Lihat ke Halaman Asli

Della Syifa

mahasiswa

Penerapan Paradigma Interasi Integrasi Dalam Ilmu Sosial Humaniora: Perspektif Ekonomi Islam Terhadap Riba dan Alternatif Yang Adil

Diperbarui: 16 Desember 2024   16:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Sumber: fis.uii.ac.id)

Ekonomi Islam merupakan suatu sistem ekonomi yang berdasarkan pada prinsip-prinsip hukum syariah, yang mengatur perilaku ekonomi individu dan masyarakat untuk mencapai kesejahteraan dunia dan akhirat. Dalam sistem ini, segala kegiatan perekonomian harus dilaksanakan sesuai dengan nilai-nilai Islam seperti keadilan, keseimbangan dan transparansi. Salah satu aspek kunci ekonomi Islam adalah larangan  riba (bunga) dan gharar (kerusuhan), serta penekanan pada transaksi yang adil dan berdasarkan prinsip koperasi, misalnya seperti mudharabah. (bagi hasil) dan musyarakah (kerja sama modal). Tujuan utama ekonomi Islam adalah  menciptakan kesejahteraan masyarakat yang berkelanjutan dan menghindari ketidakadilan dan penindasan dalam transaksi ekonomi.

1. Bayani

(Sumber: Abusyuja.com)

Bayani dengan tegas melarang riba dan menghimbau para pelaku ekonomi, baik perorangan maupun organisasi, untuk menjauhi kegiatan ekonomi yang berpotensi merugikan, termasuk pinjaman dengan Bunga yang dianggap tidak adil dan merugikan peminjam. Sebagai alternatif yang lebih sesuai dengan prinsip keadilan ekonomi Islam, Bayani menyarankan penggunaan sistem keuangan  bagi hasil, seperti mudharabah, yang membagi keuntungan dan risiko secara adil bagi semua pihak, sehingga menciptakan transaksi yang lebih seimbang. Dalam Surat Al-Baqarah (2:275) disebutkan larangan  riba, yang sejalan dengan keyakinan Bayani dalam menghindari praktek-praktek yang merugikan dan mengutamakan alternatif umum yang lebih adil, seperti mudharabah.

2. Buhani

Misalnya, tetangga saya  meminjam uang dengan bunga tinggi untuk membeli mobil. Menurut Burhani, pinjaman berbunga tinggi bisa membuat seseorang terlilit utang jangka panjang. Suku bunga yang tinggi menambah beban perekonomian, terutama ketika pendapatan tidak stabil, seperti ketika seseorang kehilangan pekerjaan. Burhani menilai pinjaman berbunga tinggi tidak adil karena peminjam harus membayar lebih dari nilai aslinya, meski harga pembeliannya (misalnya mobil) bisa turun.

3. Irfani

  • Percaya bahwa dengan menghindari riba
  • Masyarakat dapat mencapai kesejahteraan yang lebih holisti
  • Baik secara material maupun spiritual
  • Serta membangun tatanan sosial yang lebih baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline