Lihat ke Halaman Asli

Demia Laviona

Pelantun rasa dengan menuang kata dalam aksara

Mati Rasa

Diperbarui: 24 Mei 2021   09:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Tiba-tiba
Otakku mencerna
Mata terbuka
Heran bertanya-tanya
Di mana?
Di mana kaki dan tangan yang ku punya?
Tak sanggup tuk meraba
Batin meronta
Saat sadar apa yang dirasa
Tidak ada! tak rasa apa-apa
Berkali-kali mencoba
Mengapa bergerak jadi begitu sulitnya?
Marah membungkam nyalangnya asa
Kenapa tak juga terasa?
Seakan mati seluruh raga
Mati ... Rasa ....

Depok, 1 April 2021

Ingatan berputar mundur, pada masa ketika asa terjerat rasa sakit yang mendera.


Ingin kembali ke waktu lalu ketika hati dapat riang bersenandung dengan tubuh yang lepas bergerak sesuka.


Namun tidak! Semua sudah jalannya.
Semua adalah hikmah, tuk memaknai setiap hembusan nafas yang masih bekerja.

Puisi ini menceritakan pengalaman yang banyak dialami dan dirasakan para autoimmune warrior ketika mereka tak dapat merasakan keberadaan anggota tubuhnya, meski semua terlihat normal saja di depan para mata yang memandang.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline