Bulan Oktober hampir selesai, bulan penanda datangnya musim dingin –jika disini, musim hujan- suatu musim yang cenderung bernuansa gelap dan kurang bersahabat. Di bulan ini pun tepatnya di tanggal 31, ada tradisi yang erat hubungannya dengan dunia supernatural yang mistis dan magis, yakni Halloween. Peringatan Halloween dirayakan dengan banyak tradisi, seperti ‘trick or treat’, ramalan masa depan, cerita hantu legenda, pesta kostum, lengkap dengan dekorasi ala horor, dan tak lupa simbol Jack O’Lantern menghiasi seluruh elemen yang ada. Lalu apa hubungannya dengan judul diatas? Ah, saya cuma ingin menyambung-nyambungkan saja antara sebuah tradisi dengan sebuah film ...itu saja :) Bagi saya pribadi, hanya ada satu tontonan wajib, jika boleh dikata : sebuah retribusi pribadi, di setiap bulan Oktober.
Ada sebuah film yang pas dengan tradisi tersebut. Sebagai salah satu genre horor favorit saya, John Carpenter’s Halloween atau biasa disebut Halloween (1978), adalah film yang merefleksikan serta menjadi identitas dan simbol dari peringatan Halloween. Sebuah film yang bukan film horor semata dengan berbagai fantasi dan imajinasi yang berlebihan, namun bagi saya, film tersebut merepresentasikan bahwa roh jahat bisa menguasai manusia untuk berbuat jahat pula.
Sekilas Sejarah Halloween
Ahh … sudahlah, pasti banyak yang telah membahasnya, saya persingkat saja. Berasal dari tradisi Celtic kuno sekitar 2.000 tahun lalu, bahwa bangsa Celts –area yang kini terletak di sekitar Irlandia, Inggris Raya dan sebelah Utara Perancis- merayakan Samhain, yakni suatu tanda berakhirnya musim panen dan dimulainya musim dingin. Malam sebelum perayaan, dipercaya bahwa transisi musim tersebut sebagai jembatan menuju dunia mati, dan sering diasosiasikan dengan kematian manusia. Dalam hal ini, Druids - para pendeta Celts- meramalkan masa depan, guna mencari arahan dari roh-roh gentayangan, agar mereka dapat hidup nyaman selama musim dingin. Bentuk perayaannya, dengan menyalakan api unggun besar, mereka berkumpul dengan sesembahan korban hewan serta mengenakan kostum berupa kepala dan kulit binatang, dan mengutarakan masa depan terhadap satu sama lain.
Adalah setelah tahun 43, ketika Romawi beserta kedua tradisinya - yakni Feralia, sebuah tradisi untuk memperingati berlalunya orang mati, serta Pomona, sebuah perayaan untuk memperingati Dewi Buah-buahan- berasimilasi dengan perayaan Samhain, setelah Romawi menguasai wilayah Celtic. Setelah kekristenan memasuki wilayah Roma dan menjadikan agama resmi negara, barulah di abad ke-9, peringatan All Saints’ Day - untuk memperingati para jasa Santo dan Martir- tergabung dalam beberapa tradisi Samhain, serta di malam sebelumnya, dirayakan pula All Hallows’ Eve. Di abad berikutnya, setiap tanggal 2 November diperingati sebagai All Souls’ Day, sebuah peringatan untuk orang yang mati yang identik dengan perayaan Samhain, namun yang membedakan adalah pemakaian kostumnya, yakni Santo, malaikat dan setan. Perayaan All Saints’ Day juga disebut All-hallows atau All-hallowmas –berasal dari bahasa Inggris kuno, Alholowmesse yang artinya, ya All Saints’ Day- dan perayaan malam sebelumnya disebut All Hallows’ Eve yang akhirnya berubah menjadi Halloween.
Film Halloween (1978)
Tanpa bermaksud tidak respek dengan film lainnya, film Halloween karya John Carpenter yang dirilis di tanggal 25 Oktober 1978 adalah film yang paling pas untuk mewakili tradisi modern Halloween. Dengan judul dan premis yang sama, film ini menceritakan adanya peristiwa menyeramkan bertepatan dengan hari raya yang dimaksud. Berikut adalah sinopsis ceritanya :
Malam Halloween tahun 1963, seorang bocah bernama Michael Myers membunuh kakaknya sendiri, Judith Myers, dengan sebilah pisau dapur. 15 tahun setelah mendekam dan dirawat di sebuah sanitarium, tepatnya tanggal 30 Oktober 1978, Michael Myers berhasil kabur dan kembali ke rumah lamanya di kota kecil, Haddonfield.
Adalah Laurie Strode (diperankan oleh Jamie Lee Curtis) akan menjalankan tugasnya sebagai babbysitter, sedangkan kedua temannya, Annie dan Lynda, sibuk memikirkan apa yang akan mereka lakukan di malam Halloween. Akhirnya Laurie dan Lynda menjadi babbysitter dengan lokasi di masing-masing rumah yang hanya berseberangan satu sama lain. Mereka tidak menyadari adanya pembunuhan oleh Michael Myers di malam tersebut. Satu persatu teman Laurie dibunuh. Munculnya harapan, ada di pundak Dr. Loomis (diperankan oleh Donald Pleasance), seorang psikiater Michael yang merawatnya sejak kecil, yang dibantu oleh seorang sheriff, melacak dan mencegah Michael yang sudah mengincar Laurie dari dekat.
Film yang ditulis oleh John Carpenter dan produser Debra Hill dengan judul awal The Babbysitter Muders. Adalah Irwin Yablan dari Compass International Picture, sebuah studio independen, menyarankan cerita terjadi di malam Halloween dan mengganti judul film menjadi Halloween. Adalah juga Moustapha Akkad, seorang sutradara dan produser film yang mendanai film dengan biaya hanya sekitar 300,000 US$ dan hanya diproduksi selama empat minggu saja. Sedangkan John Carpenter juga hanya mendapatkan 10,000 US$ untuk menulis cerita dan naskah, menjadi sutradara dan komposer musik.
Dengan keterbatasan biaya, kegiatan produksi pun harus memamakai trick khusus, seperti pembuatan topeng Michael Myers yang dimodifikasi dari topeng Captain Kirk (Star-Trek) yang diperankan oleh William Shatner. Film tersebut laris manis sebagai film horor independen dengan pendapatan, menurut box officemojo.com domestik 47,000,000 US$ sedangkan menurut thenumbers.com total seluruh dunia 70,000,000 US$. Film tersebut juga menuai kritik positif dari para kritikus top, seperti yang dilansir rottentomatoes.com memliki nilai 92% (bersertifikat fresh), sedangkan penilaian dari metacritic.com memiliki poin 78 dari 100.