Lihat ke Halaman Asli

Masyarakat Cerdas Memilih Sinergi Wujudkan Generasi Melek Politik

Diperbarui: 24 Februari 2024   13:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Unpslash: https://unsplash.com/photos/person-standing-near-table-IBWJsMObnnU

Pemilu untuk Wujudkan Demokrasi 

Sebagai negara demokratis, kita kerapkali menjumpai yang namanya pemilu (pemilihan umum). Pemilihan calon presiden dan wakil presiden merupakan pesta pemilu terbesar di Indonesia yang akan diselenggarakan pada tahun ini. Oleh sebab itu, ketika kita berjalan keluar rumah seratus dua ratus meter saja, sudah kita jumpai baliho-baliho lengkap dengan slogan dan foto kandidat terpampang begitu besar. Warna-warni bendera partai juga tak luput berderet di sepanjang flyover, pertigaan dan jalan-jalan besar. Begitulah budaya bersiap politikus untuk menyambut pemilu di negeri ini. Keikutsertaan masyarakat dalam pemilu memiliki arti bahwa masyarakat juga telah ikut serta secara langsung dalam mensukseskan proses politik negara. Maka dari itu, setiap warga negara yang telah memiliki KTP sudah sepatutnya melaksanakan kewajibannya sebagai warga negara untuk menggunakan hak pilihnya dengan baik. Menjadi pemilih yang cerdas adalah langkah untuk menentukan masa depan bangsa yang lebih baik.

Di era sekarang, kampanye tak lepas dengan namanya dunia digital. Kampanye seolah hadir dengan lebih kreatif, inovatif, dan lebih modern ketimbang pemilu yang diselenggarakan di tahun-tahun sebelumnya. Karena dianggap lebih dekat dengan kehidupan masyarakat sehari-hari, para politikus kerapkali menggunakan sosmed (sosial media) sebagai sarana untuk menarik simpati masyarakat. Bagi mereka, keberadaan sosmed tentu memberikan kemudahan dalam proses berkampanye. Namun, di samping sosial media memberikan dampak positif, tak lupa ia juga memiliki sisi negatif yang perlu diwaspadai. Faktanya, masih banyak berita dan konten sosmed yang tidak sesuai dengan realita. Melalui editan video atau gambar ala kadarnya, seseorang masih saja bisa termakan informasi bohong. Kebiasaan masyarakat yang selalu mengiyakan dan mengamini apa saja yang disajikan di medsos hendaknya perlu dirubah. Sejatinya tidak semua informasi yang disajikan lewat sosmed adalah nyata adanya. Sikap semacam inilah yang membuat masyarakat mudah sekali tergiring opini sana-sini tanpa mencari tahu kebenarannya. Tak hanya itu saja, masyarakat akan rentan menjadi korban provokasi oleh beberapa oknum tertentu. Hal semacam itu tak bisa dipungkiri, sebab masih banyak kita jumpai saat ini masyarakat yang bersikap fanatik dan membela mati-matian paslon jagoannya. Sebagai pemilih yang cerdas sepatutnya kita tetap teliti dan waspada dalam menerima informasi, khususnya dalam ranah isu politik yang sedang beredar.

Gen Z Mendominasi Pemilu di Tahun 2024

Menurut data KPU, pemilih pada pemilu tahun 2024 akan didominasi oleh kalangan Generasi Z dan Milenial. Untuk itu, generasi muda penting untuk mengenali dan memeriksa  program yang ditawarkan para kandidat dalam pemilu. Jangan sampai kita nantinya memilih pejabat-pejabat korup yang hanya akan merugikan bangsa dan negara di masa mendatang, yang hanya menjalankan program-program tertentu demi keuntungan pribadi atau golongan semata dengan dalih demi kemajuan negara dan membantu masyarakat miskin. Permainan dibalik meja pemerintahan tentu tak bisa diketahui dengan mudah oleh masyarakat. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Akhmad Riduan, Budi Lesmana, Nasripani dan Reno Affrian (2018) di kota Amunatai kabupaten Hulu Sungai Utara provinsi Kalimantan Selatan, didapati sebagian besar masyarakat khususnya kalangan menengah kebawah tidak mengerti tujuan pemilu bagi pembangunan daerah atau bangsa. Meski partisipasi mereka aktif dalam pemilu, namun mereka memiliki kesan tidak peduli terhadap output pemilu, padahal pemilu menjadi faktor utama dalam menentukan kesejahteraan mereka sendiri. Siapa yang kita pilih pada pemilu, sejatinya memiliki pengaruh yang akan berbalik ke diri kita melalui kebijakan-kebijakan yang mereka realisasikan nantinya, baik itu dalam skala besar maupun kecil. Pemilih yang cerdas adalah pemilih yang melihat bagaimana kualitas para calon dengan aspirasi dan kesadaran politiknya, apakah mereka sudah pantas untuk kita berikan hak suara. Hal tersebut seharusnya menjadi bagian terpenting yang harus dipertanyakan oleh masyarakat kepada kandidat dalam pemilu.

Sepertihalnya dikutip dari film "JAWAN" yang dibintangi oleh Shah Rukh Khan yang berperan sebagai Azaad Rathore. "Aku membicarakan kebiasaanmu, kau sering menanyakan semuanya. Saat kau beli bahan makanan, kau pertanyakan apa yang kau beli, apakah tepung ini asli? Apakah ada batu dalam nasi? Apa sabun ini berbusa? Jika kau beli motor, kau bertanya tentang jarak tempuhnya, apa layanan purna jualnya bagus? Kau sering mempertanyakan semuanya, kecuali satu hal! Saat kau memilih pemerintahmu". "Saat kau nyoblos dalam pemilu, kau tak akan bertanya-tanya lagi. Kau sama sekali tak bertanya. Dan makanya permintaanku adalah agar kau mempertanyakan pilihanmu jangan memilih karena takut, atau suaramu dibeli, atau dasar kasta, agama, atau komunitas. Ajukan pertanyaan kepada orang-orang yang meminta suaramu. Tanyakan apa program mereka untuk kita dalam 5 tahun kedepan. Bagaimana soal pendidikan anakku? Apa mereka akan membantuku mendapatkan pekerjaan? Jika aku sakit, apa yang terjadi pada keluargaku? Bagaimana mereka akan memajukan  negara kita dalam 5 tahun? Tanyakan! Sebelum kau memilih."

Jadi Pemilih yang Cerdas

Permasalahan negara tentu tak lepas dari fenomena pendidikan, kemiskinan, lingkungan, pertahanan, HAM dan lain sebagainya. Sebagai partisipan pemilu, kita mesti mempertimbangkan bagaimana pemerintahan baru nantinya akan membawa bangsa ini. Jangan sampai kita memilih pemimpin yang hanya dinilai berdasarkan memiliki kesamaan hobi, dia adalah tipeku, atau bahkan lebih condong dengan besarnya uang yang telah diterima, tanpa mempertimbangkan program apa yang akan mereka bawa untuk memajukan negeri di masa mendatang. Jangan sampai kita mencederai amanat demokrasi dengan menutup mata dan telinga terhadap kualitas kandidat dalam pemilu, baik itu dalam pemilihan DPR, DPRD, Presiden/Wakil Presiden, Bupati/Walikota dan Kepala Desa. Turut menjadi pemilih yang cerdas untuk pemilu yang berkualitas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline