Lihat ke Halaman Asli

Delly Annisa Virca

Mahasiswa Proteksi Tanaman Universitas Jember

Pendampingan Petani Desa Subo dalam Aplikasi APH Metarhizium Sp sebagai Pengendali S Frugiperda

Diperbarui: 25 Juli 2023   22:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Selain belajar, mahasiswa juga memiliki tugas untuk terjun langsung ke lapang untuk menjadi tangan kanan masyarakat. Sebagai jembatan antar masyarakat dengan dunia keilmuan terapan kegiatan mahasiswa dapat disalurkan dengan adanya program Promahadesa. 

Promahadesa merupakan salah satu bentuk program yang diadakan oleh LPPM Universitas Jember sebagai jembatan kepada masyarakat. Mahasiswa diminta untuk melaksanakan program berdesa selama 5 bulan sebagai bentuk penerapan keilmuan yang dipelajari selama masa perkuliahan sesuai dengan bidangnya.. Melalui kegiatan tersebut diharapkan mahasiswa dapat membawa kebermanfaatan pada masyarakat desa yang dapat menjadi kebiasaan baru yang menguntungkan bagi masyarakat. Kegiatan tersebut juga menjadi salah satu bentuk pengabdian kepada masyarakat bagi mahasiswa sebagai agent of change.

Dalam program Promahadesa saat ini, penulis mengangkat masalah yang terjadi pada lahan pertanian jagung di Desa Subo Kecamatan Pakusari Jember yakni keluhan petani mengenai serangan ulat grayak. Ulat grayak (Spodoptera frugiperda) merupakan hama utama yang menyerang berbagai tanaman yang ada di Indonesia seperti jagung, kedelai, tembakau dan tanaman sayuran lainnya. 

Hama ini dapat menurunkan produksi tanaman bahkan kegagalan panen sebab hama ini mampu merusak pucuk daun dan hanya menyisakan tulang-tulang daun saja. Hama ini dapat berkembang pesat didukung oleh cuaca kering dengan kelembaban yang tinggi akibat adanya perubahan iklim global. S. frugiperda dapat menyebar dengan cepat melalui angin, ditambah dengan adanya inang selain tanaman jagung dapat mempermudah perkembangannya.

Pengendalian yang masih sering digunakan oleh para petani adalah dengan menggunakan Insektisida kimia. Namun, penggunaan insektisida yang berlebih dapat berdampak buruk bagi tanaman, lingkungan dan sekitarnya di masa mendatang. Selain itu penggunaan insektisida kimia dapat membunuh musuh alami yang ada, ledakan hama sekunder, bahkan dapat menimbulkan resistensi hama utama. Untuk itu perlu dilakukan pengendalian yang ramah lingkungan dengan menggunakan agen hayati seperti Metarhizium sp. 

Metarhizium sp. merupakan jamur entomopatogen yang digunakan sebagai pengendali hayati yang dapat mengurangi populasi hama dikarenakan berparasit pada serangga. Jamur Metarhizium sp. dapat memproduksi racun Cyclic peptida yang disebut destruxin, senyawa ini tersusun dari lima asam amino yaitu prolin, isoleusin, methyl-valin, methyl-alanin, dan beta-alanin (Liu dkk., 2004). 

Menurut Tampubolon dkk., 2013, senyawa Destruxin dapat menimbulkan efek racun perut yang mempengaruhi fungsi lambung tengah, hemocyt, tubulus malphigi dan jaringan otot pada inang. Destruxin juga dapat digunakan sebagai biopestisida. Sehingga sangat sesuai jika diaplikasikan untuk mengendalikan ulat grayak (Spodoptera frugiperda) yang sering menyerang di lahan.

Cara pengaplikasian Agens hayati Metarhizium sp. cukup mudah sehingga dapat dilakukan secara mandiri oleh petani. Pertama tama yang harus dilakukan yaitu mendapatkan isolat Metarhizium sp. yang dapat dibeli melalui toko online ataupun Laboratorium. Metarhizium sp. diperbanyak dengan menggunakan media beras jagung. Perbanyakan menggunakan media beras jagung dilakukan dikarenakan harganya yang murah akan tetapi memiliki fungsi yang sama. Beras jagung yang telah direndam air panas ditiriskan lalu diwadahi plastik bening kemudian di Autoclave. 

Setiap plastik diisi ± 10 gram beras jagung. Meskipun dengan bahan yang terjangkau, proses perbanyakan harus tetap dilakukan dengan mematuhi SOP yang ada agar didapatkan hasil yang maksimal dan tidak terkontaminasi. Setelah 1-2 minggu, atau dirasa hifa sudah tumbuh mendominasi media jagung, maka sudah siap untuk diaplikasikan. Cara pengaplikasiannya yaitu dengan melarutkan media yang telah ditumbuhi hifa Metarhizium sp. pada air. Larutkan 1 bungkus biakan dalam 1 tangki semprot air.

Penggunaan Agens hayati sebagai pengendalian ulat grayak (Spodoptera frugiperda) pada lahan Jagung sangat dianjurkan. Sebab, selain ramah lingkungan dan berkelanjutan teknik pengendaliannya cukup efisien untuk dilakukan. Melalui program mahasiswa berdesa ini penulis ingin mengajak para petani di Desa Subo untuk mulai beralih pada pengendalian yang lebih ramah lingkungan yakni dengan pengaplikasian agen hayati. 

Arsi, A., Pujiastuti, Y., Kusuma, S. S. H., & Gunawan, B. (2020). Eksplorasi, Isolasi dan Identifikasi Jamur Entomopatogen yang Menginfeksi Serangga Hama. Jurnal Proteksi Tanaman Tropis, 1(2), 70-76.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline