Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Dendy

menulis adalah obat hati

Duet Prabowo-Yusril, Mungkinkah Bisa Pudarkan Elektabilitas Jokowi?

Diperbarui: 15 September 2017   11:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Duet Prabowo-Yusril bisa menjadi ancaman bagi elektabilitas Jokowi. (TRIBUNNEWS.COM/Bian Harnansa)

Sentimen terhadap Ketua Umum DPP Partai Gerindra Prabowo Subianto dan Ketua Umum DPP Partai Bulan Bintang (PBB) Yusril Ihza Mahendra belakangan ini dinilai sangat positif. Karena itu, peluang memenangi Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 cukup besar jika ke duanya maju berpasangan sebagai calon presiden dan calon wakil presiden.

"Selama ini ke dua tokoh tersebut positif di mata masyarakat. Kalau berpasangan bisa berpotensi menenggelamkan figur dan elektabilitas Jokowi," ujar Direktur Eksekutif Voxpol Center Pangi Syarwi Chaniago kepada JPNN, Kamis (7/9).

Itulah sepenggal pemberitaan yang saya kutip dari media online JPNN.COM. Wacana Prabowo-Yusril selalu menarik perhatian saya. Bagaimana tidak, kedua tokoh nasional yang selalu bersebrangan dengan pemerintahan Jokowi ini. Akhir-akhir ini selalu populer dengan berbagai manuver yang dilakukannya. Prabowo sendiri sudah banyak yang mengetahui betapa konsistennya sosok ini berada di luar pemerintahan. Semenjak dirinya mendirikan partai Gerindra pada tahun 2008 silam.

Apalagi sebagai antitesa, atau lawan terkuat Jokowi saat ini. Prabowo bagaikan tempat berkumpulnya masyarakat yang tidak suka bahkan anti terhadap pemerintahan Jokowi. Ya, karena sosok Prabowo pada saat ini sangat mirip dengan Anies-Sandi pada Pilkada DKI 2017 lalu. Kenapa saya bilang mirip? Karena pada Pilkada DKI 2017 lalu, yang menyebabkan Anies-Sandi menang adalah berkumpulnya para masyarakat yang tidak suka dengan Ahok. Atau jika boleh saya sedikit lebih frontal. Anies-Sandi adalah pusat berkumpulnya kalangan pemilih "Anti Ahok".

Berdasarkan penelitian kecil saya pada arus isu Politik yang berkembang di media sosial pada saat ini. Prabowo sering digadang-gadang sosok yang mampu mengubah keadaan bangsa Indonesia pada saat ini. Bahkan tak jarang banyak berbagai komentar yang menginginkan Prabowo untuk menggantikan Jokowi sebagai Presiden Indonesia. Jadi ibaratnya Prabowo bisa saya ibaratkan dengan Anwar Ibrahim di Malaysia. Dimana meskipun bukan tokoh dalam pemerintahan. Akan tetapi memiliki pendukung yang militan. Bahkan terkadang fanatik.

Prabowo bagaikan harapan terakhir para pendukungnya. Karena sikap konsistennya yang tetap berada di luar pemerintahan. Saya rasa itulah yang membuat betapa miitannya para pendukung Prabowo semenjak Pilpres 2014 lalu. Berbeda dengan SBY. Karena sikap peragu dari seorang SBY. Pendukung mantan Presiden ke-6 ini tidaklah semilitan dari pendukung Prabowo pada saat ini.

Prabowo tentu memiliki pengaruh yang cukup besar dalam dunia politik. Bersama Megawati dan SBY. Prabowo merupakan salah satu penentu arah perpolitikan Indonesia kedepannya. Karena Mega, SBY, dan Prabowo. Adalah pemain dominan politik Indonesia pada saat ini. pada Pilpres 2019 mendatang peta politik Indonesia tentu akan dipengaruhi ketiga Tokoh besar Nasional tersebut.

Dalam Pilpres 2019 sepertinya Prabowo kemungkinan besar akan kembali bertarung dengan saingan lamanya. Siapa lagi kalau bukan Jokowi. Pilpres 2019 tentunya merupakan pertarungan terakhir bagi Prabowo. Karena dengan usia yang hampir mencapai 67 tahun pada saat ini. Tentunya Pilpres 2019 sangat begitu penting bagi Prabowo. Bahkan sangat "Krusial". Dan merupakan pertarungan hidup dan mati bagi dirinya. Karena faktor usia yang kemungkinan sudah tidak layak lagi jika mencalonkan diri lagi pada Pilpres 2024 mendatang.

Kenapa saya katakan tidak layak? Karena sepertinya ke depannya pasti akan ada regenerasi tokoh. Di mana para tokoh-tokoh muda akan bermunculan satu persatu pada pilpres 2024 mendatang. Salah satunya AHY. Yang secara jelas Demokrat pernah mengemukakan. Pada dasarnya AHY sebagai tokoh muda dipersiapkan, untuk menjadi Presiden pada tahun 2024 mendatang. Dari pernyataan tersebut sudah jelas Pilpres 2019 adalah pemanasan terlebih dahulu untuk AHY. Sebelum menghadapi pertarungan serius pada pilpres 2024.

Diperkirakan pilpres 2024 adalah pilpresnya tokoh-tokoh muda. Apalagi dengan lahirnya Anies Baswedan dalam politik nasional akhir-akhir ini. Menandakan akan terjadi regenerasi tokoh kedepannya. Bahkan bukan tidak mungkin Anies Baswedan sudah dipersiapkan Prabowo pada Pilpres 2024. Apalagi jika Prabowo kalah pada Pilpres 2019. Bukan tidak mungkin Prabowo akan semakin mendorong Anies untuk maju sebagai calon Presiden dari Gerindra. Kemungkinan itu bisa saja. Menginggat Megawati yang berkali-kali kalah pada akhirnya mendukung tokoh populer dari partainya sendiri, yaitu Jokowi. Yang pada akhirnya Megawati menjadi pengaruh dominan bagi Jokowi. Karena Megawati adalah tokoh sentral dari partai pendukung utama Jokowi yaitu PDIP.

Tentu dengan kesempatan terakhir tersebut, Prabowo tidak mau lengah lagi memilih calon Wakil Presiden seperti pada Pilpres 2014. Karena pada Pilpres 2014 lalu. Sosok Hatta Radjasa terbukti tidak mampu mendongkrak elektabilitas Prabowo dikala itu. Disamping itu elektabilitas Jokowi pun terus melambung. Sehingga berakhir dengan kekalahan Prabowo.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline