Lihat ke Halaman Asli

Relativity in Recycle System: Konglomerasi Rotan Ketak Berbasis Multi Level Marketing

Diperbarui: 17 April 2016   18:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Pada Desember 2015 Indonesia mulai menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). MEA dibentuk untuk mewujudkan ASEAN sebagai kawasan perekonomian yang solid dan diperhitungkan dalam sistem perekonomian internasional. MEA bertujuan mendorong tercapainya aliran bebas barang, jasa, tenaga kerja terlatih (skill labour) serta aliran investasi yang bebas. MEA akan menerapkan 12 sektor prioritas yang disebut free flow of skilled labor (arus bebas tenaga kerja terampil) untuk perawatan kesehatan (health care), turisme (tourism), jasa logistik (logistic services), e-ASEAN, jasa angkutan udara (air travel transport), produk berbasis agro (agrobased products), barang-barang elektronik (electronics),   perikanan   (fisheries),   produk   berbasis   karet   (rubber   based products), tekstil dan pakaian (textiles and apparels), otomotif (automotive), dan produk berbasis kayu (wood based products).

MEA merupakan realisasi atas misi 2020 untuk menciptakan kawasan ekonomi yang terintegrasi dalam bentuk pasar tunggal berbasis industri bersama. Bentuk pasar tunggal menyebabkan seluruh masyarakat ASEAN dapat bekerja dan  berkompetisi  di  seluruh  negara  ASEAN.  Industri bersama  menekankan adanya  kerja  sama  antara  setiap  negara  untuk  meningkatkan  perindustrian terutama dalam mendorong komoditas unggulan lokal menjadi produk berstandar internasional.

Indonesia memiliki peluang bersaing dalam MEA 2015. Menurut Bank Indonesia,  Indonesia  berada  pada  peringkat  16  berdasarkan  besarnya skala ekonomi yang didukung oleh bonus demografi dengan besarnya usia produktif dan pertumbuhan kelas menengah yang besar. Selain itu, Indonesia juga memperoleh peringkat 4 sebagai prospective destinations berdasarkan UNCTAD World Investment Report. Pemanfaatan seluruh peluang tersebut harus didukung dengan pengerahan tindakan-tindakan yang efektif dan terarah dari segala pihak.

Perekonomian  ASEAN  didukung  oleh  Usaha  Mikro  Kecil  Menengah (UMKM).  Untuk  memajukan  perekonomian  ASEAN maka UMKM yang ada harus didukung oleh sistem yang dapat membangkitkan semangat UMKM sehingga dapat bersaing di pasar nasional maupun internasional. Dalam hukum permintaan ekonomi dinyatakan bahwa semakin murah harga suatu barang maka permintaan akan barang tersebut juga akan semakin meningkat sehingga untuk meningkatkan jumlah penjualan komoditas lokal   harus dilakukan peningkatan mutu produk melalui penyediaan sarana prasana serta lembaga  yang bertugas untuk mengendalikan mutu setiap komoditas lokal  yang dihasilkan oleh UMKM serta pengendalian nilai jual produk agar produk yang dibuat dapat bersaing dari segi harga yang terjangkau serta kualitas yang terjamin.

Permasalahan awal yang menghambat gerak Indonesia dalam menghadapi MEA   adalah   Indonesia   belum   siap   untuk   berkompetisi   secara   bebas. Ketidaksiapan bangsa Indonesia tampak dari meningkatnya jumlah UMKM yang gulung tikar akibat harga bahan pokok yang semakin tinggi yang menjadi imbas dari inflasi di Indonesia. Selain itu, sistem pemanfaatan UMKM dianggap kurang efektif dalam mendukung keberlanjutan UMKM disertai dengan Sumber Daya Manusia yang rendah sehingga inovasi dan kreasi yang dihasilkan sangat minim.

Langkah yang dapat dilakukan oleh Indonesia untuk mampu berkompetisi dalam MEA adalah menggabungkan teori Relativitas ke dalam Recycle System melalui Penerapan Sistem Konglomerasi dalam memajukan UMKM disertai dengan pemasaran menggunakan metode Multi Level Marketing. Teori Relativitas dianalogikan kedalam proses UMKM yang menggambarkan tinggi rendahnya pendapatan suatu usaha dipengaruhi oleh modal yang dimiliki baik bersumber dari sistem konglomerasi dengan inovasi dan kreasi untuk mengolah sumber daya. Recycle system sendiri memiliki fokus untuk memodifikasi sistem konglomerasi yang biasanya memberi keuntungan kepada “konglomerat” yang memiliki modal besar dan merugikan masyarakat dengan usaha dan modal kecil. Hasil Modifikasi yang diharapkan adalah terbentuknya pembagian keuntungan antara konglomerat dengan pemilik usaha sehingga tercapai kesejahteraan. Selain itu, inovasi pemasaran berupa metode multi level marketing diharapkan dapat meningkatkan kuantitas penjualan produk.

Sebagai contoh, Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah khususnya kayu dan rotan. Komoditi rotan digunakan sebagai bahan perabotan dan barang manufaktur lainnya. Dalam skala perdagangan internasional, nilai perdagangan rotan sebesar US$ 4 Miliar (World Resources Institute et al., 1985). Menurut Kementerian Perdagangan Indonesia menyuplai 80%   kebutuhan rotan dunia dengan sumber hutan tropis Indonesia dari pulau Sumatra, Kalimantan, dan Sulawesi  sebesar  90%  dan sisanya  dari  budidaya.  Sebagai  penghasil  rotan terbesar, Indonesia telah menyuplai 65 % kebutuhan rotan mentah dunia

Pada tahun 2011, dunia mengalami penurunan ekspor rotan baik dalam bentuk bahan mentah, furniture, maupun kerajinan rotan. Penyebab penurunan tersebut adalah adanya kebijakan yang membatasi jumlah ekspor rotan disebabkan jumlah  rotan  yang  bersumber  dari  hutan  semakin sedikit  sehingga  untuk mengatasi  permasalahan  tersebut  diperlukan  diadakan  budidaya  yang berkelanjutan serta pembenahan sistem produksi maupun pemasaran. Pasar rotan yang didominasi oleh furniture rotan mendorong untuk dilakukan diversifikasi produk furniture rotan yang didukung oleh Sumber Daya Manusia.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline