Stabilitas sistem perbankan dan stabilitas moneter adalah dua aspek yang saling terkait serta memilih satu sama lain. Stabilnya sistem perbankan secara awam dicerminkan dengan kondisi perbankan yg sehat serta berjalannya fungsi intermediasi perbankan pada memobilisasi simpanan warga buat disalurkan dalam bentuk kredit serta pembiayaan lain pada dunia usaha. jika kondisi mirip ini terpelihara, maka proses perputaran uang serta mekanisme transmisi kebijakan moneter dalam perekonomian yg sebagian besar berlangsung melalui sistem perbankan juga bisa berjalan baik. dengan demikian, stabilnya sistem perbankan akan menentukan efektivitas aplikasi kebijakan moneter.
Secara umum stabilitas moneter dicerminkan terkendalinya inflasi, nilai tukar, suku bunga, serta besaran moneter mirip jumlah uang tersebar dan kredit. Perkembangan inflasi, nilai tukar, dan suku bunga artinya tiga elemen primer resiko pasar yang dihadapi perbankan. dengan demikian, apabila perkembangan ketigaindikator ini berlangsung stabil, maka semakin kecil jua resiko pasar yang dihadapi perbankan sebagai akibatnya akan mendukung terjaganya stabilitas sistem perbankan.
Kebalikannya, pada hal tekanan inflasi dan pelemahan nilai tukar meningkat sebagai akibatnya memerlukan pengetatan moneter menggunakan kenaikan suku bunga yg tinggi, maka resiko pasar yang dihadapi perbankan pula akan semakin besar sehingga akan berpengaruh negatif terhadap stabilitas sistem perbankan.
Perbankan yang aman,sehat,dan stabil merupakan sasaran kebijakan perbankan yang pada dasarnya dilakukan melalui instrumen-instrumen perizinan,pengaturan kehati-hatian, pengawasan langsung maupun tidak langsung, serta penanganan bank-bank yang mengalami kesulitan.
Dengan peran perbankan dalam proses penciptaan uang dan transmisi kebijakan moneter seperti diuraikan di atas, pelaksanaan kebijakan moneter jelas tidak dapat berjalan efektif tanpa adanya kondisi perbankan yang sehat dan stabil.
Demikian pula, perubahan suku bunga, nilai tukar, dan inflasi akibat pelaksanaan kebijakan moneter jelas akan berpengaruh pada kesehatan dan kestabilan perbankan melalui perubahan resiko pasar yang terkandung pada kondisi keuangan dan permodalan perbankan.
Pada hal operasi moneter dilakukan berdasar kaidah baku tertentu mirip untuk mencapai target pertumbuhan uang beredar dalam jumlah eksklusif, pemberian LOLR dan FSN tadi dapat dibatasi atau bahkan tidak boleh sama sekali. akan tetapi, bila rezim kebijakan moneter yg dianut lebih akomodatif, bank sentral dapat terdorong buat menyampaikan LOLR dan FSN pada jumlah yang lebih besar . pada kondisi demikian, meskipun sasaran kesehatan bank serta kestabilan sistem perbankan mungkin dapat dicapai, tapi jumlah uang tersebar dapat meningkat pesat sebagai akibatnya sasaran kestabilan harga (serta nilai tukar) bisa terkendala.
Dengan pemikiran demikian, kebijakan moneter dan kebijakan perbankan (dan system keuangan) merupakan dua aspek yang saling terkait dan menentukan (Sinclair, 2001).
bila inflasi serta nilai tukar terus mengalami peningkatan dan berfluktuasi, contohnya, maka akan terjadi proses redistribusi aset riil dari rakyat penyimpan dana (investor) kepada para debitur kredit perbankan, khususnya menggunakan suku bunga permanen. Simpanan masyarakat bisa saja turun, sementara resiko kredit debitur dapat meningkat menggunakan menurunnnya permintaan riil atas produk usaha debitur. dengan kata lain, volatilitas inflasi dan nilai tukar akan menaikkan resiko perbankan, khususnya resiko likuditas berasal sisi simpanan dana masyarakat dan resiko kredit macet berasal sisi syarat usaha debitur.
Demikian pula, operasi moneter jua berdampak pada perbankan dalam hal terjadi perubahan suku bunga yg diperlukan buat pengendalian inflasi dan nilai tukar. Peningkatan serta volatilitas inflasi serta nilai tukar kentara akan menaikkan resiko pasar yang terkandung pada neraca bank-bank.
Selain itu, perubahan suku bunga yang cukup akbar pada jangka pendek kentara akan menaikkan ketidakpastian pada pasar keuangan serta resiko pasar yg dihadapi perbankan. Apalagi apabila terjadi penundaan suku bunga, sehingga di ketika suku bunga sahih-benar diubah dibutuhkan perubahan yg cukup besar , dampak terhadap resiko yang dihadapi perbankan semakin akbar. menggunakan istilah lain, perubahan kebijakan moneter secara gradual dan dilakukan di ketika yang sempurna dan dapat diantisipasi akan berdampak relative lebih mungil pada resiko perbankan.