Tol Cipularang menyimpan banyak misteri dan kejadian yang tidak terduga. Kejadian tragis yang berujung maut pada hari senin lalu (2/9/2019) membuat merinding. Pasalnya, kecelakaan maut yang terjadi di Tol Cipularang pada Km 91, Purwakarta, Jawa Barat tersebut menelan korban jiwa berjumlah 8 orang, 3 orang luka berat, 25 orang luka ringan yang melibatkan setidaknya 20 kendaraan. Tol Purbaleunyi atau yang biasa disebut Tol Cipularang memang rawan kecelakaan. Dilansirkan yang kerap terjadi area rawan kecelakaan itu pada KM 90-100.
Berdasarkan keterangan Dedi Prasetyo, kecelakaan di Tol Cipularang KM 91 terjadi sekira pukul 12.30 WIB, senin siang kemarin. Kronologi kecelakaan itu bermula saat sopir sebuah dump truk hilang kendali di jalur Tol Cipularang KM 91, arah Bandung menuju Jakarta. Akibatnya, dump truk bermuatan tanah pasir itu terguling. Kejadian tersebut memicu antrean kendaraan yang panjang di sekitar jalan Tol Cipularang KM 91. Tidak lama kemudian, sebuah dump truk lainnya bernopol B-9410-UIU datang menyusul dan menabrak kendaraan yang mengantre.
Berdasarkan data kepolisian, ada 20 kendaraan yang terlibat di kecelakaan ini, yaitu 2 dump truk, 13 mobil, 1 bus PO Budiman, 2 truk boks,1 truk Hino, dan 1 light truk. Sopir dump truk yang terguling diawal itu tewas ditempat kejadian. Menurut Kabid Humas Polda Jawa Barat, Kombes Pol Trunoyudo Wisnu Andiko, sopir dump truk yang terguling itu ialah DH(Dedi Hidayat). Adapun sopir dump truk yang menyusul adalah S (Subana) yang mengalami luka-luka.Pasalnya Subana adalah teman DH. Menurut Subana, rem dump truk temannya itu blong,dan ia berniat untuk membantu DH.Ia pun segera menyusul, dump truk yang dikendarai temannya terguling. Setelah itu, ia tidak bisa menghidari tabrakan.
Sayangnya, sesuai pernyataan kepolisian, kamera pengawas (cctv) disekitar lokasi kejadian dalam keadaan mati saat kecelakaan maut itu terjadi.
Kecelakaan ini diduga akibat dump truk mengalami kelebihan muatan sebesar 25 ton, yang seharusnya 12 ton, namun dump truk ini membawa muatan 37 ton tanah. Untuk mencegah kejadian serupa terulang, Menteri Perhubungan, Budi Karya, meminta Jasa Marga memasang rambu lebih jelas seperti lampu suara atau ada penjaganya.
Arus dari arah Jakarta yang menanjak dan cukup panjang serta arus baliknya yang mengalami turunan terjal curam cukup panjang. Inilah yang menyebabkan dump truk bermuatan pasir yang menyebabkan dump truk bermuatan pasir yang besar tersebut tak mampu dikendalikan oleh pengemudi. Seharusnya kendaraan yang bermuatan besar menurunkan kecepatan setidaknya 60km/jam. Karena jalan yang menurun tajam ditambah beban terlalu berat ini mendorong kendaraan sulit dikendalikan.
Lalu apakah kita masih berpikir bahwa hal ini hanya karena hal mistis.
Kecelakaan di Tol Cipularang bukan hanya berkaitan dengan kontruksi jalan yang berbahaya namun juga kedisiplinan dalam berlalu lintas. Bukan hanya pengguna jalan tol namun juga Regulator dan operator. Peran pemerintah disini juga sangat penting. Selain Menteri Perhubungan, Korlantas. Presiden juga memiliki peranan penting untuk angkat bicara.
Selama ini Menteri Perhubungan, Korlantas mereka berbicara sendiri. Pemerintah harus turut angkat bicara agar masyarakat lebih memperhatikan keselamatan dalam berkendara. Karena walaupun sudah memiliki Rencana Umum Nasional keselamatan (RUNK) tentang Angkutan jalan dan lalu lintas, tetap saja yang menjadi persoalannya adalah penerapan dari peraturan tersebut. Terkadang aturan yang sudah tertulis bahkan terpampang jelas di depan matapun masih kurang diperhatikan. Hal ini menggambarkan bahwa kedisiplinan para pengemudi masih kurang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H