Al-Kindi : Bapak Filosof Muslim
Setidaknya ada tiga pandangan terhadap istilah Filsafat Islam. Pandangan pertama menganggap bahwa Filsafat Islam tidak lebih dari lanjutan Filsafat Yunani. Selain fakta menunjukan banyaknya filosof muslim yang menyatakan kekaguman terhadap filsafat Yunani, juga terjadi penerjemahan massif filsafat Yunani ke Bahasa Arab. Utamanya pada masa Khalifah Al-Makmum di Baghdad. Sebuah pandangan yang sekilas terlihat seperti memuji, namun sebetulnya mengandung sinisme. Bahwa filsafat Islam itu pada dasarnya tidak otentik, tidak lebih dari Filsafat Yunani yang di Islamkan.
Pandangan kedua tidak kalah sinisnya dengan pandangan pertama. Bahwa Filsafat Islam hanyalah reaksi orang Islam ketika bersentuhan dengan banyak pemikiran dari luar Islam dan ajaran Agama lain. Terlebih dibanding ketiga agama samawi lainnya, Islam adalah agama termuda. Faktanya, banyak ritual dalam Agama Islam yang dianggap kelanjutan dari Agama sebelumnya. Seperti Ibadah puasa yang juga sudah dilakukan oleh penganut Yahudi atau ritual Haji yang juga sudah dilakukan kaum pagan.
Sementara pandangan ketiga merevisi dua pandangan diatas. Pandangan ketiga tidak menampik bahwa Filsafat Islam terpengaruh Filsafat Yunani. Masalahnya perkembangan peradaban selalu berjalan seperti itu. Saling pengaruh mempengaruhi. Tradisi Yunani yang mempengaruhi orang Islam, sebelumnya juga dipengaruhi tradisi berpikir India dan Persia.
Bila setelah abad pertengahan banyak orang Barat mendapat banyak inspirasi dari orang Islam seperti Ibnu Rusyd, Ibn Sina dll, maka pada abad modern ketika Barat maju, banyak orang Islam yang juga belajar dari Barat. Hakekat perjalanan manusia adalah saling mempengaruhi. Di bumi ini tidak ada sesuatu yang betul-betul baru, "Nothing new on the sky"
Namun meski saling mempengaruhi adalah suatu hal yang biasa, itu bukan berarti mengindikasikan tidak adanya keotentikan. Setiap fase selalu memiliki keontentikan Diantara orisinalitas Filsafat Islam adalah ketika para pemikirnya menjadikan Quran dan Sunnah sebagai rujukan. Filsafat adalah alat memahami kitab suci bukan tujuan. Karenanya intelek teoritis para filosof muslim, tidak bisa disamakan lagi dengan nous nya Aristoteles. Meski terminologi Aristetolian tetap dipergunakan.
Dalam konteks pengaruh mempengaruhi Filsafat Yunani serta otensitas inilah kemudian hal yang menarik bila kita menyingung nama Al-Kindi atau Abu Yusuf Yakub Al-Kindi. Al-Kindi adalah anak Gubernur Kuffah berasal dari daerah bernama Kindah. Namun Al-Kindi tidak lama hidup di Kuffah. Al-Kind pindah ke Bagdad. Ibu Kota kekhalifahan Bani Abasiyyah yang juga dikenal sebagai pusat keilmuan. Di Kota inilah Al-Kindi berkutat mengembangkan khazanah keilmuan dibawah dukungan tiga khalifah Bani Abbasiyyah, yakni Khalifah Al-Ma'mun, Al-Mu'tasim dan Al-Watsiq.
Baghdad dibawah kepemimpinan Harun Al-Rasyid, ketika itu sedang menjadi pusat peradaban dunia. Di kota ini, Harun Al-Rasyid mendirikan sebuah lembaga bernama Baitul Hikmah yang dikenal Barat sebagai House of Wisdom. Pada awal pendiriannya, Baitul Hikmah adalah perpustakaan pribadi Khalifah Harun Al-Rasyid.
Namun anaknya, Khalifah Al-Ma'mun (813-833 M) memperluas fungsinya. Baitul Hikmah menjadi lembaga pendidikan formal dan pusat pengembangan keilmuan. Karenanya Baitul Hikmah bukan hanya menarik pelajar pelajar dari Cina, Yunani, India, hingga Persia untuk datang, tetapi juga banyak melahirkan agamawan dan ilmuwan.
Dalam upaya pengembangan keilmuan inilah Baitul Hikmah melakukan upaya penterjemahan karya-karya ilmiah. Setidaknya ada dua kategori keilmuan yang diterjemahkan, keilmuan tradisional dan keilmuan kuno atau al'ulum al awail, seperti filsafat atau pemikiran Yunani. Di desk penterjemahan Al'ulum Al Awail inilah Al-Kindi berdiri sebagai pemimpinnya. Melalui penterjemahan inilah Al-Kindi dikenal sebagai orang yang pertama kali memperkenalkan filsafat kepada orang Islam. Karenanya banyak yang menyebut Al-Kindi sebagai Filosof Muslim awal atau bapak Filosof Muslim.
Ada banyak hal menarik dari Al-Kindi. Seperti pendapat Ibn Al-Nadhim yang menyebutkan adanya 242 karya Al-Kindi. Sebuah jumlah yang produktif untuk orang yang berumur 72 tahun.