Remaja dicirikan sebagai salah satu tahap dalam kehidupan manusia yang ditandai oleh transisi dari masa kanak-kanak menuju kedewasaan. Periode ini mencakup transformasi biologis, psikologis, dan sosial (Yuliasari 2020). Dinamika remaja juga disebutkan oleh Santrock (2002) bahwa masa remaja adalah periode yang ditandai oleh konflik internal dan fluktuasi suasana hati yang tidak stabil. Remaja yang kesulitan menangani perubahan perilaku dan perubahan suasana hati mungkin akan berdampak pada kesehatan mental mereka.
Menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2014 Pasal 1 tentang kesehatan jiwa, kesehatan jiwa adalah kondisi di mana seseorang dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial, sehingga mereka menyadari kemampuan diri sendiri, mampu mengatasi tekanan, bekerja secara produktif, dan berkontribusi pada komunitasnya. Sehat secara mental menurut WHO (dalam Ayuningtyas dan Rayhani 2018) berarti menyadari potensi diri, mengelola tekanan kehidupan sehari-hari, berkinerja efektif dalam pekerjaan, dan memberikan kontribusi positif kepada masyarakat. Dinamika psikologis dalam internal diri remaja perlu ditinjau dengan pandangan individu terhadap dirinya sendiri dalam berbagai dimensi kehidupan, seperti fisik, sosial, emosional, dan akademis. Dalam konteks psikologi, hal tersebut dirujuk sebagai konsep diri (Budiyati 2023). Hal ini diperkuat oleh prinsip kesehatan mental berdasarkan hakikat manusia sebagai organisme yang disebutkan Fakhriyani (2017) bahwa kesehatan mental memerlukan konsep diri secara sehat yang meliputi penerimaan diri serta penghargaan terhadap status diri sendiri secara realistik dan wajar
Konsep diri diartikan sebagai persepsi fisik, sosial, dan psikologis tentang diri seseorang yang berasal dari pengalaman-pengalaman interaksi dengan orang lain. Salah satu penelitian menyebutkan bahwa konsep diri dan kesehatan mental yang baik berkorelasi positif (Budiyati 2023). Hal ini didukung dengan penelitian lainnya yang menyebutkan bahwa konsep diri dalam pengaruh kesehatan mental dapat memperoleh hasil negatif tergantung pada individu dalam berperilaku (Andiani dan Afiatin 1996). Carl Rogers (dalam Budiyati (2023)), seorang tokoh dalam psikologi humanistik, menekankan pentingnya pengalaman penerimaan positif dari orang lain dalam membentuk konsep diri yang positif. Konsep diri merujuk pada pandangan atau penilaian yang individu miliki tentang diri mereka sendiri, yang dipengaruhi oleh pengalaman hidup, refleksi internal terhadap diri sendiri, dan interaksi sosial. Salah satu interaksi sosial yang penting dalam kehidupan remaja adalah interaksi dengan teman sebaya.
Kelompok sebaya (peer group) merupakan sekumpulan anak-anak atau remaja yang memiliki usia dan kedewasaan dengan tingkat yang sama (Santrock 2007). Dalam kelompok sebaya terjadi interaksi yang disebut interaksi teman sebaya yang didefinisikan sebagai persepsi contoh terhadap hubungan timbal balik antara dirinya dengan teman terbaiknya yang membentuk pola tertentu. Interaksi teman sebaya memegang peranan penting dalam kehidupan individu remaja dalam aspek sosial.
PIK-R atau pusat informasi dan konseling remaja merupakan ekstrakurikuler yang menjadi wadah remaja untuk membantu remaja lainnya dalam menyediakan dan memberikan informasi dan konseling. Konsep diri remaja sebagai individu yang merupakan bagian dari sistem sosial perlu dipersiapkan. Program ini hadir untuk melengkapi kebutuhan anggota PIK-R khususnya di SMA Negeri 1 Tajurhalang untuk mempersiapkan dan mengembangkan diri sebagai pusat informasi dan konseling remaja yaitu siswa di SMA Negeri 1 Tajurhalang.
Bekerja sama dengan dinas yang menaungi PIK-R, yakni Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kabupaten Bogor dan SMA Negeri 1 Tajurhalang yang berlokasi di Jl. Raya Tajurhalang No.6, Tajurhalang, Kec. Tajur Halang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dapat dilaksanakan dengan baik dan dengan antusiasme anggota yang tinggi.
PIK-R SMA Negeri 1 Tajurhalang menyelenggarakan berbagai kegiatan yang bertujuan untuk menciptakan tempat yang aman dan nyaman bagi remaja untuk bercerita dan bersama-sama mencari solusi mengenai masalah yang dihadapi. Hal yang penting dalam membangun kesiapan diri sebagai pusat informasi dan konseling remaja adalah dengan memahami diri dengan baik dan memahami urgensi hubungan dengan sebaya.
Kedua komponen penting dalam individu seorang konselor remaja tersebut dapat diindikasikan sebagai konsep diri dan interaksi teman sebaya. Konsep diri merupakan gambaran atau persepsi yang dimiliki seseorang tentang diri sendiri, pemahaman individu terhadap identitas, nilai, kepercayaan, kelemahan, kekuatan, serta peran dan hubungannya dengan orang lain dan lingkungan sekitarnya. Interaksi teman sebaya dimaksudkan sebagai persepsi contoh terhadap hubungan timbal balik antara diri remaja dengan teman terbaiknya yang membentuk pola tertentu.
Pengukuran konsep diri dan interaksi teman sebaya pada anggota PIK-R SMA Negeri 1 Tajurhalang dilakukan dengan penyebaran dan pengisian kuesioner secara luring dengan media konvensional. Setelah dilakukannya pengukuran, edukasi mengenai konsep diri dan interaksi teman sebaya dengan tajuk kegiatan "Teen Core: Self Concept & Peer Interaction" dilakukan untuk meningkatkan pemahaman
Selain melakukan pengukuran, layanan konseling untuk anggota PIK-R SMA Negeri 1 Tajurhalang secara juga akan diselenggarakan secara tatap muka sebagai bagian dari upaya mendukung edukasi praktik dan memberikan kesempatan bagi anggota untuk mendapatkan layanan konseling yang aman dan mendukung untuk diri mereka sendiri sebelum mereka memulai peran sebagai konselor bagi remaja lainnya.
Sebagai upaya mengukur dan dan memberikan edukasi mengenai konsep diri dan interaksi teman sebaya serta pemberian pengalaman konseling secara praktik pada anggota PIK-R SMA Negeri 1 Tajurhalang, maka diperlukan rangkaian program yakni pengukuran, edukasi dan pemberian layanan konseling untuk anggota PIK-R SMA Negeri 1 Tajurhalang. Maka dari itu, akan terdapat beberapa skema program yang akan dilaksanakan, yakni: