Lihat ke Halaman Asli

Sari Novita

Imajinasi dan Logika

Human is Alien: Pertunjukan Seni Multimedia Rekontruksi Prasejarah Manusia

Diperbarui: 26 Juli 2015   20:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Di kala bumi, hanya ada hewan-hewan, tumbuhan-tumbuhan, dan semesta lainnya, makhluk alien meneropong situasi dari galaksi yang dirahasiakan namanya. Tak sengaja galaksi tempat para alien hidup tersedot oleh lorong hitam dan membuat mereka berada di negeri – yang akhirnya diketahui bernama “Bumi”.

Pepohonan rimbun, sebuah rumah, parasit, bambu, dan sungai bersama sampahnya disulap menjadi sebuah pertunjukan seni multimedia yang eksotis. Dan semuanya itu mengajak penonton berjalan-jalan ke suatu dimensi . Musik elektrik muncul di udara. Mengelilingi ruang Tukad Abu yang lampu-lampunya sengaja diredupkan.

Sebuah pohon yang direkontruksi dengan puluhan bambu, parasit atau akar serabut, dan tumbuhan anggrek yang tumbuh liar di dahan pohon dipantulkan warna-warni cahaya yang cantik . Tak lama, cahaya lain hadir mengejutkan, menarik perhatian seperti sebuah layar sedang melorotkan kain dari tubuh wanita, yaitu Visual Art kedua yang ditampilkan melalui pepohonan besar yang tumbuh tua berdampingan dengan sungai. Musik tetap bersama udara.   Satu per satu ilustrasi hadir mengajak penonton bermain menembus  pintu yang telah lawas dan membuka jiwa-jiwa dengan bebas.

 

Alien merasa asing memandang makhluk-makhluk yang tak pernah dijumpainya. Ditambah, musim yang tak selalu tenang  dan ragam tumbuhan yang sebagian dari mereka adalah racun. Namun, hal-hal asing tersebut tidak mengurungkan niat mereka menjelajahi bumi. Dan  makhluk lain di bumi merasa tak senang dengan kehadiran alien alias manusia. Sampai   akhirnya, waktu membuktikan kerusakan-kerusakan akibat perbuatan manusia (human is alien). Manusia 'mengasingkan' diri mereka sendiri karena tidak pernah benar-benar ‘berkenalan’ dengan makhluk hidup dan alam semesta. Mereka pun mulai mengkonsumsi teknologi secara berlebihan dan melakukan kesalahan yang terus terulang.

Secara bersamaan, antara pepohonan di seberang dan kumpulan bambu yang berdiri lekat di satu pohon, menampilkan Visual Art yang bercerita. Irama etnik Balafon dan seruling perlahan datang di antara dentum elektrik musik, kemudian memasuki pikiran-pikiran penonton untuk merasakan jaman prasejarah ketika manusia menginjakkan kakinya di bumi. Hadir pula, Dua penari, satu bergelantung di akar pohon, satunya lagi duduk bersama pemain musik Balafon di atas wujud panggung yang terbentuk dari bambu. Tokoh utama pertunjukan ini: lighting dan visual art memang diakui mampu memainkan sekaligus memusatkan konsentrasi penonton tidak terbelah. Terlebih lagi, iringan 2 jenis musik berbeda yang disuguhkan sangat apik dan mampu merangsang khidmat suasana hati dan ruang terbuka  Tukad Abu.

“Pertunjukan visual art yang berbeda,” “Keren!”, “Terhipnotis!”, “Kita dibawa hanyut oleh mereka,” “Amazing!”, “Gorgeous performance!” merupakan  ungkapan-ungkapan yang kerap dijawab oleh penonton (yang tidak hanya berasal dari pribumi, tetapi juga warga asing)  saat ditanya tentang penampilan “Human is Alien” yang baru saja disaksikan. Teriakan dan tepuk tangan penonton meriah lepas mengakhiri pertunjukan seni yang menakjubkan ini.

Asal Mula Human is Alien

"Saya suka kesal melihat tetangga atau orang lain membuang sampah sembarang, tetapi saya bukan orang yang tipe menegur langsung, makanya saya menegur mereka lewat pertunjukan karya seni,"  ujar Jonas Sestakresna

Pencemaran lingkungan. Isu yang sering diangkat masyarakat Bali.  Seorang konseptor “Human is Alien”, Jonas Sestakresna tidak ketinggalan menjadikan isu ini sebagai tema dari pertunjukan multimedia art-nya . Bali sempat larut dalam permasalahan buang sampah, bahkan sampai saat ini. Hal ini sangat meresahkan bagi jiwa-jiwa yang mencintai lingkungan dan alam, apalagi Bali merupakan tempat wisata populer yang selalu berada di peringkat atas tempat wisata di dunia. Dan Jonas cukup terganggu terhadap hal ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline