Lihat ke Halaman Asli

Delianur

TERVERIFIKASI

a Journey

Kabah dan Larangan Merusak Rumah Ibadah

Diperbarui: 15 Maret 2018   09:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(sumber gambar: kumpulankartunlucu.blogspot.com)

Dalam sejarah Islam paling dasar, selalu dikisahkan tentang Tahun Gajah. Ada dua kejadian penting tahun ini. Pasukan gajah Abrahah dari Yaman yang gagal menghancurkan Ka'bah dan kelahiran Nabi Muhammad. Sayangnya tahun penting ini hanya dimaknai sebatas dua hal diatas. Padahal bila ditilik lebih dalam, Tahun Gajah adalah tahun peringatan bagi perusak rumah ibadah orang lain.

Penyerbuan Mekkah.

Martin Lings, Sejarawan Inggris, dalam bukunya, Muhammad : His Life Based on the Earliest Sources yang diapresiasi dunia Islam, menggambarkan tahun penyerbuan Mekkah ini.

Awalnya adalah rasa iri. Abrahah penguasa Yaman membangun katedral megah untuk menyaingi Mekah sebagai tempat ibadah haji terbesar di Arabia. Kepada Raja Negus, Abrahah berkirim surat : "Wahai Raja, aku telah membangun sebuah gereja untukmu. Kemegahannya tidak pernah tertandingi oleh raja manapun sebelumnya. Dan aku tak akan pernah berhenti hingga dapat mengalihkan pusat haji orang-orang Arab kesana"

Tetapi Abrahah tidak merahasiahkan niatnya, sehingga membangkitkan kemarahan suku-suku yang tersebar di seluruh Hijaz dan Najd. Hingga suatu hari datanglah seseorang dari suku Kinanah ke Yaman untuk menghancurkan gereja buatan Abrahah.

Mendengar berita tersebut, Abrahah marah, bersumpah membalas dendam dengan menghancurkan Ka'bah. Dibentuklah tentara, dengan gajah di baris pertamanya. Di tengah perjalanan Abrahah melewati kota Thaif. Kota subur dimana terdapat kuil mewah tempat patung Latta. Satu diantara tiga sesembahan masyarakat Arab,selain Manna dan Uzza, yang sangat populer saat itu.

Masyarakat Thaif khawatir Abrahah menyerang kuil mereka. Karenanya dibuatlah perjanjian. Orang Thaif bersedia menjadi penunjuk jalan ke Mekkah. Di tengah perjalanan penunjuk jalan itu meninggal. Di kemudian hari, orang Arab sering melempari kuburan penunjuk jalan itu dengan batu. Bahkan penduduk sekitar pun masih melakukannya hingga sekarang.

Menjelang memasuki kota Mekkah, Abrahah membuat camp tentara dan mengirim pasukan ke daerah pinggiran Mekkah. Mereka merampas apa saja yang mereka temukan, kemudian mengirim rampasannya kepada Abrahah. Diantara rampasan itu adalah 200 unta milik Abdul Muthalib, Kakek Nabi Muhammad, penjaga Ka'bah.

Quraisy dan suku-suku sekitarnya mengadakan pertemuan dewan perang. Mereka berkesimpulan percuma melawan karena begitu besarnya pasukan musuh. Sementara itu Abrahah pun mengirim utusan menemui pemimpin Mekkah. Mengingatkan bahwa mereka bukan mau berperang, tetapi hanya ingin menghancurkan Ka'bah. Demi menghindari pertumpahan darah, pemimpin Mekkah harus menemui Abrahah.

Abdul Muthalib pun datang mewakili penduduk Mekkah. Abrahah mempersilahkan Abdul Muthalib mengajukan permintaan sebelum dia menyerang Mekkah. Abdul Muthalib ternyata hanya meminta supaya 200 unta miliknya dikembalikan. Abrahah terkejut dan kecewa. Bagi Abrahah, Abdul Muthalib pemimpin egois. Lebih mementingkan unta-untanya ketimbang agamanya yang terancam dihancurkan. Mendengar itu, Abdul Muthalib menjawab "Aku adalah pemilik unta itu, sementara Ka'bah ada pemiliknya sendiri yang akan melindunginya."

Abdul Muthalib pun kembali ke Mekkah. Pada penduduk Mekkah beliau menyuruh mereka mengungsi. Mereka pun pergi ke bukit-bukit sekitar Makkah untuk menyaksikan penghancuran Ka'bah. Sementara Abdul Muthalib, sebelum keluar Makkah, disertai beberapa anggota keluarga dan pemuka masyarakat, pergi ke sisi Ka'bah. Memohon pertolongan Tuhan supaya Rumah Tuhan dan masyarakat Mekkah diselamatkan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline