Di sebuah desa kecil bernama Prenduan, yang terletak di pulau Madura, terdapat sebuah rumah tua yang sudah lama tidak berpenghuni. Rumah itu dikenal oleh penduduk setempat sebagai Rumah Pengabdi Setan. Banyak cerita mengerikan yang mengelilinginya, namun tak ada yang berani membuktikan kebenaran kisah-kisah tersebut.
Suatu hari, tiga pemuda bernama Andi, Budi, dan Cici, yang terkenal dengan keberanian mereka, memutuskan untuk menghabiskan malam di rumah tua tersebut. Mereka ingin membuktikan bahwa tidak ada hantu atau setan yang menghuni rumah itu.
Malam itu, bulan purnama menerangi langit Prenduan, memberikan cahaya pucat yang cukup untuk melihat sekitar. Ketiga pemuda itu memasuki rumah dengan membawa senter dan kamera untuk merekam pengalaman mereka.
"Ah, hanya cerita orang tua yang ingin menakut-nakuti anak-anak. Tidak ada apa-apa di sini," kata Budi dengan nada mengejek.
Mereka menjelajahi setiap ruangan di rumah tersebut. Tiba-tiba, mereka mendengar suara langkah kaki yang berat dan seret dari lantai atas. Mereka berhenti dan saling berpandangan dengan raut wajah tegang.
"Siapa itu?" teriak Andi.
Tidak ada jawaban. Dengan hati-hati, mereka menaiki tangga yang berderit menuju lantai atas. Suara langkah kaki semakin jelas, terdengar seperti seseorang yang menyeret kaki dengan berat. Mereka mengarahkan senter ke setiap sudut, namun tidak menemukan apa-apa.
Ketika mereka mencapai kamar di ujung lorong, pintu kamar itu tiba-tiba terbuka dengan sendirinya. Angin dingin menyergap mereka, membuat bulu kuduk merinding. Di dalam kamar, mereka melihat bayangan hitam berdiri di sudut ruangan. Bayangan itu tampak seperti sosok tinggi dengan mata merah menyala.
Cici menjerit, "Ayo keluar dari sini!"
Mereka berlari menuruni tangga, namun suara langkah kaki berat itu kini terdengar mengikuti mereka. Setiap kali mereka menoleh, mereka melihat bayangan hitam itu semakin mendekat.
Sampai di pintu keluar, pintu itu tiba-tiba tertutup dengan keras, seolah-olah ada kekuatan tak kasat mata yang menahannya. Mereka panik dan mencoba membukanya dengan sekuat tenaga, namun sia-sia.