Lihat ke Halaman Asli

Bayangan dan Harapan

Diperbarui: 15 April 2024   05:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Di balik bayang-bayang, aku tersesat dalam labirin mimpi,
Menelusuri lorong-lorong waktu, bersamamu sebagai satu-satunya impian.
Doa menjadi mantra, senjata tersembunyi yang kusimpan,
Menghadapkan wajahku pada takdir, jika suratan terbaik memutuskannya.

Namun, semakin dekat, semakin jauh kita terpisah,
Tali yang dulu erat, kini menjadi benang tipis tanpa arti.
Bahkan senyumanmu terasa dingin, tanpa getaran makna,
Mengundang keraguan, apakah kita hanya berada di pelukan takdir yang bersahaja.

Kabar tentangmu dan yang lain mencuri ruang pikirku,
Rasa penasaran dan keheranan merangkak perlahan.
Namun, di tengah pusaran pertanyaan, sinar harapan menyinari,
Anak seorang bapak memandangku sebagai lambang masa depannya.

Ketakutan menyelinap, melihatmu bersama bayangan itu,
Namun, aku berusaha menyembunyikan denyut kecemasan yang berkobar.
Terus melangkah, meraba jalan di antara kabut keraguan dan bayang-bayang harapan,
Menyongsong takdir yang mungkin menggiringku pada pelukan yang bukan lagi milikmu.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline