KEPEMIMPINAN KOLABORASI HEXA HELIX DALAM PEMBANGUNAN DESA (Damianus Naijes)
Teori Kepemimpinan
McGregor (1960) dalam bukunya The Human Side of Enterprise, Annotated Edition mengusulkan dua pendekatan mendasar untuk mengelola orang, yang diberi label Teori X dan Teori Y.
Teori X McGregor – Gaya Kepemimpinan Otoriter merupakan Gaya kepemimpinan yang mengasumsikan bahwa rata-rata orang akan melakukan yang terbaik untuk menghindari pekerjaan dan tanggung jawab, oleh karena itu, mereka harus diarahkan dan dipaksa untuk bekerja. Teori X mengasumsikan bahwa tenaga kerja tidak ambisius dan membutuhkan keamanan kerja. Dengan menggunakan gaya kepemimpinan Teori X, peran pemimpin adalah memaksa dan mengendalikan anggota tim untuk mencapai tujuan tim.
Teori Y McGregor– Gaya Kepemimpinan Partisipatif adalah Gaya kepemimpinan yang mengasumsikan bahwa setiap karyawan menikmati pekerjaan dan akan mengambil tanggung jawab dengan menerapkan dan mengarahkan diri mereka sendiri untuk memajukan tujuan organisasi mereka. Orang-orang seperti ini tidak perlu dikontrol, kinerja mereka dicapai melalui partisipasi, kolaborasi, dan penghargaan atas pencapaian mereka.
Kolaborasi Hexa Helix
Konsep Hexa helix dapat memaksimalkan peran ganda yang diemban oleh para aktor guna mencapai tujuan bersama (Firmansyah et al., 2022). Kunci utama kesuksesan model ini adalah adanya sinergitas dan komitmen yang kuat antar pemangku kepentingan. Selain untuk memudahkan pencapaian tujuan pembangunan Desa. Kolaborasi Hexa helix juga membantu mencegah overlapping kebijakan dan program antar pihak-pihak yang berkepentingan. Dalam pengembangan Desa, dunia usaha atau Badan Usaha Mulik Desa (Bumdes) menjadi lokomotif penggerak sinergitas antar stakeholder dan pengembangan masyarakat desa. Adapun 6 komponen yang terlibat dalam pengembangan dan penerapan model Hexa helix di sebuah desa antara lain akademisi, dunia usaha, komunitas atau masyarakat, pemerintah, hukum dan regulasi, serta media. Disini Nampak bahwa pola kolaboratif hexahelix adalah teori Y dari McGregor karena teori Y ini menghendaki kepemimpinan partisipatif yang melibatkan semua elemen/lintas sector dalam operasional organisasi. Proses Perencanaan Pembangunan Desa melibatkan lintas sector di desa melalui Musyawarah Dusun, Musyawarah Desa sampai pada penetapan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa merupakan konsep kolaborasi hexahelix dalam penyelenggaraan pemerintahan desa.
Akademisi
Akademisi berperan sebagai konseptor melalui penelitian-penelitian yang dilakukan guna memunculkan dan menggali potensi dan peluang pengembangan Program kegiatan di desa. Peranan akademisi adalah untuk memberikan pandangan dan analisis berdasarkan objektivitas data lapangan mengenai tingkat perkembangan dan formula yang tepat untuk Kemajuan desa. Keterlibatan akademisi dalam rangka menghasilkan konsep pengembangan dan pembangunan desa yang sesuai kebutuhan dan mampu menjangkau semua aspek kepentingan, maka akademisi perlu terlibat secara aktif mulai dari pada tahap perencanaan.
Dunia Usaha
Dalam skema kolaborasi Hexahelix, sektor bisnis cenderung memiliki berbagai macam peran dalam Program Pengembangan Desa. Sektor bisnis dapat berperan sebagai pendamping selama proses pengembangan Desa mulai dari perencanaan, implementasi, hingga evaluasi. Desa yang sudah memiliki Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) dapat memaksimalkan perang Bumdes dalam rangka peningkatan ekonomi masyarakat desa. Berikut beberapa peran sektor bisnis antara lain: Sektor bisnis dapat berperan sebagai enabler yang membantu dalam menciptakan iklim yang kondusif bagi pengembangan Desa, Dunias Usaha menjadi pendamping desa dan penghubung ke sektor bisnis lainnya untuk membantu dalam hal fasilitasi pemasaran produktifitas pedesaan, Membantu akselerasi modal bagi masyarakat desa untuk mengembangkan ekonomi desa dan Menghadirkan infrastruktur-infrastruktur teknologi, modal, dan jejaring usaha.
Community
Komunitas yang merupakan Kelembagaan Desa dapat berperan sebagai akselerator dan penghubung antar pemangku kepentingan dalam implementasi program dan kegiatan di desa. Kelembagaan desa/Komunitas dalam hal ini dapat berupa masyarakat umum atau masyarakat yang memiliki kesamaan minat atau kepentingan terhadap isu tertentu. Pada konsep kolaborasi hexahelix komunitas bukan lagi sebagai objek melainkan subjek proses pembangunan. Komunitas berupa kelompok-kelompok tertentu dapat berkontribusi pada bidang spesifik sesuai dengan rencana strategis pengembangan desa. Contohnya, dalam upaya peningkatan kualitas pisang yang dihasilkan, Kelompok Tani dari suatu desa harus mengikuti penyuluhan yang diberikan oleh pemerintah/sektor bisnis/akademisi.
Pemerintah (Government)
Pemerintah dalam Model Hexahelix berperan sebagai regulator yang memiliki fungsi membuat regulasi. Pemerintah dipandang sebagai agen administrasi yang paling bertanggung jawab dalam implementasi pembuatan kebijakan-kebijakan terkait Desa. Dalam pengembangan Desa, pemerintah yang pasti terlibat adalah Pemerintah Desa serta Pemerintah Kecamatan dan Pemerintah Kabupaten/Kota serta pemerintah provinsi dan pemerintah pusat. Misalkan dalam rangka peningkatan kemampuan masyarakat di bidang pariwisata, maka Dinas Pendidikan dan Kebudayaan serta Dinas Pariwisata Daerah dapat diikutsertakan untuk memberikan pelatihan atau bimbingan teknis kepada komunitas atau kelembagaan desa yang menangani kegiatan pariwisata tersebut.
Hukum dan Regulasi (Law and regulation)
Peranan Hukum dan regulasi dalam memberikan kepastian hukum dan mengawasi jalannya pengembangan dan pembangunan Desa. Regulasi yang dimaksud termasuk peraturan-peraturan di tingkat pusat dan daerah maupun peraturan desa. Komponen ini banyak berperan pada manajemen dan monitoring program kegiatan agar seluruh kegiatan yang dilakukan tidak melanggar hukum. Hukum dan regulasi memantau pelaksanaan dan pengelolaan dan pembangunan desa terutama kegiatan yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat desa, kesejahteraan ekonomi masyarakat desa, pengakuan atas social budaya atau kearifan local desa serta perlindungan lingkungan.
Media
Peranan media dalam konsep kolaborasi hexahelix adalah sebagai expander untuk mendukung publikasi dalam promosi dan informasi (Saputra & Ulum, 2022). Media memiliki kemampuan untuk memberikan semangat, perhatian, memprovokasi aksi, serta menunjukkan kekuatan komitmen dan dukungan. Dengan adanya peran tersebut diharapkan dapat menyebarkan semangat pembangunan dan penyelenggaraan pemerintahan desa yang berkelanjutan kepada khalayak luas.
Penerapan Model Kolaborasi Hexa helix sebagai dasar membangun sinergitas atas pemangku kepentingan harus dioptimalkan untuk membangun perubahan besar di masyarakat. Dalam upaya mewujudkan visi yang besar, perlu adanya keterlibatan banyak pihak untuk saling berbagi peran demi mencapai tujuan bersama. Membangun kolaborasi dalam setiap tahap mulai dari hulu ke hilir, perencanaan sampai dengan pelaksanaan memperbesar peluang implementasi program pembangunan dan penyelenggaraan pemerintahan desa. Oleh karena itu, kolaborasi berbagai elemen yang menggabungkan peran akademisi, bisnis, komunitas, pemerintah, hukum dan regulasi, serta media sangat penting. Apapun peran yang diemban, tujuan yang ingin dicapai tetap satu yaitu bersama-sama membangun perubahan untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.
Salam..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H