga finishingnya pas mendekati hari raya idul fitri? Dan kenapa pula harus menggunakan aspal jalan yang dibeli secara curah dari Pertamina Cilacap? Apakah tidak sebaiknya di cor dengan beton bertulang? Anggarannya tidak cukup walaupun sudah ditambah dengan Anggaran Belanja Tambahan. Ada apa sih sebenarnya? kenapa kog kualitas jalan utama yang di kerjakan oleh kontraktor-kontraktor lokal selalu saja mempunyai masa guna yang sangat sebentar.  Walaupun saat ini "cerita" tentang korupsi di negara ini mulai berkurang setelah terbentuknya satu badan  di pemerintahan yang khusus menangani korupsi, tapi tokh ternyata di daerah-daerah pekerjaan yang datang dari dinas pekerjaan umum selalu menjadi ajang cari duit bagi pejabat-pejabat setempat. Setiap pekerjaan yang berkaitan dengan dinas tersebut ada bobot persentasinya yang harus dibayar oleh kontraktor "PEMENANG TENDER" baik yang menang melalui tender resmi atau tender najis! Biasanya tim-tim pengadaan barang dan jasa serta tim lelang sudah mengantongi nilai persentasi atas pekerjaan atau pengadaan barang yang di tenderkan. Jadi dimanakah benang merahnya? yah di tim pengadaan dan tender tersebut.  Solusi yang terbaik adalah mensentralisir tim tersebut kedalam sebuah badan, sehingga jadwal lelang dan pelaksanaan kerja bisa tepat waktu, menghindari kebiasaan "Pesan Sponsor" dan pernik-pernik lainnya.  Tinggal sekarang masalahnya, seandainya badan/wadah itu terbentuk akan adakah orang-orang profesional yang benar-benar bekerja hanya untuk gaji semata tanpa iming-iming komisi? Wallahu A'lam, mohon maaf saya belum melihat ada sosok manusia indonesia era abad millenium yang bersedia bekerja keras dan tanpa korupsi layaknya Almarhum Hoegeng........

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline