Lihat ke Halaman Asli

Delianur

TERVERIFIKASI

a Journey

Arab Saudi dan Kebutuhan Kaca Mata Anti Ultra Violet

Diperbarui: 17 Mei 2023   10:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pixabay(Illustrasi)

Bila masyarakat Indonesia berpendapat bahwa Arab Saudi adalah negeri panas dan tandus, bisa dipastikan bila pendapat itu benar. Hanya saja baru setengah benar. Belum benar seluruhnya.

Meski Arab Saudi adalah negara luas dengan geographis beragam sehingga suhu di tiap tempat berbeda-beda, namun suhu di Arab Saudi cenderung panas dan kering.

Suhu rata-rata di kota-kota besar seperti Riyadh, Jeddah, Damam bisa mencapai 40-45 derajat celcius pada siang hari. Sementara pada malam hari turun hingga 25-30 derajat celcius. Puncak panasnya biasa terjadi di sepanjang Juni -- Agustus. Tepat ketika pelaksanaan Ibadah Haji.

Baca juga;

Khutbah Jumat di Arab Saudi dan di Iran

Pada suhu panas seperti ini, pada siang hari kita merasakan teriknya sinar matahari dari atas. Ketika matahari terbenam, giliran hawa panas dari tanah yan memancar. Tanah seperti mengembalikan sisa panas yang didapat ketika terpanggang matahari seharian.

Masuk ke pusat perbelanjaan atau berdiam diri di rumah adalah pilihan terbaik. Karena di kedua tempat inilah pendingin ruangan diaktifkan. Tidak aneh bila musim panas juga musim naiknya tagihan listrik.

Selain itu di sebelah Selatan Arab Saudi terdapat sebuah wilayah bernama Rubu' Khali. Salah satu gurun pasir terbesar di dunia dengan luas 650.000 KM persegi. Seluas 80% Rubu' Khali masuk wilayah Arab Saudi. Sisanya adalah wilayah Oman, Yaman, dan Uni Emirat Arab.

Baca juga;

Diri'yyah dan Gap Imajinasi Muslim Indonesia 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline