Lihat ke Halaman Asli

MEA, Alumni, dan Potensi Kemajuan STIA Banten

Diperbarui: 4 Maret 2016   10:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sejak berdiri pada tahun 2002 melalui Yayasan Ilomata, Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi (STIA) Banten terus bergerak melakukan pembenahan yang konsisten. Keberadaan kampus yang dinilai memiliki diferensiasi dengan kampus lainnya di Banten. Dengan sangat mengejutkan mampu diterima oleh market yang beragam. PNS, Swasta dan pelajar yang ingin melanjutkan kejenjang lebih tinggi tak jarang menjadi langganan kampus biru ini. Mereka sangat yakin belajar di STIA Banten dapat memberikan nilai tambah bagi karirnya.

Bahkan jika tak berlebihan kampus STIA Banten juga memberikan kontribusi bagi kehidupan setiap mahasiswanya. Kontribusi bagi kehidupan ini dalam arti yang luas yaitu semacam soft skill yang tertanam bagi siapa saja yang belajar. Kebijakan kelembagaan sangat konsisten dengan pola belajar yang mengakomodir realitas dunia nyata diluar dunia pendidikan. Realitas yang tak terbantah itu bagi kita adalah persaingain. Belajar tentang persaingan inilah yang membuat seluruh lulusan STIA Banten sangat ‘garang’ menghadapi tantangan.

Sebagai kampus yang selalu mengajarkan kepada mahasiswanya arti penting persaingan. Kampus ini juga memberikan pelajaran kehidupan yang berharga. Para dosen dan seluruh civitas akademik yang berada di dalamnya menunjukan ikatan batin yang sangat kuat. Contohnya dengan memberikan subsidi silang kepada mahasiswa yang berprestasi dan aktif dalam berorganisasi. Dengan kebijakan sistem seperti ini, tak ada pembatas antara lembaga dan mahasiswa. Semuanya bahu membahu terjalin dalam ikatan batin memajukan kampus. Lembaga memiliki mahasiswa dan mahasiswa memiliki lembaga.

Oleh karenanya, kampus biru yang telah terakreditas B ini. Kini tidak usah bersusah payah mengeluarkan biaya besar bagi marketing agar kampusnya menjadi pilihan utama. Secara otomatis semua mahasiswa dan lulusan yang pernah belajar dan menimba ilmu di kampus STIA Banten akan melakukan rumus Mouth to Mouth (M2M). Dalam dunia marketing rumus tersebut merupakan rumus tercanggih dalam merebut pangsa pasar.

Sementara itu, dalam menghadapi era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), saya pikir STIA Banten dapat melesat bak roket meninggalkan kampus swasta maupun negeri di Banten. Hal ini bukan tanpa alasan, dengan segala perangkat yang memadai  STIA Banten bukan hanya akan menjadi pelengkap tapi juga akan menjadi pemain utama dalam memasok sumber daya manusia yang unggul untuk menaklukan MEA. Apalagi dengan dibangunnya Gedung yang representatif, Link and Match nya STIA Banten dengan dunia swasta maupun pemerintah membuat kampus ini beserta lulusannya akan memberikan kontribusi besar bagi Banten khususnya dan Indonesia pada umumnya. Kenapa bisa demikian, penulis punya beberapa alasan.

Pertama, alumni STIA Banten tersebar di berbagai instansi swasta maupun pemerintah. Keberadaan alumni yang ‘onfire’ dalam dunia kerja dapat memberikan dampak langsung kepada lingkungan secara sosial maupun ekonomi. Secara tidak langsung lulusan STIA Banten dapat menjadi katalisator dalam hal perubahan sosial; di dunia pengabdian masyarakat, dunia kerja serta ranah kebijakan pemerintah.

Kedua, Kurikulum yang berbasis kepada Dunia nyata. Hal-hal luar biasa penulis alami sendiri saat belajar di kampus ini. Setiap dosen yang mengajar di kelas selalu memberikan ‘wejangan’ dan motivasi tentang realitas dunia kerja yang keras, penuh persaingan dan sangat ditentukan oleh lobi. Dalam paparannya mereka menyampaikan, tidak hanya kemampuan otak yang pasar butuhkan. Namun juga gaya berkomunikasi dan cara memasarkan diri yang jadi penentu. Hal ini merupakan kelebihan STIA Banten sekaligus bumbu rahasia dapur yang membuat kelembagaannya tetap bertahan sampai sekarang.

Ketiga,  keunikan lain yang di miliki STIA Banten adalah memberikan porsi besar terhadap para praktisi untuk membagi ilmunya untuk mahasiswa. Dalam setiap ajang ilmiah tahunan yang rutin di gelar kampus; stadium general. Mahasiswa selalu disuguhkan ilmu yang up to date dan baru. Ilmu-ilmu terapan dalam bidang sosial, hukum, politik dan kewirausahaan menjadi santapan untuk memenuhi dahaga keilmuan para pengejar ilmu.

Sehingga, saat menggunakan toga dan diwisuda, mereka yang lulus dari kampus ini tidak lagi ragu untuk mendapat pekerjaan. Diantara mereka bahkan kebanyakan siap menciptakan lapangan kerja baru untuk Indonesia. Dan MEA bukanlah momok yang ditakutkan, tapi merupakan kesempatan untuk meraih cita-cita besar. Bukan lagi di Indonesia tapi juga di berbagai Negara. Karena sejatinya, mahasiswa yang lulus dari kampus dia tidak hanya berbakti untuk kemajuan Indonesia, tapi juga kemajuan peradaban manusia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline