Lihat ke Halaman Asli

Della Meliana

Mahasiswa

Pentingnya Menjaga Asupan Zat Gizi Makro dan Aktivitas Fisik untuk Status Gizi yang Normal

Diperbarui: 15 Januari 2024   21:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Gangguan status gizi tidak normal pada seseorang dapat dipengaruhi oleh kurangnya asupan energi, yang mengakibatkan tubuh menggunakan cadangan energi yang disimpan dalam otot. Ketidakcukupan asupan energi ini dapat menghambat penurunan berat badan dan mengakibatkan kekurangan nutrisi lain, yang pada akhirnya dapat menyebabkan malnutrisi. Hasil sebuah studi oleh Herawati dkk (2023) menunjukkan bahwa dari 54 responden dengan asupan energi yang kurang, sebanyak 33 responden (61,1%) tetap memiliki status gizi normal. Sebaliknya, dari 23 responden dengan asupan energi yang baik, 3 orang (13%) mengalami status gizi tidak normal. Analisis statistik menunjukkan p-value sebesar 0,049, menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara asupan energi dan status gizi. Hasil analisis tersebut mengindikasikan bahwa responden dengan asupan energi tidak normal terdapat tingkat risiko 4,2 kali terhadap status gizi yang tidak normal. Oleh karena itu, menjaga asupan energi menjadi faktor penting dalam menjaga status gizi tetap normal.

Selain asupan energi, asupan protein juga memiliki peran penting dalam menentukan status gizi seseorang. Data penelitian menunjukkan bahwa meskipun asupan protein kurang, tetapi asupan energi mencukupi, status gizi dapat tetap normal karena tubuh mampu menggunakan cadangan energi. Sebaliknya, jika asupan protein baik tetapi asupan karbohidrat dan lemak lebih, dapat menyebabkan status gizi menjadi kurang atau lebih. Penyebabnya adalah protein digunakan sebagai cadangan energi saat tubuh kekurangan lemak dan karbohidrat. Protein yang tidak digunakan kemudian diubah menjadi lemak dan dapat disimpan sebagai cadangan lemak. Maka dari itu, perlunya memperhatikan asupan protein juga keseimbangan asupan energi, asupan karbohidrat, dan asupan lemak untuk menjaga status gizi optimal.

Protein berfungsi sebagai cadangan energi ketika lemak dan karbohidrat tidak cukup, dan protein yang tidak terpakai akan diubah menjadi lemak dan disimpan sebagai cadangan lemak. Penelitian oleh Herawati dkk. (2023) menunjukkan bahwa dari 57 responden dengan asupan protein kurang, sebanyak 35 responden (61,4%) memiliki status gizi normal. Sebaliknya, dari 20 responden dengan asupan protein baik, hanya 2 orang (10%) yang memiliki status gizi buruk. Analisis statistik menunjukkan p-value sebesar 0,036, menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara asupan protein dan status gizi. Hasil analisis tersebut juga mengindikasikan bahwa pada responden yang memiliki asupan protein tidak baik memiliki risiko 5,6 kali lebih besar untuk mengalami status gizi yang tidak normal. Oleh karena itu, menjaga asupan protein menjadi faktor penting untuk mencegah ketidakseimbangan status gizi.

Asupan lemak juga memiliki dampak signifikan terhadap status gizi seseorang. hal tersebut sama dengan teori yang menyebutkan bahwa berlebihan dalam konsumsi lemak dapat berpengaruh pada status gizi. Lemak adalah sumber energi yang sangat padat, yang mana memiliki 9 kalori per gram, lebih tinggi dibandingkan protein dan karbohidrat. Umumnya, lemak berasal dari sumber makanan hewani, dan tubuh akan menyerapnya sesuai kebutuhan untuk dijadikan energi. Namun, penelitian oleh Yanti dkk (2021) menunjukkan bahwa dari 10 responden dengan asupan lemak berlebihan, 7 responden (70%) mengalami kelebihan gizi. Sementara dari 47 responden dengan asupan lemak cukup, 38 responden (80,9%) mengalami kejadian gizi normal. Oleh karena itu, asupan lemak yang berlebihan dapat mengakibatkan penimbunan dalam tubuh dan mempengaruhi status gizi seseorang.

Asupan karbohidrat memiliki dampak pada status gizi seseorang, terutama jika asupan karbohidrat tidak seimbang. Ketidakseimbangan ini akan mempengaruhi jumlah karbohidrat yang disimpan dalam bentuk glikogen di dalam tubuh, yang berperan sebagai cadangan karbohidrat untuk otot dan tidak dapat dilepaskan kembali sebagai glukosa ke dalam darah. Konsumsi karbohidrat yang berlebihan dapat diubah menjadi lemak oleh sel hati. Penelitian oleh Rarastiti (2023) melibatkan 86 responden dengan asupan karbohidrat tinggi, di mana 23 responden memiliki status gizi lebih tinggi. Hasil uji statistik menunjukkan p-value sebesar 0,00, yang menandakan adanya hubungan yang signifikan antara asupan karbohidrat dan status gizi. Oleh karena itu, mengonsumsi karbohidrat dalam jumlah besar dan mengubahnya menjadi lemak dapat memengaruhi status gizi seseorang.

Ketidakseimbangan status gizi juga dipengaruhi oleh kurangnya aktivitas fisik. Meskipun status gizi tidak hanya bergantung pada aktivitas fisik, jumlah zat gizi yang dikonsumsi juga memainkan peran penting. Kombinasi aktivitas fisik yang tidak mencukupi dengan asupan gizi yang tidak memadai dapat berdampak negatif pada status gizi. Penelitian oleh Khoerunisa dan Istianah (2021) melibatkan 90 responden dengan aktivitas fisik sedang, di mana 72 responden (55,4%) memiliki status gizi normal. Di sisi lain, dari 40 responden yang melakukan aktivitas fisik intensitas tinggi, 20 responden (15,4%) memiliki status gizi normal, sementara 20 responden lainnya (15,4%) memiliki status gizi tidak normal. Hasil uji statistik menunjukkan nilai p-value sebesar 0,001, sehingga dapat disimpulkan aktivitas fisik memiliki hubungan dengan status gizi. Semakin rendah intensitas aktivitas fisik, semakin mempengaruhi status gizi karena semakin sedikit energi yang dikeluarkan.

Dari penjelasan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa terdapat korelasi antara asupan makronutrien dan aktivitas fisik dengan status gizi. Keseimbangan asupan zat gizi makro dalam pola makan sehari-hari sangat penting, karena ini merupakan salah satu faktor yang memengaruhi status gizi seseorang. Semakin besar asupan zat gizi makro, semakin banyak energi yang diserap tubuh untuk digunakan dalam aktivitas sehari-hari. Kesimbangan asupan zat gizi makro dicapai ketika jumlah yang dikonsumsi sesuai dengan kebutuhan tubuh, tidak lebih dan tidak kurang.

Namun, jika energi yang diserap oleh tubuh tidak dimanfaatkan dengan baik melalui aktivitas fisik, energi tersebut akan menyimpan diri dalam bentuk lemak, yang dapat menjadi pemicu penyakit. Aktivitas fisik mencakup semua kegiatan yang menghasilkan pengeluaran energi atau pembakaran energi dalam tubuh. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memastikan asupan makronutrien seimbang sesuai dengan kebutuhan tubuh. Selain melengkapi zat gizi makro sesuai kebutuhan, melakukan aktivitas fisik secara teratur juga penting agar energi yang diserap oleh tubuh bermanfaat dan tidak menimbulkan risiko penyakit.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline