Sikap Nabi Muhammad Dan Para Penyembah Berhala Terhadap Tempat Ibadah
Awalnya adalah migrasi Nabi Ibrahim beserta anak istri ke tempat tandus. Tempat tandus yang sekarang disebut Makkah, anak istri Nabi Ibrahim (Ismail dan Siti Hajar), bukan hanya berhasil menemukan mata air abadi, tapi juga berhasil membangun tempat ibadah bernama Ka'bah. Bangunan segi empat yang didalamnya terdapat batu yang diyakini berasal dari surga; hajar aswad.
Karena orang meyakini bahwa pembangunan Ka'bah merupakan perintah Tuhan, berbagai kalangan datang ke Ka'bah meski antar mereka "berbeda Tuhan". Bila Kaum Sabian penyembah binatang meyakini Ka'bah sebagai tempat agung dan suci, maka orang Yahudi meyakininya sebagai warisan Nabi Ibrahim. Begitu juga bagi pemeluk Iman Kristiani.
Di Ka'bah terdapat lukisan Bunda Maria dan Nabi Isa karena banyaknya pemeluk Kristen yang beribadah ke sana. Terlebih para kaum pagan atau penyembah berhala. Pada masanya Ka'bah dikenal sebagai tempat yang dikelilingi ratusan patung berhala sembahan kaum pagan.
Selain itu, meski terletak di Arab Ka'bah adalah tempat suci bagi orang luar Arab. Orang Hindu dan Persia menyebut Ka'bah dengan Maksyisya dan Maksyisyana. Mereka meyakini bahwa ruh Shibwat ada di didalam Hajar Aswad. Shibwat adalah salah satu Dewa mereka yang pernah melakukan perjalanan ke Hijaz. Begitu juga dengan orang Persia yang meyakini ruh Hermes berada di Ka'bah.
Karena menjadi tempat beribadah bagi banyak kalangan, maka orang sangat meyakini bahwa Ka'bah adalah tempat suci yang tidak boleh dinodai. Penodaan Ka'bah, akan berakibat patal.
Dalam sejarah Ka'bah tercetat sebuah kaum bernama Jurhum yang selama hampir 300 tahun mengelola Ka'bah pasca Nabi Ismail. Namun karena mereka serakah dan suka semena-mena terhadap pengunjung, akhirnya mereka jatuh. Kaum Jurhum disebut menderita mimisan akut sehingga dikerumuni semut yang mengakibatkan kematian.
Mungkin peristiwa penting yang bisa menggambarkan kesakralan, kepopuleran serta Ka'bah sebagai tempat Ibadah bagi banyak kalangan adalah peristiwa tahun Gajah. Sebuah upaya penghancuran Ka'bah dengan melibatkan tentara Gajah.
Mulanya adalah ketika Abrahah penguasa Habsyah, Ethopia sekarang, di Yaman yang iri pada kepopuleran Ka'bah. Untuk menandingi dan menarik minat orang beribadah, Abrahah membangun Gereja besar dan megah di San'a.
Meski akhirnya bangunan ini tidak membuat orang berpaling dari Ka'bah, namun seorang anggota suku Quraisy terlanjur marah. Suatu waktu, dia mendatangi Gereja buatan Abrahah dan membuang kotoran disana. Abrahah pun marah dan mengirim pasukan Gajah untuk menghancurkan Ka'bah.
Manakala Abrahah datang ke Makkah dengan pasukan yang tidak bisa ditandingi, penduduk Makkah tidak melakukan perlawanan. Sebagian diam didalam kota tanpa mempunyai niat melakukan perlawanan, sebagian lagi mengungsi keluar kota menyelamatkan diri.