Delissya Wulandari
12 IPS 3
SMAN 3 KABUPATEN TANGGERANG
Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak bahasa daerah. Indonesia memiliki 726 bahasa yang dituturkan oleh berbagai etnis di seluruh wilayah Indonesia. Dari 726 bahasa daerah di Indonesia, beberapa bahasa daerah tetap dipertahankan keberadaannya dalam berkomunikasi dan berinteraksi. Di antaranya adalah bahasa Jawa, bahasa Sunda, bahasa Bugis, bahasa Banjar, bahasa Aceh, bahasa Betawi, bahasa Madura, bahasa Minangkabau, bahasa Bali, bahasa Musi. Di antara bahasa-bahasa daerah yang mulai mengalami penurunan eksistensi dan sulit untuk dipertahankan oleh masyarakatnya adalah bahasa Dayak Kenyah yang terdapat di Kalimantan Timur.
Bahasa Dayak Kenyah merupakan salah satu bahasa daerah yang berada di Indonesia. Sebagai bahasa daerah yang eksistensinya masih dipakai dalam berkomunikasi, dihargai, dipelihara oleh masyarakat, dan negara karena bahasa Dayak merupakan bagian dari khazanah dan budaya Indonesia. Bahasa Dayak Kenyah merupakan bahasa daerah yang jumlah punuturnya minoritas di tanah Kalimantan Timur khususnya di Kota Balikpapan. Namun, sebagai bahasa minoritas, penutur bahasa dayak Kenyah tetap bangga dan melestarikan serta mempertahankan bahasanya. Selain itu, Suku Dayak Kenyah memiliki keunikan tersendiri dalam ciri fisiknya yaitu adanya tato di setiap badannya dan telinga yang panjang.
Asal usul suku Dayak Kenyah dimulai dari pergerakan suku ini menuju ke hilir akhirnya sampai ke daerah Mahakam dan akhirnya sebagian menetap di Kampung Pampang Samarinda Utara, Samarinda. Sebagian lagi bergerak ke hilir menuju Tanjung Palas. Suku Kenyah merupakan 2,4% penduduk kota Balikpapan. Silsilah dan subsuku Dayak Kenyah klan besar Dayak Kenyah berasal dari keturunan para pedagang Cina dan suku Barunai (Brunai Darussalam). Dalam perkembangannya, Klan ini terbagi menjadi 30 subsuku, yang memiliki nama tersendiri dan masing-masing memiliki kepala adat.
Meskipun bahasa Dayak Kenyah merupakan identitas keetnikan suatu kelompok, nampaknya bahasa Kenyah tidak selalu dapat dipertahankan namun bukan berarti bahasa Dayak Kenyah harus ditinggalkan begitu saja. Bahasa Dayak Kenyah justru harus tetap dipergunakan dan dilestarikan agar budaya yang ada tidak hilang dari asal muasalnya. Pengaruh global dan masyarakat multikultural tersebut mempengaruhi kesadaran, sikap, dan tindakan sebagian masyarakat Balikpapan terhadap bahasa Dayak Kenyah sebagai salah satu identitas budaya. Hal ini sangat tampak dalam fenomena kurangnya penggunaan bahasa Kenyah dalam komunikasi masyarakaat Dayak Dayak yang berada di Kota Balikpapan. Masyarakat Dayak Kenyah cenderung mengikuti gaya hidup perkotaan sebagai akibat dari Kota Balikpapan merupakan pusat pariwisata dan kota industrialisasi yang hampir sebagian besar menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa asing daripada menggunakan bahasa daerah.
Upaya-upaya pemertahanan bahasa Dayak Kenyah dilakukan dengan menggunakannya sebagai bahasa pengantar di dalam interaksi masyarakat maupun sebagai alat komunikasi dalam keluarga. Bahasa Dayak Kenyah juga merupakan pengantar dalam berbagai kegiatan keagamaan. Kesenian tradisional juga sebagai sarana untuk pemertahanan sekaligus pengembangan bahasa Dayak Kenyah. Biasanya masyarakat Kenyah menampilkan tarian-tarian Kenyah di Lamin, sebuah rumah panjang khas Dayak Kenyah.
Dalam menghadapi guncangan perubahan sosial yang begitu cepat dan kuat, pemertahanan bahasa Kenyah dalam masyarakat multikultural di Kota Balikpapan merupakan upaya yang relevan untuk mempertahankan bahasa Kenyah sebagai salah satu warisan leluhur sejak dahulu kala. Eksistensi sebuah bahasa daerah dapat disebabkan oleh banyak faktor. Faktor industrialisasi dan urbanisani/transmigrasi merupakan faktor utama. Makna pemertahanan bahasa Kenyah adalah sebagai penguatan solidaritas, pelestarian bahasa Dayak Kenyah, dan penyadaran identitas etnik. Bahasa Dayak Kenyah dapat dilihat sebagai salah satu unsur pembentuk masyarakat. Kemudian dengan menyadarkan masyarakat multikultural di kota Balikpapan tentang nilai dan nilai kultural yang terkandung dalam bahasa Dayak Kenyah dan dapat membanggakan masyarakat dalam menggunakan bahasa Dayak Kenyah dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, anak-anak dalam keluarga serta generasi muda sekarang termotivasi untuk mempelajari dan menggunakan bahasa Dayak Kenyah dalam lingkup pergaulannya, terutama yang dari suku Dayak Kenyah. Dengan memanfaatkan segala kecanggihan teknologi sebagai media pelestarian dan media informasi, diharapkan eksistensi bahasa Dayak Kenyah maupun budaya-budaya yang terkandung di dalamnya dapat dipertahankan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H