Lihat ke Halaman Asli

ISIS Buka Cabang di Indonesia!

Diperbarui: 18 Juni 2015   06:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

*

Di artikel sebelumnya http://politik.kompasiana.com/2014/07/08/terhina-oleh-the-jakarta-post-atau-isis-663261.htmlsaya sedikit mengulas tentang ISIS (Islamic State Of Iraq and Syria)/ISIL. Di sela-sela berita dan tulisan tentang Pilpres, isu karikatur The Jakarta Post (TJP) dan ISIS sempat memicu beberapa tanggapan pro dan kontra.

Tak terkecuali di Kompasiana. Beberapa yang mengatakan bahwa dengan mengkritik keras karikatur TJP tidak berarti setuju atau pro terhadap ISIS dengan menyebutkan contoh ormas-ormas Islam yang memang sudah dikenal luas di masyarakat yang turut pula mengkritisi TJP. Tetapi apakah ini bukan sekadar dalih saja?

Pada aksi solidaritas untuk Palestina di bundaran HI, 11 Juli 2014 kemarin bendera hitam ISIS berkibar ditengah-tengah rombongan FPI. Entah apa maksudnya eksistensi lambang ISIS sehubungan dengan serangan Zionist ke Gaza ini. Sudah fasihkah orang-orang ini membaca peta konflik Timur-tengah seutuhnya? Mengertikah mereka bahwa ISIS ini telah memberontak terhadap pemerintahan Suriah yang notabene dalam sejarah konflik dan perang Arab-Israel, Suriah adalah salah satu pihak yang paling teguh menghadapi Israel?

Mundur ke belakang, pada 15 Juni 2014 di acara Car Free Day, Solo digegerkan oleh kehadiran sekelompok orang dengan atribut bendera hitam ala ISIS dan Jamaah Ansharut Tauhid (JAT), yang mengganggu jalannya pentas musik yang diadakan oleh Slankers, bertindak anarkis terhadap pengunjung, dan meresahkan warga sekitar. Mereka membubarkan, memukul, dan meludahi salah seorang warga, kemudian melakukan aksi baris berbaris di area parkir Benteng Vastenberg.

Ternyata indikasi ISIS telah membuka franchise-nya di Indonesia, secara tegas dideklarasikan di bundaran HI pada 16 Maret 2014 dengan tajuk: ‘Tabligh Akbar;Menyongsong kehadiran Khilafah Ala Minhajin Nubuwwah;Support and Solidarity for ISIS.’ Beberapa orang dengan atribut mayoritas hitam membentangkan bendera-bendera Al Qaeda dan spanduk dukungan kepada ISIS. Mereka adalah kelompok yang menamakan diri GARIS (Gerakan Reformis Islam) yang berasal dari Garut, Tasik, Cianjur, dan Sukabumi. Sementara dari Jabotabek, tampak rombongan dengan atribut An-Najat Jakarta, MRM (Masjid Muhammad Ramadhan) Bekasi, Cibinong Bogor, dan Pamulang Tangerang. Beberapa saling berkenalan dan mengetahui acara ini via Facebook.

Tepat pukul 09.30 WIB, orasipun dimulai dan dipimpin oleh koordinator Gerakan Khilafah Wilayah Jakarta. Mereka diajak merapatkan barisan untuk menyambut berdirinya khilafah di bumi Syam (Suriah) dan Irak. “Daulah di Indonesia ini merupakan bagian dari Daulah Islamiah yang berpusat di Syam dan Irak, dengan Syekh Abu Bakar Al-Baghdadi Al-Quraisy sebagai khalifah yang harus dibaiat.”Teks deklarasi kemudian dibacakan, yang isinya secara tegas tanpa keraguan untuk berbaiat kepada Syekh yang katanya misterius tersebut-karena selalu menggunakan penutup wajah. Al Baghdadi pernah berbaiat kepada Al Zawahiri, pimpinan Al Qaeda pengganti Osama bin laden.

Di awal tahun, kita dikejutkan dengan penggerebekan terhadap ‘terduga’ teroris di Ciputat pada malam tahun baru. Diantara anggota teroris yang tewas, terungkap informasi bahwa ia tengah mempersiapkan ‘jihad’ ke Suriah. Hasil investigasi pihak kepolisian mengatakan bahwa mereka ini juga telah melakukan perampokan pada salah satu bank sebelumnya, yang mana-menurut keyakinan mereka-hal ini dibolehkan.

Mahfudh MD pernah mengingatkan bahwa salah satu kelompok yang mengancam keutuhan NKRI adalah kelompok yang mengidamkan Khilafah ala Turki Utsmani. Pasca Orba, ruang dan panggung bagi kelompok Islam radikal begitu terbuka lebar. Sudah berapa kasus tindakan kekerasan atas nama agama terjadi. Sudah beberapa kali pula ketegangan antar pemeluk kepercayaan yang berbeda terjadi. Di tengah-tengah kondisi anti keberagaman ini, MUI sempat-sempatnya menulisMMPSI (Mengenal dan MewaspadaiPenyimpangan Syiah Indonesia). Gara-gara ‘Syiah’ ini, bahkan seorang Habib Rizieq sempat pernah bertabayyun langsung ke Iran dan lalu menyadari keprematuran sikapnya atas Syiah.

Catatan buruk akan tindakan kekerasan dan kebrutalan ISIS tidak perlu saya deskripsikan disini. Kita bisa sama-sama search di berbagai sumber. Yang pasti, ISIS dapat membantai siapapun dengan alasan apapun. Orang-orang Syiah, Kristen, sesama muslim, sesama pemberontak yang awalnya kompak seperti Jabah Al-Nusra atau FSA, bahkan ulama-ulama Sunni hanif yang tak sudi berbaiat kepada mereka adalah sekian korban statistika mereka. Masjidpun diledakkan. Organisasi ini juga memiliki keterkaitan dengan otoritas Pangeran Abdul Rahman Al Faisal, saudara pangeran Saud al-Faisal (Menlu Saudi) dan pangeran Turki al-Faisal. Pada Mei, al-Faisal membeli sebuah pabrik senjata di Ukraina. Cadangan senjata berat diterbangkan ke bandara militer Turki melalui MIT (Turki Secret Service), meneruskannya dengan kereta api khusus untuk ISIS.

Tapi siapa yang menduga jika dibelakang semua ini; konflik Suriah, Irak dan Timur Tengah pada umumnya lagi-lagi mengarah pada sebuah kekuatan besar, klise yang selalu terbaca oleh pemerhati teori konspirasi. Poros Saudi Arabia kontra Iran dengan perbedaan Mazhab yang dibesar-besarkan dan dimanfaatkan dengan mudahnya atas dasar analisa yang kuno;Bisnis Minyak dan senjata.

Menurut Meyssan, sejak 2001 kepala pertahanan AS telah berusaha untuk memecah ‘lebih banyak lagi Timur-Tengah’ menjadi negara-negara kecil yang homogen berdasarkan etnis dan agama. Irak telah direncanakan untuk terbagi atas: Negara Muslim Sunni, negara Muslim Syiah, dan negara bangsa Kurdi. Pion-pionnya mulai ‘dibuat’; ISIS, Peshmergas (Milisi Kurdi). Fakta bahwa Pemerintah Otonomi Kurdistan di Irak (KRG), adalah pengekspor minyak ke Israel, tanpa melewati Baghdad tak dapat dibantah. Begitupun rahasia umum tentang hubungan istimewa Tel-Aviv dan Kurdi di bidang militer, intelijen, dan bisnis sejak 1960-an.

Ketika korban konflik Palestina kebanyakan adalah anak-anak dan perempuan, Presiden Israel memuji-muji demokrasi yang menjunjung hak-hak perempuan Kurdi. Ketika dunia memfokuskan pemberitaan Gaza, di Baghdad Timur Sabtu malam kemarin telah terjadi pertumpahan darah yang menewaskan 29 perempuan dari keseluruhan 33 orang korban.

Reaksi Internasional dan Barat seperti inkoheren; Mengutuk ISIS dengan gaya terorisme di Irak, namun di lain sisi AS dan sekutu-sekutunya bersama ISIS memerangi Suriah. Dengan berbagai kepentingannya, sponsorship dari serangan ofensif ini dapat dikatakan adalah AS, Arab Saudi, Prancis, Israel, dan Turki.

Belum lagi dengan adanya informasi dari E. Snowden bahwa: AS, Inggris, dan Zionis Israel telah bekerjasama dalam membentuk organisasi teroris. Dari tangan-tangan Mossad, teroris ISIS diciptakan dengan strategi ‘The Hornet’s Nest’ atau sarang lebah. Dokumen NSA menyebutkan strategi sarang lebah dibuat untuk melindungi kepentingan entitas Zionis. Mereka ‘Mengembang-biakkan’ aliran-aliran yang mengusung slogan-slogan Islam, seperti berjihad namun menolak golongan lain (Takfiri).

Lalu media Internasional dan lokal dengan kemalasannya yang salah kaprah menyebut ISIS dengan istilah ‘Militan Sunni’. Sedangkan Sunni sendiri adalah ‘Orang-orang yang mengikuti tradisi Rasul dan para sahabatnya (Ahl Sunnah wal Jamaah)’. Memakan hati musuh yang telah mati, dan ‘memainkan’ bagian tubuh dari jenazah korban jelas bukan bagian dari tradisi Nabi, tetapi tradisi musuh Nabi.

Konflik Timur Tengah sarat akan kepentingan politik yang sangat dinamis dan rumit. Pembelaan atas ‘pion-pion’ tak jelas macam ISIS, justru telah memenuhi permainan para Zionis-dalam upaya pembentukan Israel Raya-kecuali, anda memang pendukung Zionis.

Salah satu prioritas Presiden terpilih nanti adalah penegakan hukum setegak-tegaknya bagi pihak-pihak yang secara soft atau terang-terangan menggunakan agama untuk subversi dan kekerasan. Apalagi jika agama digunakan hanya untuk kepentingan politik semata. Disorientasi atas kelompok-kelompok macam ISIS, Al Qaeda, Taliban, dan lain-lain seperti saat misalnya, seorang cendikiawan Akhmad Sahal meminta tanggapan atas predikat ‘Mujahidin’ pada Boko Haram terhadap Tifatul Sembiring yang hanya ditanggapi dengan candaan di media sosial, semoga tidak menjadikannya sebatas isu yang ringan.

Memecah belah umat dengan taktik ‘sarang lebah’ hanya akan membawa Indonesia jatuh pada perseteruan pandir khas konflik Timur-Tengah.

Indonesia jangan ikut-ikutanlah...

*

Gambar: http://www.washingtonpost.com/blogs/worldviews/files/2013/08/BSm0bOBCYAAAph6.jpg

http://files.buktidansaksi.com/solo.jpg

http://www.infosalafi.com/wp-content/uploads/2014/03/isis-2.jpg

https://pbs.twimg.com/media/BsQ0GUmCMAA8vnt.jpg:large

Dirangkum dari beberapa sumber.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline