Penyakit demam tifoid ialah satu dari banyaknya penyakit endemik yang sering dijumpai di wilayah subtropis juga tropis, tak terkecuali Indonesia. Penyakit pada daerah tropis biasanya dipicu dengan virus, parasite, juga bakteri. Demam tifoid diperkirakan membunuh sekitar 200.000 orang di Indonesia setiap tahunnya, dengan 900.000 kasus yang dilaporkan.
Menurut Kementerian Kesehatan, Indonesia adalah negara yang punya tingkat demam tifoid tertinggi di Asia, dengan 81 kasus per 100.000 orang setiap tahunnya. Demam tifoid paling sering menyerang anak usia sekolah (5-14 tahun) (1,9%), dengan prevalensi terendah pada bayi baru lahir (0,8%). Anak-anak sebelum umur 15 tahun mempunyai risiko terbesar tertular tifoid. (Mustamin, Gobel, & Sololipu, 2022)
Menurut Widoyono dalam (Mustofa, Rafie, & Salsabilla, 2020), demam tifoid ialah penularan serius di saluran pencernaan, terutama usus kecil, dan timbul karena Salmonella typhi yang merupakan bakteri garam negatif, serta masih turunan dari bakteri Salmonella enterica. Penyakit typoid (tipes) ditularkan melalui jalur fecal-oral, yang melibatkan konsumsi makanan dan minuman yang telah terpapar bakteri tersebut.
Salmonella typhi dapat hidup berbulan-bulan hingga satu tahun apabila menempel pada susu, tinja, mentega, air beku, serta keju. Salmonella paratyphi A, Salmonella typhi B, dan Salmonella paratyphi C juga dapat menyebabkan tifus. Salmonella typhi dapat menimbulkan berbagai gejala klinis, meliputi demam enterik, infeksi endovaskular, gastroenteritis, infeksi lokal seperti osteomielitis atau abses, juga bakteremia.
Mengingat demam typoid berkaitan dengan bakteri yang ditularkan melalui makanan, ini membuat faktor yang berkontribusi terhadap tingginya insiden demam tifoid di daerah tropis antara lain adalah kondisi sanitasi yang buruk, akses terbatas ke air bersih, dan tingkat kebersihan yang rendah. Sesuai penelitian Nuruzzaman dalam (Juniah & Arianti, 2023), ditemukan bahwa pemicu timbulnya demam tifoid, mencakup malas membersihkan tangan sebelum makan serta makan makanan di luar rumah.
Praktik-praktik ini dapat memberikan potensi penularan penyakit. Banyak penyakit yang disebarkan oleh pekerja makanan, juga untuk yang dikarenakan bakteri Salmonella. Salmonella typhi bisa disebarkan lewat beberapa cara, yang meliputi makanan mentah atau setengah matang; jari, yang mengacu pada jari atau tangan yang kotor; muntahan, yang merupakan muntahan dari orang yang terinfeksi yang mengandung Salmonella typhi; lalat, yang tumbuh subur pada wilayah bersanitasi buruk juga tingkat higienis rendah; dan tinja, yang merupakan kotoran dari orang yang terinfeksi yang mengandung Salmonella typhi.
Berdasarkan (Nurmansyah & Normaida, 2020), dosis bakteri Salmonella typhi yang diperlukan untuk memicu demam tifoid berkisar antara 1.000 sampai 1.000.000 organisme. Proses pathogenesis bakteri ini dimulai ketika bakteri telah melewati lambung dan menyusup ke dalam mukosa epitel usus sehingga beranak pinak pada makrofag.
Untuk yang sudah tumbuh, akan menuju kelenjar getah bening mesenterika dan kemudian ke dalam aliran darah, yang mengakibatkan bakteremia tanpa gejala yang pertama. Bakteri di dalam aliran darah memasuki organ tertentu, seperti hati dan sumsum tulang, lalu melepaskan bakteri juga endotoksin dalam aliran darah, yang mengakibatkan bakteremia kedua. Bakteri yang terdapat di hati akan masuk lagi ke usus kecil, mengakibatkan infeksi ulang, bakteri yang lain akan dikeluarkan bersama tinja.
Tanda-tanda medis kondisi ini meliputi demam parah di minggu kedua juga ketiga, yang umumnya sembuh setelah empat minggu, namun dapat bertahan lebih lama. Gejala khas lainnya termasuk anoreksia, rasa tidak enak badan, ketidaknyamanan otot, sakit kepala, batuk, bradikardia (denyut jantung yang lebih rendah), dan sembelit.
Mungkin juga terjadi pembengkakan hati dan limpa, bintik-bintik merah di sekitar umbilikus, dan ulserasi bercak Peyer di ileum, yang dapat menyebabkan perdarahan karena perforasi. Demam tifoid memiliki masa inkubasi 1-3 minggu, namun dapat berlangsung selama tiga hari atau selama tiga bulan. (Imara, 2020)
Dalam waktu 1 hingga 3 minggu, bakteri bakal memperbanyak dirinya pada sistem retikuloendotelial, limpa, serta hati.
Sel-sel yang terserang akan malfungsi, sehingga memungkinkannya memasuki kantong empedu sampai menimbulkan infeksi sekunder pada usus halus, khususnya ileum. Untuk kasus yang parah, invasi mukosa menghasilkan juga membebaskan sitokin proinflamasi seperti IL-1, IL-6, IL-8, TNF-, INF, dan GM-CSF. Salmonella typhi memicu pertumbuhan sel-sel inflamasi di hati.
Endotoksin Salmonella typhi menghasilkan sarang inflamasi interlobular, yang ditandai dengan sel-sel besar berinti epiteloid, dilatasi sinusoidal, inflamasi vena sentral, dan nekrosis hepatosit. Nekrosis hepatosit menyebabkan kematian sel, sehingga mengurangi fungsi hati. (Nurmansyah & Normaida, 2020)h
Pentingnya memahami demam tifoid harus diketahui semua orang karena dampaknya yang serius terhadap kesehatan masyarakat, terutama di daerah tropis. Mengetahui cara penularannya dan gejalanya memungkinkan untuk mengambil langkah-langkah pencegahan yang efektif, seperti meningkatkan sanitasi, mencuci tangan dengan benar, dan menghindari konsumsi makanan atau minuman yang tidak bersih.