Di era digital ini teknologi informasi menjadi tulang punggung masyarakat global, literasi digital telah menjadi keterampilan kunci yang memegang peranan penting. Hal ini tidak hanya terbatas pada kemampuan menggunakan perangkat keras dan perangkat lunak, tetapi juga melibatkan kemampuan untuk memahami, menyebarkan, dan mengomunikasikan informasi secara efektif. Dalam konteks perubahan sosial, literasi digital menjadi motor penggerak yang kuat, memungkinkan terwujudnya pesan-pesan perubahan dengan lebih luas dan efisien di tengah arus informasi yang begitu deras. Berbagai pesan tentang isu-isu sosial juga turut beredar secara luas melalui platform media sosial. Tentu situasi ini menjadi peluang bagi pihak-pihak yang konsen terhadap advokasi perubahan sosial.
Namun di sisi lain, situasi 'banjir informasi' ini juga rawan dimanfaatkan oleh oknum-oknum tertentu untuk menyebarkan berita-berita bohong atau hoaks yang justru kontraproduktif bagi upaya perubahan. Masyarakat pun kerap dibuat bingung. Diperlukan apa yang disebut dengan literasi digital atau kemampuan masyarakat dalam menyaring dan memahami informasi digital secara kritis agar tidak mudah tertipu. Literasi digital membekali masyarakat agar dapat mengenali konten-konten yang valid dan kredibel di tengah derasnya informasi di media sosial.
Literasi digital tidak hanya sebatas kemampuan teknis, melainkan juga kemampuan untuk memahami, menyebarkan, dan menciptakan informasi secara efektif. Di era digital, dimana setiap orang dapat dengan mudah mengakses dan menyebarkan informasi, literasi digital menjadi instrumen kunci dalam menjaga integritas informasi. Dan Salah satu tantangan utama dalam menyebarkan pesan perubahan sosial di era informasi digital adalah memfilter informasi yang valid dari berbagai macam konten yang ada. Dengan literasi digital, individu dapat mengembangkan keterampilan untuk mengidentifikasi sumber informasi yang dapat dipercaya dan menganalisis kontennya secara kritis. Ini mencegah penyebaran informasi palsu atau manipulatif yang dapat menghambat perubahan sosial yang diinginkan.
Media sosial menjadi salah satu sarana utama dalam menyebarkan pesan perubahan sosial. Literasi digital memainkan peran penting dalam mengajarkan individu untuk menggunakan platform ini dengan bijak. Pengguna yang melek digital dapat mengenali potensi dampak positif dan negatif dari setiap tindakan online, serta memahami bagaimana menyebarkan pesan perubahan sosial tanpa menimbulkan konflik atau disinformasi. Literasi digital tidak hanya tentang penggunaan alat digital, tetapi juga tentang mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Individu yang melek digital dapat menilai informasi secara kritis, menganalisis narasi yang disajikan, dan mencari lebih banyak perspektif sebelum menyebarkan pesan perubahan sosial. Kemampuan ini penting untuk membangun diskusi yang sehat dan mendalam di masyarakat.
Literasi digital juga mencakup kemampuan untuk membangun dan mempertahankan komunitas online. Dengan memahami dinamika media sosial, individu dapat menyatukan orang-orang yang memiliki visi perubahan sosial yang serupa. Komunitas online yang kuat dapat menjadi basis untuk menyebarkan pesan dengan lebih efektif, menciptakan gerakan yang mendukung perubahan positif. Namun sayangnya, tingkat literasi digital masyarakat Indonesia saat ini masih sangat memprihatinkan. Hasil survei APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia) 2022 menunjukkan meski penetrasi internet terus meningkat, sebanyak 64,8% pengguna internet Indonesia masih tergolong melek digital tingkat dasar. Hanya sekitar 7% yang bisa dikategorikan melek digital lanjutan.
Oleh karena itu, cara paling efektif dalam meningkatkan literasi digital bisa dilakukan dengan memasukkan konten literasi digital sejak dini ke dalam kurikulum pendidikan, menyediakan fasilitas kompetisi isu-isu sosial bagi generasi muda dalam bentuk debat dan produksi konten digital yang berkualitas, serta perlu dilakukan sosialisasi dan pelatihan secara masif tentang literasi digital ke berbagai lapisan masyarakat. Kerja sama multi-sektor lintas akademisi, pemerintah, dan komunitas direkomendasikan agar kampanye literasi digital lebih masif dan inklusif. Terlepas dari tantangan besar dalam upaya mengkampanyekan perubahan sosial di tengah meledaknya ekosistem digital, masih terbuka lebar harapan untuk mengoptimalkan platform digital ini secara bijak. Serta diperlukannya juga regulasi yang mengatur dan memberantas konten-konten negatif serta hoaks di media sosial agar nilai-nilai perubahan sosial bisa tumbuh subur. Kerjasama antara pemerintah, akademisi, komunitas digital, serta platform media sosial juga krusial untuk mewujudkan masyarakat digital yang cerdas dan bijak.
Kesimpulan:
Dalam era informasi digital yang begitu deras, literasi digital menjadi kunci untuk memastikan bahwa pesan perubahan sosial dapat mencapai masyarakat dengan efektif. Dengan memahami cara menyaring informasi, menggunakan media sosial dengan bijak, mengembangkan kemampuan berpikir kritis, dan membangun komunitas online yang kuat, individu dapat memainkan peran aktif dalam membentuk masyarakat yang lebih sadar dan berdaya. Upaya bersama dari pemerintah, lembaga pendidikan, dan platform online diperlukan untuk meningkatkan literasi digital secara menyeluruh, sehingga setiap individu dapat berkontribusi pada perubahan sosial positif di tengah arus informasi digital yang terus berkembang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H