Lihat ke Halaman Asli

Profit Over Quality

Diperbarui: 26 Juni 2015   08:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita mengenal beberapa kalimat seperti "Quantity over Quality" dimana produsen lebih mengutamakan jumlah daripada kualitas atau "Quality over Quantity" yang berarti sebaliknya. Namun, bagi saya kalimat yang tepat kali ini adalah "Profit over Quality"

Akhir tahun 2010, tepatnya pertengahan bulan November, saya membeli sebuah handphone merk-tertentu yang harganya terjangkau dengan fitur yang cukup bervariasi. Segala kelengkapan serta fungsi, telah diperiksa dengan baik oleh sang penjaga toko, kebetulan fitur yang saya cari adalah tv analog-nya. Singkat cerita, beberapa hari kemudian muncul masalah pada handphone tersebut, speaker utama-nya mati.  Nada dering, Musik, Televisi analog,  semuanya tidak terdengar suaranya. Mengingat garansi, saya bawa kembali handphone tersebut kembali ke toko, dan penjaga toko mengiyakan bahwa saya bisa klaim garansi. Handphone akan dikirimkan ke service center terdekat (Manado) untuk diperbaiki dalam periode yang sangat lama (3 bulan)

Setelah 3 bulan, handphone saya kembali, speaker telah kembali berfungsi seperti sediakala. Namun saya terlena, beberapa hari kemudian, saya temukan bahwa ternyata beberapa bagian di handphone saya, rusak. Modul kamera serta modul televisi rusak.  Saya kesal dan marah, juga merasa bodoh karena tidak memeriksa saat handphone kembali dari service center. Ingin rasanya saya klaim kembali garansi sambil marah-marah, namun buat apa? handphone saya akan pergi lagi selama 3 bulan. Tiga bulan adalah waktu yang lebih dari cukup untuk hanya memperbaiki speaker, ataukah service center-nya tidak memiliki kompetensi untuk perbaikan seperti itu? sehingga memerlukan waktu yang sangat lama?

Mari kita berandai-andai. Seandainya saya seorang pengusaha dan karena handphone saya diperbaiki selama 3 bulan, berapa rupiah transaksi yang telah saya lewatkan? Untungnya, saya bukan pengusaha.

Hal ini tidak hanya terjadi pada service center saja. Jika kita teliti, banyak hal serupa terjadi di sekeliling kita, sebagai contoh, layanan operator seluler.

Semoga, suatu saat nanti, Indonesia bisa menerapkan "Quality over Quantity"

catatan: nama merk bisa dilihat melalui mouse hover




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline