Selayang Pandang Teori Gender dan Relasi Gender Menurut Islam
Mungkin, buku terkait Gender yang agak panjang saya baca adalah Novel berjudul "Ibunda" yang ditulis Maxim Gorky. Lainnya, pemahaman saya tentang Gender dan Feminisme saya dapatkan hanya sebagai sub-bahasan dari tema besar lain seperti tema Developmentalism atau tema Komunikasi.
Novel "Ibunda" sendiri sepertiny sudah dianggap sebagai bacaan wajib bagi yang gandrung teori kritis Marxis. Novel yang menceritakan perjalanan seorang Ibu yang mengalami kekerasan struktural baik dari suami yang kerap melakukan kekerasan serta dunia industri yang tanpa henti melakukan penindasan dengan mengeksploitasi nya tanpa hati.
Tragisnya, ditengah rundungan penindasan, Ibunda adalah nyawa perlawanan kaum buruh yang dimotori anaknya. Ibunda bukan hanya mendorong dan merestui perjuangan anaknya, yang sesungguhnya secara nalar tidak dia pahami tapi dia rasakan kebenarannya, tapi juga menjadi mata rantai perjuangan kaum buruh Russia manakala anaknya dan teman-teman anaknya dikerangkeng. Berkat Ibunda, perjuangan kaum buruh tidak berhenti meski para pemimpin gerakan buruh di penjara.
Gorky sendiri adalah diantara sastrawan besar Russia. Popularitas Gorky bisa kita ketahui dari salah satu lagu grup musik Scorpion dari Jerman juga pendapat salah satu sastrawan Indonesia tentang Gorky, Pramoedya Ananta Toer.
Dalam syair awal lagu "Wind of Change" Klause Meine, vokalis Scorpion, selalu melantunkan
"I follow the Moskva
Down to Gorky Park
Listening to the wind of change
An August summer night
Soldiers passing by
Listening to the wind of change"
Bila yang dimaksud "Moskva" pada syair diatas dalah Kota Moskow di Russia, maka Gorky Park atau Taman Gorky merujuk pada sebuah Taman di Moskow yang bernama Gorky. Taman itu diberi nama Gorky untuk mengenang kiprah dan perjuangan seorang Maxim Gorky. Sebuah Taman seluas 120 Ha yang sekarang ini sudah menjadi ikon Kota Moskow sebagaimana Central Park menjadi ikon New York.
Mengenai kapasitas menulis Gorky, kita bisa membaca pendapat Pramoedya tentang Gorky. Dalam novel Ibunda, Pram mengatakan kalau dia bukan hanya mengagumi Gorky tapi juga banyak belajar dari Gorky. Menurut Pram, Gorky kalau menulis seperti orang yang memegang tiang rumah lalu menggoncangkannya sehingga semua jadi berubah dan bergerak.
Pramoedya sendiri adalah penerjemah novel "Ibunda" karya Maxim Gorky ke Bahasa Indonesia. Ceritanya waktu itu Pram baru menikah dan butuh uang. Lalu salah seorang teman Pram menyodorkan novel "Ibunda" kepada Pram untuk diterjemahkan dalam bahasa Indonesia.
Namun berkaitan dengan selayang pandang teori Gender dan bagaimana Gender dalam Islam ketika digali dalam perspektif Tasawuf, saya selalu terkenang pada catatan pengantar dari Ibu Ratna Megawangi dalam buku The Tao of Islam karya Sachiko Murata.