Lihat ke Halaman Asli

Drama Orang-orang Besar di Balik Gubuk Reot

Diperbarui: 7 September 2016   10:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Suara celotehan jangkrik yang saling bersahutan meramaikan suasana malam sebuah gubuk kecil di pinggir kota, kota yang besar dengan segala hingar bingarnya seakan penduduknya tak pernah tidur. Namun hingar bingar itu tak dirasakan sebuah keluarga sederhana yang hidup di kaki-kaki bangunan tinggi dibalik tembok tinggi berduri yang memisahkan mereka dari gemerlapnya.

Tak banyak yang bisa dilakukan mereka, hanya tidur beralaskan tikar. menikmati heningnya malam dengan sebuah televisi tua berlayar 14 inch, satu-satunya harta berharga mereka, darinya mereka bisa melihat dunia luar. Dunia diluar tembok yang membatasi langkah mereka.

“Dapatkan Unit apartmen 2 lantai dengan harga HANYA 2 MILIAR!! Besok harga naik,” begitu kiranya bunyi iklan yang diputar setiap harinya di stasiun televisi favorit mereka. “Hanya untuk anda, kami berikan harga spesial dengan cicilan 60 juta perbulan sudah termasuk PPN”. Apakah benar iklan ini ditujukan untuk kita atau hanya sekedar berusaha membuat kita yang hidup di gubuk ini jengkel, tapi apalah daya kami sebagai orang kecil cukup menikmati saja apa yang disuguhkan oleh layar televisi.

Sementara jauh ditengah kota dimana bapak penguasa dan sang pengusaha bertemu, bukan sekedar untuk bersua tapi sebuah obrolan serius hanya berdua, Disana terucap semua keinginan si pengusaha mengajak bekerja sama, dengan cara main mata dengan si penguasa. “Bisa diatur itu semua, asal ngerti sama saya” kata si penguasa disambut gelak tawa kawan barunya. Tawa mereka membahana tanpa peduli yang jauh disana, mereka yang menahan sendawa sambil mengencangkan celana.

Sim Salabim munculah daratan ditengah lautan, hasil bualan dimalam hari itu kini jadi sebuah kenyataan. Sementara anak nelayan mulai kebingungan, dimana bapaknya mau cari ikan kalau lautnya ditindih tanah? Masak apa ibu kalau nanti bapak tak bawa pulang tangkapan? Makan apa aku kalau bapak Cuma bisa berpangku tangan? Apa kini aku tak boleh lagi makan ikan? Lantas apa guna pantai kalau hanya melihat orang-orang besar menyolotkan lampunya yang menyilaukan?.

Si pengusaha dan si penguasa merayakan keberhasilanya, mereka tertawa-tawa ditengah kota. Namun sayang tawa tersebut terlalu keras hingga sampai ke telinga para pemberantas rasuah. Membuat mereka curiga dan memunculkan Tanya, ada apa dengan mereka berdua. Terungkaplah permainan mereka. Dan selesailah pertemanan mereka. 

Keluarga kecil disudut kota itu hanya mendengarnya sambil jengkel, sementara mereka ditodong untuk membayar pajak dari penghasilan tak pasti, si pembuat aturan malah tak tahu aturan. Disaksikannya dengan seksama, si pengusaha dan pengusaha yang sebelumnya main mata kini tak lagi saling bertatapan, entah karna malu atau kesal yang pasti kisah kemesraan mereka telah berakhir dengan diselamatkannya romi oranye di pungung mereka.

Cerita diatas bukanlah celotehan semata. Sebuah ironi ketika kita dihadapkan pada sebuah ketidak adilan dimana yang berkuasa menggunakan kewenangan secara semena-mena. Sementara orang-orang besar memainkan hukum kita masih terbata-bata untuk membaca, cukup sudah mengorbankan rakyat kecil demi kepntingan segelintir orang. Maka perlu ditingkatkan kounikasi politik antara penguasa dan rakyat agar dapat sama-sama mencari solusi permasalahan secara adil.

Dalam teori komunikasi, komunikasi memiliki dampak mulai dari terendah yaitu hanya mengakibatkan kognisi hingga merubah perilaku (behavioural). Komunikasi poitik dari pemerintah dan rakyat yang baik akan menghasilkan feedback yang baik, memberi kesejahteraan dan keadilan bagi masyarakat. Maka sudah sepatutnya bagi seorang penguasa untuk mendengar apa yang menjadi aspirasi masyarakat dalam arah pembangunan karena pembangunan dalam negara demokrasi harus bermula dari rakat, oleh rakyat, untuk rakyat.

Nama   : Denanda Ariesa Hasri

NIM              : 07031181520027

Kampus : Universitas Sriwijaya Indralaya

Kelas     : Ilmu Komunikasi A

Dosen Pembimbing: Nur Aslamiah Supli, BIAM., M.sc




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline