Di Indonesia, bulan Ramadan tidak hanya identik dengan ngabuburit dan pasar Ramadan, tetapi juga ada cara unik untuk membangunkan sahur. Kesulitan bangun untuk menunaikan sahur kerap menjadi permasalahan, apalagi jika ada kegiatan hingga larut malam yang menyebabkan kita bangun kesiangan. Adanya faktor kebiasaan bangun siang juga menjadi kendala untuk bangun dan mempersiapkan sahur.
Sebenarnya, masalah sulitnya bangun pagi dapat diminimalisir dengan adanya tradisi sahur berupa kegiatan membangunkan warga. Cara yang dilakukan biasanya beragam dan unik. Namun, seiring dengan adanya kemajuan teknologi, apakah tradisi membangunkan sahur masih bisa dilakukan dan diminati?
Tradisi Sahur dan Kemajuan Teknologi
Tradisi sahur memang selalu membuat Ramadan terasa lebih mengasyikkan. Tradisi membangunkan sahur di Indonesia bukanlah kegiatan yang asing. Jika kita pernah mengalami dibangunkan saat sahur, pasti ingat bagaimana biasanya terdengar suara yang seakan-akan "menyusup" ke dalam rumah warga yang masih terlelap. Jelas sekali terdengar, suara yang lantang diteriakkan bertujuan untuk membangunkan warga agar segera menyiapkan makanan sahur. Mungkin ada yang heran kenapa suara membangunkan sahur harus keras, karena jika pelan takutnya ada warga yang tidak mendengar.
Tradisi sahur biasanya dilakukan dengan berteriak "sahur sahur", ada juga yang menggunakan alat. Tapi tergantung dengan kondisi di lingkungan tersebut. Ada yang terpaksa menggunakan alat seadanya seperti kentongan, galon kosong, botol, alat masak seperti panci dan penggorengan untuk membuat bunyi-bunyian. Ada juga yang menggunakan alat musik seperti gamelan. Selain itu ada juga yang menggunakan petasan, tetapi karena suaranya yang tidak nyaman di telinga, tradisi membangunkan sahur dengan membunyikan petasan, perlahan menghilang.
Tradisi sahur biasanya dilakukan beramai-ramai. Kebanyakan yang melakukannya akan berkelompok keliling kampung. Memang tradisi membangunkan sahur ini selalu menjadikan Ramadan semakin berwarna. Meskipun sebagian besar orang yang terlibat dalam kegiatan tradisi sahur ini menggunakan peralatan sederhana dan seadanya, namun mereka melakukannya dengan senang dan ikhlas.
Jika berbicara tentang zaman, dulu masyarakat sempat kesulitan untuk bangun sahur sehingga harus mencari cara agar tidak terlambat bangun dan ketinggalan sahur. Sahur merupakan bagian penting dari Ramadan, karenanya tradisi membangunkan sahur mulai bermunculan dan terus dipelihara kala itu.
Seiring dengan kemajuan zaman, kita hidup semakin dipermudah dengan adanya teknologi. Di perkotaan individunya cenderung tidak bergantung pada orang lain, dan juga masyarakat kota datang dari berbagai latar belakang. Hal ini menyebabkan perubahan sosial cepat terjadi. Perubahan ini membuat tradisi sahur juga tergeser oleh masuknya teknologi.
Bagi masyarakat kota, bangun pagi dan menjalankan sahur bukanlah hal sulit lagi. Mereka yang memiliki jam weker tinggal putar saja, banyak stasiun televisi yang memiliki acara hingga larut bahkan ada juga yang menemani hingga waktu sahur. Belum lagi sekarang hampir setiap orang memegang ponsel. Melalui ponsel masing-masing tinggal memasang alarm untuk mengingatkan waktu sahur.
Tapi di beberapa daerah dimana masyarakatnya masih sebagian besar penduduk asli, tradisi sahur masih dilakukan. Bahkan setiap daerah memiliki nama dan cara yang berbeda-beda. Meskipun berbeda, tetapi tujuannya tetaplah sama yaitu membangunkan orang untuk sahur.