Lihat ke Halaman Asli

Pemilihan RW Jakarta

Diperbarui: 24 Juni 2015   00:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Apakah menjadi ketua RW di Jakarta merupakan posisi strategis hingga pemilihan RW di tempat saya tinggal "heboh" seperti layaknya pilkada, pemilu legislatif dan presiden.  Saat masa kampanye untuk 9 April sudah dimulai, di daerah saya tinggal, rupanya harus ada pemilihan Ketua RW yang baru. Seperti pilkada, poster masing-masing calon memenuhi  jalan dan gang di lingkungan kami. Satu kandidat bahkan memasang sebuah spanduk!
Untuk pemilu 9 April, dengungnya kalah dengan pemilihan RW kami. Ada satu dua bendera partai besar  di satu gang, tapi tidak ada pembicaraan caleg mana yang bisa kami pilih.
Ada hal-hal menarik yang saya catat dari Pemilihan Ketua RW ini.
1.  Ketua RW di DKI Jakarta mendapat gaji. Apakah ini faktor orang tertarik menjadi calon? Sepertinya, ini hanya salah satu faktor, karena ketua RW juga membawahi beberapa ketua RT. ini hanya dari pengamatan saya sendiri, kekuasaannya lebih besar untuk proyek dll yang ada di wilayah ini.
2. Dari calon yang ada, hanya dua yang saya kenal. Satu orang mantan RT yang saya kurang percayai, satu orang Ibu yang baru saya lihat pada hari pemilihan dan satu orang lainnya, yang katanya pejabat sementara (pjs). Walaupun ada pamflet, tidak ada satupun kandidat yang menuliskan riwayat kerja dan visi/misi. Apakah hal ini terlalu besar untuk pemilihan tingkat RW?
3. Panitia pemilihan sudah profesional. Puluhan pilkada, pemilu legislatif dan presiden sudah membuat matang panitia. Hal ini terlihat dari tata letak tempat pemilihan yang sama seperti pemilu umumnya. Demikian juga kertas suara, petugas dan panitia, saksi, bagian keamanan, kotak pencoblosan. Semuanya sudah sangat standar kecuali tanpa tinta untuk jari.
4. Tim sukses. Hal-hal ini yang membuat saya berpendapat bahwa pemilihan ini sungguh heboh. Beberapa hari sebelum pemilihan, tim sukses dua kandidat sudah membisiki saya. Satu tim bahkan mengusung masalah genjer. Ayo, pilih Ibu ini karena kapan lagi punya pemimpin perempuan? Orang-orang yang tidak pernah menyapa saya, tiba-tiba menganjurkan saya memilih kandidat mereka. Pilih calon ini untuk reformasi ( hahaha saya tertawa dalam hati ). Para sesepuh kampung yang sudah pindah ke pinggiran Jakarta tiba-tiba muncul di hari pemilihan dan menjadi juru kampanye. Pagi hari rumah saya sudah diketuk supaya saya berangkat ke TPS dan tetangga-tetangga juga tidak lupa mengajak saya berangkat bersama. Sungguh meriah kampung saya. Sepertinya semua orang ingin berpartisipasi.
Akhirnya, saya memilih orang yang saya kenal. Suatu hari saya memperpanjang KTP dan memerlukan tanda tangan beliau. Waktu itu beliau sedang tertidur di sofa rumahnya. Dengan terpaksa, saya mengetuk pintu keras-keras dan meminta anggota keluarganya membangunkan. Rupanya beliau sedang demam, suaranya pun parau. Tapi, segera beliau menandatangani dokumen saya. Ketika saya menyodorkan uang terima kasih, beliau menolaknya. Nah, bukankah itu pemimpin yang kita inginkan? Semoga siapapun yang terpilih, adalah yang terbaik untuk kampung kami.
Pemilihan RW ini seperti pemanasan untuk kami sebelum 9 April nanti.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline