Aku dilahirkan di kota Jakarta ini seperempat abad lebih yang lalu. Ayahku hanyalah seorang pegawai negeri biasa, sedangkan ibu adalah seorang karyawan swasta. Bisa dibilang, kalau keluarga kami adalah keluarga sederhana yang berkecukupan. Tidak kekurangan suatu apapun dan tidak berlebihan juga.
Aku sendiri dibesarkan di kota Jakarta ini. Karena ayah dan ibu bekerja, praktis ada seorang pembantu di keluarga kami, Ani namanya. Ia sudah ikut di keluarga kami saat aku masih berusia sekitar 4 tahun. Walaupun Nenek dari ibuku ikut serta tinggal. Tapi orang tuaku tetap membutuhkan seorang pembantu untuk masak dan mengasuh adikku yang paling bontot.
Sedari kecil, aku memang tidak bisa nyambung dengan Ayah. Aku kerap berdebat dan berselisih dengannya. Yang aku tidak suka darinya ialah sifat keras kepala dan mulutnya yang kasar. Untungnya ia tidak suka memukul kami anak-anaknya. Ternyata sifat Ayah, menurun kepadaku. Hukum alam itu pasti dan memang benar adanya. Kutub utara akan menolak kutub utara, tetapi akan tarik-menarik dengan kutub selatan. Mungkin karena aku dan ayah sama-sama keras kepala, akhirnya kami kerap berselisih satu sama lain, karena tidak ada yang mau mengalah.
Satu hal yang kusuka dari ayahku, ia pandai membuat layang-layang. Ia pernah mengajariku cara membuat layangan. Pertama-tama, kita harus mencari titik tengah bambu yang akan dipakai sebagai rangka sayap. Caranya, dengan benang jahit kita ukur panjang bambu rangka sayap. Setelah itu tekuk benang jadi dua, dan tempelkan pada bambu rangka sayap. Ujung benang yang berada di tengah rangka sayap itulah titik tengahnya. Tandai dengan pulpen atau spidol.
Setelah itu kita timbang dengan benang rangka sayapnya. Gantung rangka sayap dengan seutas benang pada titik tengahnya. Bila rangka sayap miring ke kiri, berarti bagian sebelah kiri rangka harus diraut dengan cutter atau pisau. Raut dengan tipis dan secara perlahan, begitu juga sebaliknya. Bila rangka sayap sudah datar, dan tidak miring kiri dan ke kanan, artinya rangka sayap sudah siap ditempelkan ke rangka utama.
(bersambung)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H