Lihat ke Halaman Asli

Indonesia Infrastructure Finance Sebagai Salah Satu Solusi Pembiayaan Pembangunan

Diperbarui: 30 Desember 2015   01:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Menurut laporan peringkat daya saing Indonesia 2015-2016 yang dikeluarkan oleh Forum Ekonomi Dunia (FED) pada September 2015, Negeri ini terus mengalami penurunan. Indonesia pada laporan yang dilakukan terhadap 140 negara itu berada di posisi 37 dunia atau turun tiga peringkat dibanding tahun lalu. Sementara Swiss, Singapura, dan Amerika Serikat masih menjadi penghuni tiga besar negara paling berdaya saing di dunia pada 2015. Ada 113 indikator yang digunakan FED untuk mengukur produktivitas suatu negara di antaranya adalah infrastruktur, inovasi dan lingkungan makro ekonomi.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Japan International Cooperation Agency Research Institute (JICA-RI), dirumuskan bahwa pembangunan infrastruktur memegang peranan penting dalam pertumbuhan ekonomi negara (Yasuo Fujita, 2012). Namun demikian, masalah infrastruktur di Indonesia merupakan masalah klasik yang terus ada sampai saat ini.

Masalah utama pada infrastruktur di Indonesia terletak pada pembiayaannya. Untuk mendapatkan pertumbuhan ekonomi di atas 6 persen, idealnya nilai pembiayaan infrastruktur minimal 5 persen dari produk domestik bruto. Namun, masalah pembiayaan menjadi hambatan karena memakan waktu lama sehingga dianggap kurang komersial oleh pihak swasta. Selain itu, tidak semua saham konstruksi menarik bagi investor asing.

Dengan kurangnya minat dari pihak swasta dalam membiayai pembangunan infrastruktur, pemerintah harus memutar otak agar penyediaan infrastruktur dapat terus berjalan sehingga kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi dengan baik. Indonesia Infrastructure Finance merupakan salah satu jalan keluar yang telah dilakukan oleh pemerintah. PT Indonesia Infrastructure Finance merupakan sebuah anak perusahaan yang dibentuk dengan tujuan untuk menjadi perusahaan pembiayaan infrastruktur yang dapat memperkuat ketersediaan sumber pembiayaan infrastruktur yang memiliki karakteristik tenor jangka panjang.

Inisiatif pembentukan PT IIF merupakan hasil pemikiran antara Pemerintah Republik Indonesia, World Bank dan ADB. AUSAID turut memberikan dukungan bantuan pendanaan dalam proses penyusunan rencana kerja dan studi kelayakan PT IIF. PT Indonesia Infrastructure Finance didirikan tanggal 15 Januari 2010.

Sumber pembiayaan PT Indonesia Infrastructure Finance didukung oleh komitmen investasi dari para pendirinya yang terdiri dari PT SMI sebesar Rp600 miliar, ADB sebesar ekuivalen Rp400 miliar, IFC sebesar ekuivalen Rp400 miliar dan DEG sebesar ekuivalen Rp200 miliar. Selain itu, PT IIF akan memperoleh pinjaman dari World Bank dan ADB masing-masing sebesar ekuivalen Rp1 triliun.

Kehadiran IIF di bidang pembiayaan infrastruktur bukan untuk menggantikan sumber-sumber pembiayaan yang sudah ada. Kehadiran IIF, lanjutnya, lebih mengarah kepada penciptaan sinergi dengan penyedia-penyedia dana pembangunan infrastruktur lainnya sehingga struktur pembiayaan proyek infrastruktur tersebut menjadi lebih commercially viable.

Bahkan Fitch Ratings Indonesia telah memublikasikan peringkat nasional jangka panjang PT Indonesia Infrastructure Finance (IIF) di ‘AAA(idn)’ dengan outlook stabil. Fitch menyatakan, peringkat ini diberikan kepada emiten atau surat utang dengan ekspektasi risiko gagal bayar terendah terhadap emiten atau surat utang lainnya di Indonesia.

Presiden Direktur IIF, Sukatmo Padmosukarso mengatakan selama tahun 2015 IIF terus melanjutkan kontribusinya pada proyek-proyek infrastruktur yang dibutuhkan dalam pembangunan Indonesia. IIF terlibat aktif dalam pembiayaan pengembangan proyek-proyek bandar udara, pelabuhan, kelistrikan, telekomunikasi, dan minyak dan gas bumi. .IIF juga berperan aktif dalam membantu pemerintah daerah maupun sektor swasta dalam mempersiapkan kelangsungan proyek-proyek infrastruktur melalui penyediaan layanan konsultan.

“Dari sisi nilai pembiayaan, sampai dengan November 2015, IIF telah berhasil membukukan komitmen pembiayaan sebesar hampir Rp 5 triliun, baik dalam bentuk utang maupun ekuitas,” jelasnya dalam keterangan resmi. 

IIF, lanjutnya, terus berperan aktif dalam menyediakan pembiayaan jangka panjang kepada proyek-proyek infrastruktur di Indonesia, baik dalam mata uang Rupiah maupun US Dollar, yang kami berikan dalam bentuk utang hingga ekuitas, sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik proyek infrastruktur yang dibiayai. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline