Lihat ke Halaman Asli

Delianur

TERVERIFIKASI

a Journey

Komunikasi Kesehatan, Rumah Sakit, dan BPJS

Diperbarui: 25 Februari 2020   21:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi pembiayaan BPJS untuk rumah sakit. (sumber: KOMPAS/DIDIE SW)

Kalau kita menonton film-film dari Barat, utamanya melihat pada adegan adanya orang meninggal di Rumah Sakit, kita akan melihat perilaku ajeg tentang bagaimana cara pihak Rumah Sakit berhadapan dengan keluarga korban yang ditinggalkan meninggal.

Biasanya ketika menyampaikan berita duka ke keluarga yang ditinggalkan, dokter hanya berkata "I Am Sorry" dengan muka sedih penuh empati. 

Seketika keluarga korban sudah mengerti situasinya. Kemudian manakala keluarga korban bertanya sebab kematian, dokter akan menjawab dengan kesiapan dimarahi. 

Misalkan penyebabnya belum diketahui, maka dokter akan bilang masih dicari sambil membiarkan dirinya dimarahi keluarga korban. Atau dalam film-film bertema spionase dan berkaitan dengan keamanan nasional, bila penyakitnya mesti dirahasiahkan, maka si dokter akan bersikukuh tidak memberitahukan keluarga korban. Sambil dia juga membiarkan keluarga korban memarahi dirinya.

Namun, ujung dari semuanya, dokter selalu menawarkan keluarga korban untuk mendatangi ruang duka yang disediakan Rumah Sakit. Sebuah ruang untuk menenangan diri dengan didampingi seorang psikolog.

Kalau film dalam banyak hal merupakan cerminan kehidupan masyarakatnya, maka begitulah komunikasi yang terjadi di Rumah Sakit di Barat. 

Rumah Sakit seperti sudah mempunyai prosedur bagaimana cara berkomunikasi dengan keluarga korban pasien yang ditinggalkan. Kalau berbicara dengan keluarga pasien pun diperhatikan, mestinya berbicara dengan pasien pun sudah ada aturannya.

Kondisi ini berbeda dengan apa yang dialami di Indonesia. Gambaran awal tentang sikap Rumah Sakit terhadap pasien mungkin bisa kita dengar pada lagu Iwan Fals yang berjudul Ambulance Zig Zag. Lagu yang dirilis tahun 1981 menceritakan situasi yang dihadapi pasien di Rumah Sakit di Indonesia.

Ketika pasien kaya datang, pihak rumah sakit tanpa ba bi bu sigap menanganinya. Kebalikannya. Ketika yang datang adalah pasien yang terlihat tidak berpunya, sang suster aih-alih sigap menangani, dia malah bertanya ini itu dan ditutup dengan dengan perintah untuk membayar ongkos pengobatan terlebih dahulu. 

Lalu ketika si Pasien mengatakan bahwa dia tidak membawa uang, sikap si suster makin menjadi. Sambil melotot dia mengatakan kepada si Pasien yang sedang kepayahan untuk tunggu di muka.

Sekarang zamannya pasti sudah berubah. Keberadaan BPJS, institusi yang dibentuk berdasarkan perintah UU untuk menangani masalah pembiayaan di Rumah Sakit, tentunya sudah menurunkan perilaku seperti yang digambarkan Iwan Fals dalam lagunya. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline