Memori terbesar orang Islam Indonesia terhadap Arab Saudi, khususnya Makkah dan Madinah, adalah Ibadah Haji. Selain dari Ibadah Umrah
Karena Haji dilaksanakan ketika musim panas sedang mencapai puncaknya, maka kata Arab Saudi selalu berkonotasi dengan panas. Konotasi ini makin melekat ketika Arab Saudi juga dikenal sebagai negeri ber gurun pasir dan curah hujan yang minim.
Karenanya banyak yang lupa bahwa, bahwa Arab Saudi juga mengalami musim dingin yang menusuk. Sebagaimana ditulis Al-Quran dalam surah Quraisy tentang kebiasaan orang Quraisy. Kabilah yang biasa bepergian baik pada musim dingin maupun musim panas.
Baca juga;
Arab Saudi Dan Kesultanan Ottoman Turki
Bila suhu musim panas di Saudi bisa mencapai 50 derajat Celcius, maka suhu musim dingin di Saudi bisa mencapai 5 derajat Celcius. Bahkan lebih bawah. Sangat dingin dan menusuk. Membuat orang harus mempunyai pakaian, tips dan kebiasaan khusus untuk menangkal dinginnya suhu.
Meskipun sebetulnya bila dibandingkan dengan kecenderungan suhu ekstrem secara global, bisa dikatakan suhu di Saudi ada di pertengahan. Meski dingin, namun suhu tidak menyentuh belasan minus derajat celcius seperti di Eropa. Terlebih dengan Siberia yang bisa mencapai minus puluhan derajat celcius.
Begitu juga sebaliknya. Meski panas, namun suhu panas rata-rata tertinggi bukanlah Arab Saudi. Negara teluk yang dikenal mengalami panas diatas rata-rata negara lain adalah Kuwait, bukan Arab Saudi.
Baca juga;
Manuver Mohammed Bin Salman Mempercepat Perkembangan Sepakbola Arab Saudi
Namun bila dibandingkan dengan Indonesia, dingin dan panasnya Arab Saudi tetaplah menusuk. Diatas rata-rata suhu yang dialami masyarakat Indonesia.