Lihat ke Halaman Asli

Washinton Dedy

Orang awam

Paskah di Monas, Antara Maksud Yang Ilahi atau Politis?

Diperbarui: 2 April 2018   14:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Saya tidak dalam kapasitas mengkritisi Pdt.Gilbert. Biarlah itu menjadi bagian Birgaldo Sinaga,".  Pasalnya  saya pernah menyatakan ketidaksetujuan pada Pdt.Jakob Nahuway ketika  dan ia dihujat ribuan orang karena berkampanye  mendukung Prabowo pada Perayaan Paskah di Pardede Hall Medan tahun 2014 lalu.  Respon dari netizen kalangan Kristen kala  itu adalah : " Jangan  mengusik Hamba yang diurapi Tuhan.  Jadi bisa kuwalat katanya....

Harusnya kita tetap respek, karena kalau figur tersebut dihujat, sebenarnya secara tidak langsung sedang mendegradasi posisi pemimpin jemaat yang sakral.   Sehingga tanpa disadari terbentuk sebuah pemikiran massal bahwa semua pendeta/pemimpin jemaat itu sama saja, tidak ada yang bisa dipercaya.  Tentu ini kondisi yang tidak kita inginkan.

Namun perlu digaris bawahi, bukan berarti Hamba Tuhan  tidak luput dari kesalahan!  Malah jika tidak ada reaksi  atas kekeliruan yang dilakukannya, tanpa kita sadari kita sedang biarkan orang tersebut tetap berada dalam kesalahannya.  Ia merasa bahwa ia masih akurat didalam mengerti kehendak Tuhan, padahal sebenarnya ia tidak lagi peka, hanya menuruti keinginan sendiri . 

Jadi saya coba fokus kepada para jemaat yang memberi dukungan terhadap acara tersebut saja, baik yang langsung datang maupun yang ikut Live Streaming.  Ribuan orang hadir termasuk pegawai Pemda yang terpaksa datang karena menerima Surat Edaran. Padahal sepatutnya yang menjadi mitra pemerintah dalam mengadakan acara keagamaan adalah organisasi yang mewakili semua gereja, bukan 1 gereja.  Menurut saya seperti ini :

1.  Coba lebih realitis, bisakah Jakarta berubah melalui sebuah acara yang kolosal di Monas?

Bukan berarti saya kurang beriman loh, apalagi nyinyir.. Kalangan tertentu  berharap Anies dan kelompoknya "dijamah Tuhan" melalui acara ini. Sebuah acara yang  dikemas dalam bentuk konser rohani untuk mengumandangkan berkat atas Kota Jakarta.  Mungkin momen ini dipakai oleh Pdt.Gilbert memang dengan maksud yang ilahi sesuai dengan metode/keyakinan gerejanya. Who know's?

Namun pada dasarnya yang namanya politisi ya tetap politisi.  Kita tahu politisi di negeri ini kayak apa... Negarawan di Indonesia itu langka, tapi kalau politisi banyak, apalagi politisi yang tak berintegritas, banyak banget..!

Kita pun perlu melihat realitas  bahwa ekspose yang dilakukan  gereja Kharismatik  terhadap ritus keagamaanya minimal menjadi pantauan dari pihak yang tidak suka dengan kekristenan.  Bukannya membuat orang bertobat namun  memancing kewaspadaan. Show offdengan blow up justru memancing reaksi dari kaum radikalis

2.  Waspada untuk tidak ditunggangi kepentingan politik

Kita itu jadi orang jangan terlalu lugu menjurus  naif.  Bukan berarti orang yang menggunakan logika menjadi patokan bahwa seseorang kurang beriman.  "Tidak ada yang mustahil bagi Tuhan", ini menjadi kalimat spesial yang membuat kita melupakan realitas.

Anies sekarang butuh dukungan dan legitimasi bahwa ia sudah diterima oleh orang Kristen.  Banyak yang sepakat dan melihat acara Paskah di monas menjadi ajang Anies untuk "cuci tangan" nya Anies.  Sekali lagi saya tidak dalam kapasitas untuk  "menghakimi" bapak Pendeta Gilbert Luimundong. Banyak hal yang tidak kita ketahui tentang apa sebenarnya yang terjadi dibalik layar.  Hanya mereka para pengambil keputusan yang tahu.  Bagian kita adalah bertindak "cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati".  

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline