Skizofrenia merupakan gangguan psikologis yang lebih kronis/parah di bandingkan gangguan-gangguan mental yang lainnya. Ada beberapa ciri-ciri saat seseorang mengalami gangguan skizofrenia, di antaranya memiliki pikiran dan perilaku yang tidak biasa dan itu secara menononjol di perlihatkan, seperti halusinasi, pembicaraan yang kacau dan juga perilaku yang katatonik. Ada cirri lain yaitu ketika seseorang mengalamikesedihan yang sangat mendalam, tetapi dia malah tertawa. Dan juga saat seseorang yang sedang bahagia tetapi dia malah menangis. Ini di namakan afek yang tidak tepat. Terkadang dia juga mengalami delusi yaitu kepercayaan yang tidak sesuai dengan realita yang ada, misalnya dia merasa bahwa dirinya Nabi, dia merasa bahwa dirinya tuhan dll. Selain itu dia juga mengalami halusinasi yaitu pengalaman inderawi yang tidak nyata, misalnya saat seseorang mendengar, melihat sesuatu yang itu sebenarnya tidak ada, tidak nyata dia hanya berhalusinasi bahwa itu seakan-akan ada.
Selain cirri-ciri di atas ada juga gejala lain saat seseorang terkena skizofrenia yaitu ketika pikiran dan bicara kacau, yaitu saat pola bicara seseorang tersebut kacau, misalnya cenderung ‘tidak nyambung’ . selain itu saat perilaku seseorang kacau atau katatonik, yaitu ketika perilaku aneh, dan sangat tidak bertanggung jawab. Misalnya saat seseorang tidak bergerak sama sekali dalam waktu yang lama, saat seseorang tiba-tiba melompat tanpa tujuan.
Beberapa penyebab skizofrenia sangat banyak diantaranya adalah, factor gen, perilaku premorbid yang di tandai dengan kecurigaan, penarikan diri atau impulsivitas, stress akibat factor lingkungan, dan juga bisa karena status ekonomi social yang rendah. Banyak hal yang dapat di lakukan pada seseorang yang menderita skizofrenia yaitu hal yang paling penting adalah meningkatkan factor psikososialnya dengan menekankan intervensi pada keluarga dengan mengeksplorasi perasaan-perasaan , atau mempertinggi kewaspadaan impuls-impuls atau motivasi bawah sadar. Hal tersebut memiliki tujuan mengurangi rasa bersalah penderita atas timbulnya penyakit ini, dengan membantu penderita memandang bahwa skizofrenia adalah gangguan otak. Selain itu dengan mempertinggi toleransi keluarga akan perilaku disfungsional yang tidak berbahaya.
Selain hal tersebut bisa dilakukan dengan menciptakan kontak-kontak social yang baik, membiasakan pasien memiliki sikap hidup yang positif dan mau melihat hari depan dengan baik. Hal yang tak kalah penting adalah dengan menghindarkan dari frustasi-frustasi dan kesulitan psikis lainnya pada pasien skizofreania.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H