Lihat ke Halaman Asli

Ikwan Setiawan

TERVERIFIKASI

Kelahiran Lamongan, 26 Juni 1978. Saat ini aktif melakukan penelitian dan pendampingan seni budaya selain mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Sandur Klungkung: Ritual Keselamatan dari Kaki Gunung

Diperbarui: 24 Juli 2023   11:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ritual Sandur di Mujan, Desa Klungkung, Jember. Dokumentasi penulis 

Sebuah Perjalanan

Udara segar dari Gunung Argopuro menyapa perjalanan saya menuju Dusun Mujan, Desa Klungkung, Kecamatan Sukorambi, Jember. Mengendarai motor kesayangan, saya menikmati jalan menanjak dengan banyak tikungan. Lahan sawah berkontur miring di sepanjang jalan berpadu dengan aneka pepohonan menjadikan perjalanan sekira setengah jam dari kota Jember begitu menyenangkan.

Sebuah informasi dari status WA seorang sabahat tentang ritual Sandur yang akan dilaksanakan pada 19 Juli 2023, jam 07.00 WIB di pemakaman Mujan menggerakkan saya untuk melakukan perjalanan ini. 

Pemandangan di sepanjang perjalanan meunju lokasi Sandur. Dokumentasi penulis 

Sebenarnya, setahun yang lalu, sahabat yang bergiat di Alit Indonesia, sebuah yayasan yang bergerak dalam pemberdayaan masyarakat desa, sudah mengundang saya untuk mengadiri ritual ini. Sayang, jadwal Sandur tahun kemarin berbarengan dengan kegiatan  lain. Beruntung, untuk pelaksanaan ritual tahun ini yang bertepatan dengan libur Tahun Baru Hijriyah, saya sedang tidak ada kegiatan lain.

Setelah sempat tiga kali bertanya kepada warga, pada jam 07.30 saya sampai di pemakaman Mujan. Ketakutan bahwa saya akan terlambat menghadiri ritual tidak terbukti karena acara baru akan dimulai jam 09.00 WIB. Adapun jam 07.00 WIB sebagaimana tertera di poster digital ternyata digunakan warga untuk melakukan persiapan. 

Menjelang Ritual

Di pemakaman tampak puluhan warga dan mahasiswa KKN dari berbagai perguruan tinggi negeri dan swasta di Jember serta Universitas Airlangga menyiapkan kebutuhan seperti menggelar terpal dan tikar plastik. Beberapa lelaki setengah baya menyiapkan sesajen berupa bunga yang biasa digunakan untuk ziarah. Mereka meletakkannya di dekat buju'. 

Tidak lama kemudian, warga perempuan yang mayoritas berseragam Fatayat NU bersama anak atau cucu mereka mulai berdatangan ke pemakaman. Mereka membawa makanan dan mengumpulkannya di area sekitar buju' (makam leluhur). 

Warga perempuan mulai berdatangan ke pemakaman Mujan, lokasi Sandur. Dokumentasi penulis

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline