Lihat ke Halaman Asli

Dena Mustika

Social Studies Education

Pandemi Covid-19 dalam Perspektif Sosial

Diperbarui: 11 April 2020   16:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Bumi sedang beristirahat. Semua umat manusia juga bersiap. Bersiap untuk membuat perubahan atau larut dalam kepanikan yang tak berarti. Covid-19 membuat semua orang tertuju pada permasalahan ini. Bagaimana tidak, Covid-19 sudah merubah aspek kehidupan masyarakat global. Dan pada bulan Maret 2020 WHO telah menetapkan Covid-19 sebagai pandemi. Covid-19 berawal dari epidemi di China, kemudian menyebar ke seluruh dunia dalam hitungan bulan sehingga menjadi pandemi. Suatu penyakit dikategorikan sebagai pandemi jika penyakit tersebut berkembang secara meluas dan menyebar di berbagai wilayah dunia. 

Dalam perspektif sosial, dengan adanya covid-19 tentu telah terjadi perubahan sosial di masyarakat global. Perubahan tersebut terjadi pada cara berpikir, berkomunikasi maupun berperilaku. Menurut Sztompka dalam Supardan, Dadang (2011: 142) bahwa masyarakat senantiasa berubah di semua tingkat kompleksitas internal dan eksternalnya.

Di tingkat mikro terjadi perubahan interaksi dan perilaku individual. Di tingkat mezzo terjadi perubahan kelompok, komunitas, dan organisasi. Sedangkan, di tingkat makro terjadi perubahan ekonomi, politik, dan kultur yang berskala internasional. Covid-19 telah menyebabkan terjadinya perubahan di tingkat makro hal ini dapat dikaji berdasarkan perspektif disiplin ilmu-ilmu sosial.

Disipilin ilmu sosiologi tentunya identik dengan masyarakat. Bagaimana setiap individu berinteraksi dengan individu lainnya, individu berinteraksi dengan kelompok, serta kelompok berinteraksi dengan kelompok lainnya. Dalam interaksi tersebut terjadi pula perubahan dalam tatanan sosial. Tatanan sosial mendapat stimulus tertentu, misalnya dalam rasa takut atau kepanikan yang berlebih akan Covid-19.

Kondisi perubahan ini bersifat interpenden. Artinya,  sulit untuk dapat membatasi perubahan-perubahan pada masyarakat karena masyarakat merupakan mata rantai yang saling terkait. Masyarakat membutuhkan otoritas kesehatan yang dapat dipercaya sebagai panduan mereka dalam menghadapi wabah. Era digitalisasi ini sebagai wadah interaksi sekunder untuk mengimplementasikan menjadi smart and good citizenship.

Pentingnya etika berkomunikasi, berinteraksi sangat dibutuhkan dalam pandemi ini. Dan yang paling dibutuhkan dalam konsep sosiologi yaitu konsep "peran". Bagaimana peran negara dan bangsa dalam mengontrol ataupun mengendalikan informasi, juga tanggung jawab setiap individu agar tidak merugikan individu lainnya.

Dalam disiplin ilmu antropologi, terdapat suatu inovasi budaya. Inovasi tersebut akan cepat berdifusi jika melalui komunikasi saluran tertentu. Misalnya, bagaimana sistem sosial warga masyarakat terhadap pembaharuan. Kelompok masyarakat elit dan terdidik akan cepat menyikapi perubahan pembaharuan budaya. Sedangkan, dalam masyarakat tradisional dan yang kurang terdidik akan cenderung lebih lambat dalam menerima pembaruan budaya. Hal ini selalu berkaitan dengan disiplin ilmu sosial lainnya.

Faktanya, work from home menimbulkan dampak positif dan negatif juga. Satu sisi, mencegah penyebaran Covid-19, di sisi lain banyak masyarakat yang mengalami kesulitan dalam mengimplementasikannya, entah dari beban kerja, ataupun tidak didukung sarana dan prasarana yang baik.

Selanjutnya, dalam kajian disiplin ilmu geografi, interaksi manusia dengan ruang menjadi hal yang utama. Teori posibilis dan determinis yang sudah dipelajari seakan pudar begitu saja. Dalam konsep lingkungan kita menyadari secara kodrati bahwa betapa uniknya kehidupan di bumi ini. Kosmos dimana kita hidup tak tergantikan.

Kekuatan-kekuatan lingkungan dalam hubungannya dengan kehiduapan melanggengkan kontradiksi manusia. Hal ini memiliki kekuatan untuk menaklukkan, namun diliputi juga berbagai kelemahan yang membuat individu lainnya terancam. Seperti dalam hal lockdown, hal ini menjadi dilematis. Ingin menekan persebaran Covid-19, namun disisi lainnya banyak masyarakat yang masih belum tercukupi kebutuhan primernya.

Kita beranjak ke disiplin ilmu sejarah. Pembelajaran suatu kajian terhadap peristiwa-peristiwa masa lampau sebagai pembelajaran di masa kini dan masa yang akan datang tentu selaras dengan hakikat ilmu itu sendiri. Bagaiamana mengamalkan sikap tertib sosial. WHO telah mengumumkan Covid-19 sebagai siaga tertinggi, Hendaknya sikap siap siaga tersebut juga dipahami oleh masyarakat global, dengan mengambil langkah yang strategis. Kemudian, jika dikaji dalam disiplin ilmu ekonomi, tentu hal ini menjadi kebutuhan primer seluruh masyarakat global.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline