Lihat ke Halaman Asli

Abdillah

freelancer

Cinta di Miftahul Ulum

Diperbarui: 8 Juni 2024   13:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di desa Brumbung Aeng Panas, berdiri sebuah madrasah sederhana namun penuh semangat, bernama Miftahul Ulum. Madrasah ini merupakan pusat pembelajaran dan harapan bagi anak-anak desa yang ingin mengejar mimpi mereka. Meskipun fasilitasnya terbatas, kualitas pendidikannya tidak diragukan lagi. Di sinilah, seorang guru muda dan penuh dedikasi bernama Bu Sarah mengabdikan dirinya.

Bu Sarah baru saja lulus dari sekolah keguruan dan mendapat penempatan di Miftahul Ulum. Setiap pagi, dia berjalan melewati jalan-jalan desa yang asri menuju madrasah, diiringi sapaan hangat penduduk setempat yang sudah mengenalnya. Wajahnya selalu cerah, penuh semangat untuk membagikan ilmu kepada murid-muridnya. Dia mengajar pelajaran Bahasa Arab dan Al-Qur'an dengan metode yang menarik dan interaktif, sehingga para siswa senang belajar dengannya.

Di antara para murid, ada seorang siswa bernama Zainal. Zainal adalah anak yang cerdas dan rajin, meskipun berasal dari keluarga sederhana. Dia selalu duduk di barisan depan, menyimak setiap kata yang diucapkan Bu Sarah dengan penuh perhatian. Mata Zainal berbinar-binar setiap kali Bu Sarah menjelaskan materi pelajaran, dan dia selalu aktif bertanya jika ada yang tidak dimengertinya.

Suatu hari, setelah jam pelajaran usai, Bu Sarah melihat Zainal masih duduk di dalam kelas, mengerjakan tugas dengan tekun. Seluruh siswa sudah pulang, tapi Zainal tetap asyik dengan bukunya.

"Zainal, kenapa belum pulang?" tanya Bu Sarah dengan lembut, mendekati mejanya.

Zainal tersenyum malu. "Saya ingin menyelesaikan tugas ini, Bu. Biar besok tidak terlambat dikumpulkan."

Bu Sarah merasa kagum dengan semangat belajar Zainal. Dia duduk di sebelah Zainal dan melihat pekerjaan yang sedang dibuatnya. "Tugas ini sangat bagus, Zainal. Kamu benar-benar mengerjakannya dengan baik. Namun, mungkin kamu bisa menambahkan sedikit penjelasan di bagian ini," katanya sambil menunjukkan bagian yang dimaksud.

Zainal mengangguk dan mencatat saran dari Bu Sarah. Sejak saat itu, Bu Sarah dan Zainal sering berbicara setelah jam pelajaran. Bu Sarah memberikan buku-buku tambahan untuk dibaca Zainal dan membantunya memperbaiki teknik menulis dan memahami materi yang sulit. Mereka mulai berdiskusi tentang banyak hal, tidak hanya tentang pelajaran, tetapi juga tentang kehidupan dan impian.

Waktu berlalu, hubungan antara Bu Sarah dan Zainal semakin erat. Mereka menemukan banyak kesamaan, terutama dalam hal semangat belajar dan keinginan untuk membantu orang lain. Bu Sarah melihat potensi besar dalam diri Zainal dan berusaha membimbingnya sebaik mungkin. Zainal pun merasa sangat beruntung memiliki guru seperti Bu Sarah yang selalu mendukung dan memotivasinya.

Suatu hari, saat sore menjelang, Bu Sarah sedang menyiapkan materi pelajaran di ruang guru. Zainal datang menghampirinya dengan wajah penuh semangat.

"Bu, terima kasih banyak atas semua bimbingan dan dukungan Ibu," kata Zainal dengan sungguh-sungguh. "Saya merasa sangat terbantu dan termotivasi oleh Ibu."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline