Lihat ke Halaman Asli

Delly Sape

mahasiswi

Memperkuat Warisan Budaya dan Identitas Dayak Melalui Sekolah Adat Arus Kualan

Diperbarui: 3 Juni 2023   12:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sekolah Adat Arus Kualan. dokpri

Pendidikan adat adalah sebuah konsep pendidikan yang berfokus pada pengajaran dan pelestarian budaya dan tradisi adat yang diwariskan oleh nenek moyang. Pendidikan adat mencakup nilai-nilai, kepercayaan, ritual, bahasa, seni, dan pengetahuan lainnya yang merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat adat.

Pendidikan adat memiliki peran penting dalam mempertahankan identitas budaya suatu kelompok masyarakat. Dalam era globalisasi dan modernisasi yang semakin berkembang, banyak budaya adat yang terancam punah karena adanya pengaruh dari luar yang menggeser nilai-nilai tradisional. Oleh karena itu, pendidikan adat berperan sebagai sarana untuk mempertahankan dan menghormati warisan budaya yang unik dan berharga tersebut. Salah satu pendidikan adat yang berahsil merangkul para pemuda adat dalam melestarikans erta menjaga warisan leluhur yangada di Suku Dayak Simpang Kualan adalah Sekolah Adat Arus Kualan. 

Sekolah Adat Arus Kualan merupakan sistem pendidikan informal yang terletak di  Kecamatan Simpang Hulu, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat. Berdiri sejak tahun 2014 yang dirancang untuk mengajarkan pengetahuan, nilai-nilai tradisional, praktik dan tradisi yang diwariskan secara turun-temurun. Pendidikan adat ini menawarkan wawasan mendalam tentang sejarah, sistem nilai, kearifan lokal, serta hubungan manusia dengan alam yang menghubungkan antara generasi muda dengan para tetua yang masih memiliki pengetahuan dan praktik tradisional dengan menciptakan jembatan antara masa lalu dan masa kini. 

Siswa yang mengikuti Sekolah Adat biasanya mengikuti sekolah formal dan beberapa siswa hanya mengikuti Sekolah Adat. Hingga saat ini Sekolah Adat Arus Kualan sudah memiliki 4 cabang yang tersebar di kabupaten ketapang dengan jumlah sebanyak 200 siswa . Kegiatan pembelajaran di Sekolah Adat sebagian besar dilakukan di luar ruangan seperti di alam, sungai dan taman. Siswa diajarkan cara menggunakan obat-obatan tradisional, memasak menggunakan bambu, dan mencari sayuran di hutan. Mereka juga bermain permainan tradisional di lapangan dan mengunjungi rumah-rumah sesepuh untuk mendengar cerita dan belajar tentang pengetahuan tradisional. Selain kegiatan di luar ruangan, siswa juga melakukan kegiatan di dalam ruangan seperti belajar keterampilan literasi, musik tradisional, tari, lagu, serta membuat kerajinan tangan dan pakaian adat. Selain itu di Sekolah Adat Arus Kualan juga memfasilitasi para murid untuk belajar bahasa asing seperti bahasa inggris dan mandarin. 

Namun, tantangan dihadapi dalam mempromosikan pendidikan adat adalah perubahan sosial, modernisasi, dan kurangnya perhatian terhadap budaya tradisional dapat menjadi hambatan. Oleh karena itu, upaya kolaboratif antara pemerintah, lembaga pendidikan, komunitas adat, dan masyarakat umum sangat penting untuk menjaga dan menghidupkan kembali pendidikan adat.

Salah satu tujuan utama dari Sekolah Adat Arus Kualan adalah mengajak para siswa untuk mencintai dan menyayangi segala sesuatu yang telah diwariskan secara turun-temurun oleh para leluhur. Ini mencakup segala sesuatu mulai dari hutan, tanah, kearifan lokal, musik tradisional, tarian, cerita rakyat, permainan tradisional, pengetahuan obat, filsafat, makanan, dan tenun. Dengan melestarikan tradisi-tradisi tersebut, Sekolah Adat Arus Kualan turut serta membantu menciptakan generasi pemuda adat yang cerdas, disiplin, bermartabat, dan kreatif dengan tetap mempertahankan identitasnya sebagai masyarakat adat.

Dalam era yang serba modern ini, Sekolah Adat merupakan bagian penting dari upaya generasi muda untuk melestarikan pengetahuan, nilai-nilai tradisional dan memperkuat warisan budaya dan kearifan lokal, serta menjaga keberlanjutan dan kelestarian budaya tradisional di tengah arus globalisasi yang terus berkembang. Ini termasuk penghargaan terhadap kesederhanaan, rasa hormat terhadap orang tua dan tetua adat, nilai gotong royong, serta kepedulian terhadap lingkungan alam. Melalui cerita, lagu, tarian, dan ritual, nilai-nilai ini diteruskan dari generasi ke generasi, membentuk pondasi yang kuat untuk perilaku dan sikap yang positif dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, pendidikan adat bukan hanya tentang melestarikan masa lalu, tetapi juga tentang membangun masa depan yang kuat, beragam, dan berkelanjutan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline