Lihat ke Halaman Asli

Delianur

TERVERIFIKASI

a Journey

Perawan dalam Cengkraman Militer, Salah Satu Titik Terhambatnya Mobilitas Vertikal

Diperbarui: 18 Desember 2019   13:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi buku Pramoedya | KPG

Perawan Dalam Cengkraman Militer: Salah Satu Titik Terhambatnya Mobilitas Vertikal di Indonesia

Berbeda dengan karya-karya Pramoedya seperti Gadis Pantai, Cerita dari Blora apalagi Tetralogi Bumi Manusia, buku berjudul "Perawan Dalam Cengkaraman Militer" mungkin adalah karya Pram yang jarang disebut.

Entah apa sebabnya, namun apapun penyebabnya, Pramoedya sendiri mengakui bahwa dia hampir melupakan apa yang sudah ditulisnya itu. Dia baru teringat kepada karyanya itu ketika diundang ke Jepang. Karena buku ini memang ada kaitannya dengan Jepang

Lalu apa yang terbayang usai membaca buku ini?

Bila kita melakukan penelusuran biographis terhadap orang-orang berprestasi baik secara sosial, politik, maupun ekonomi, maka kita tidak hanya akan menemukan adanya cerita kegigihan juga kerja keras, namun kita juga akan menemukan cerita tentang mobilitas vertikal sebuah generasi. Prestasi menjulang yang mereka raih saat ini, selalu berkaitan dengan apa yang telah diupayakan dan dicapai oleh-oleh orang tua atau pendahulu mereka.

Seorang Kepala Daerah mendapat apresiasi bukan karena hanya capaian politik dia raih dalam usia muda, tapi juga keilmuannya yang tercermin dari gelar akademisnya. Meskipun banyak yang sinis, namun mesti diakui bahwa yang sinis tersebut belum tentu bisa mencapai apa yang sudah dia raih. 

Namun penelusuran biogphis terhadap figur tersebut menunjukan adanya capaian yang juga sudah diraih orang tuanya baik secara ekonomi, politik maupun sosial. Berada dalam pendidikan orang tua yang melek huruf, melek pendidikan dan mempunyai pandangan dunia yang mapan, membuatnya mendapat limpahan pengajaran yang menjadi sangat berharga ketika dia membangun karir.

Pada sisi lain, kita akan menemukan seorang penggiat sastra dan seni yang tidak hanya memiliki karya yang kerap dinukil, tetapi juga memiliki banyak pengikut. 

Namun penelusuran biographis menunjukan bahwa sejak kecil ternyata tokoh tersebut sudah hidup dalam dunia pendidikan dan pengajaran diatas rata-rata masyarakat. 

Ketika masyarakat Indonesia Pra-Kemerdekaan mayoritas buta aksara dan menghadapi problem kemiskinan akut, tokoh tersebut bukan hanya sudah bisa menikmati bacaan berkualitas dari almari buku orang tuanya, tetapi juga dikirim keluar kota untuk sekolah. Sebuah privillege sangat luar biasa pada masanya.

Mungkin cerita tentang putra dan menantu Pak Presiden yang akan maju menjadi Kepala Daerah, adalah contoh sederhana terkini tentang generasi dan mobilitas vertikal.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline