"Ibu, tak satu pun memandang kita," keluh kuntum kuncup.
Ibu yang merekah merah menjawab dengan senyum.
"Hanya kumbang datang dengan sayap berdengung, hanya kupu-kupu bertumpu dari satu gerumbul ke gerumbul berikut," keluh kuntum kuncup berlanjut.
"Untuk merekalah kita hidup, anakku. Kita yang memastikan kumbang dapat tetap terbang dengan riang. Kita yang memastikan kupu-kupu mendapat madu," jawab ibu bunga merah.
"Tapi kami ingin berguna bagi manusia. Tampaknya mereka mampu segala," protes kuntum kuncup.
"Oh, anak-anakku... Mereka yang mampu segala tak sanggup hidup tanpa kumbang dan kupu-kupu. Tanpa kita, yang tak dipandang ini, mereka tak mampu bertahan," ibu bunga merah menjawab lembut.
Kumbang mungil memanggil kuntum kuncup, mengajaknya memandang langit. Langit biru berhias awan putih.
Kupu-kupu mendekat perlahan, mengusap kuntum kuncup dengan sayap lembutnya.
Mentari bersinar hangat. Angin berhembus lembut. Senyum ibu bunga merah merekah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H