Lihat ke Halaman Asli

Peran Lingkungan dan Budaya dalam Perkembangan Sosial Emosional

Diperbarui: 22 Januari 2025   18:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Perkembangan sosial emosional adalah aspek penting dalam pertumbuhan individu, yang mencakup kemampuan untuk memahami, mengelola emosi, membangun hubungan yang sehat, dan berinteraksi dengan orang lain. Proses ini tidak terjadi dalam kekosongan; sebaliknya, lingkungan dan budaya memainkan peran yang sangat signifikan dalam membentuk perkembangan sosial emosional seseorang. Dalam artikel ini, kita akan membahas bagaimana kedua faktor ini berkontribusi terhadap perkembangan sosial emosional individu.
1. Lingkungan Keluarga
Lingkungan keluarga adalah salah satu faktor paling awal dan paling berpengaruh dalam perkembangan sosial emosional anak. Keluarga adalah tempat pertama di mana anak-anak belajar tentang emosi, interaksi sosial, dan norma-norma perilaku. Pola asuh yang diterapkan oleh orang tua, seperti gaya pengasuhan otoritatif, otoriter, atau permisif, dapat memengaruhi bagaimana anak-anak mengelola emosi mereka dan berinteraksi dengan orang lain.
-Gaya Pengasuhan Otoritatif: Orang tua yang menerapkan gaya pengasuhan ini cenderung memberikan dukungan emosional dan menetapkan batasan yang jelas. Anak-anak yang dibesarkan dalam lingkungan ini biasanya lebih mampu mengelola emosi mereka, memiliki rasa percaya diri yang tinggi, dan mampu membangun hubungan yang sehat dengan orang lain.
-Gaya Pengasuhan Otoriter: Sebaliknya, orang tua yang menerapkan gaya pengasuhan otoriter cenderung lebih menekankan disiplin dan kontrol, sering kali tanpa memberikan dukungan emosional yang cukup. Anak-anak dalam lingkungan ini mungkin mengalami kesulitan dalam mengekspresikan emosi mereka dan cenderung memiliki masalah dalam membangun hubungan sosial yang positif.
-Gaya Pengasuhan Permisif: Orang tua yang permisif cenderung memberikan kebebasan yang besar kepada anak-anak mereka tanpa menetapkan batasan yang jelas. Meskipun anak-anak mungkin merasa bebas untuk mengekspresikan diri, mereka mungkin juga mengalami kesulitan dalam memahami konsekuensi dari tindakan mereka dan mengelola emosi dengan baik.
2.Lingkungan Sekolah
Setelah keluarga, sekolah adalah lingkungan kedua yang sangat berpengaruh dalam perkembangan sosial emosional anak. Di sekolah, anak-anak belajar berinteraksi dengan teman sebaya, mengembangkan keterampilan sosial, dan memahami norma-norma sosial yang lebih luas. Interaksi dengan guru dan teman sebaya dapat membentuk cara anak-anak memahami emosi dan hubungan.
-Peran Guru: Guru yang mendukung dan memahami kebutuhan emosional siswa dapat membantu menciptakan lingkungan belajar yang positif. Ketika guru menunjukkan empati dan perhatian terhadap kesejahteraan emosional siswa, anak-anak merasa lebih aman untuk mengekspresikan diri dan berpartisipasi dalam kegiatan sosial.
-Interaksi dengan Teman Sebaya: Hubungan dengan teman sebaya juga sangat penting dalam perkembangan sosial emosional. Melalui interaksi ini, anak-anak belajar tentang kerjasama, konflik, dan resolusi masalah. Pengalaman positif dalam berinteraksi dengan teman sebaya dapat meningkatkan keterampilan sosial dan membantu anak-anak mengembangkan rasa empati.
3.Budaya
Budaya adalah faktor penting lainnya yang memengaruhi perkembangan sosial emosional. Budaya mencakup nilai-nilai, norma, dan praktik yang dianut oleh suatu kelompok masyarakat. Setiap budaya memiliki cara yang berbeda dalam mengajarkan dan mengekspresikan emosi, serta dalam membangun hubungan sosial.
-Nilai-nilai Budaya: Dalam beberapa budaya, nilai-nilai kolektivisme lebih ditekankan, di mana individu diharapkan untuk mengutamakan kepentingan kelompok di atas kepentingan pribadi. Dalam konteks ini, anak-anak diajarkan untuk mengelola emosi mereka demi menjaga harmoni dalam kelompok. Sebaliknya, dalam budaya individualisme, anak-anak mungkin lebih didorong untuk mengekspresikan emosi mereka secara terbuka dan mengejar kepentingan pribadi.
-Praktik Sosial: Praktik sosial yang berbeda dalam berbagai budaya juga memengaruhi cara individu berinteraksi. Misalnya, dalam beberapa budaya, kontak mata dianggap sebagai tanda kepercayaan dan keterbukaan, sementara dalam budaya lain, kontak mata yang terlalu intens dapat dianggap sebagai tantangan atau ketidakpatuhan. Pemahaman tentang norma-norma ini sangat penting dalam membangun hubungan sosial yang sehat.
4.Pengaruh Media dan Teknologi
Di era digital saat ini, media dan teknologi juga memainkan peran penting dalam perkembangan sosial emosional. Anak-anak dan remaja terpapar pada berbagai bentuk media, termasuk televisi, film, dan media sosial, yang dapat memengaruhi cara mereka memahami emosi dan hubungan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline