Lihat ke Halaman Asli

Demitri

Biarkan kata bicara

Teladan Ibu

Diperbarui: 22 Desember 2021   08:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Ibu, tak satu pun memandang kita," keluh kuntum kuncup.

Ibu yang merekah merah menjawab dengan senyum.

"Hanya kumbang datang dengan sayap berdengung, hanya kupu-kupu bertumpu dari satu gerumbul ke gerumbul berikut," keluh kuntum kuncup berlanjut.

"Untuk merekalah kita hidup, anakku. Kita yang memastikan kumbang dapat tetap terbang dengan riang. Kita yang memastikan kupu-kupu mendapat madu," jawab ibu bunga merah.

"Tapi kami ingin berguna bagi manusia. Tampaknya mereka mampu segala," protes kuntum kuncup.

"Oh, anak-anakku... Mereka yang mampu segala tak sanggup hidup tanpa kumbang dan kupu-kupu. Tanpa kita, yang tak dipandang ini, mereka tak mampu bertahan," ibu bunga merah menjawab lembut.

Kumbang mungil memanggil kuntum kuncup, mengajaknya memandang langit. Langit biru berhias awan putih.

Kupu-kupu mendekat perlahan, mengusap kuntum kuncup dengan sayap lembutnya.

Mentari bersinar hangat. Angin berhembus lembut. Senyum ibu bunga merah merekah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline